Introgasi (21)

3 2 0
                                    

"Kamu tenang dulu, jangan memikirkan yang aneh-aneh. Semua itu belum tentu benar," ucap Jaka sore itu setelah Aditya Permana mengunjungi Elio di Ruang perawatan pria itu.

"Tapi foto-foto itu, bukti DNA itu?"

"Aku akan memeriksanya lagi, oke. Jangan ceritakan ini sama siapa-siapa dulu sebelum aku dapat kepastiannya." Elio mengangguk patuh, setidaknya dia sudah sedikit tenang karena bisa berbagi masalah ini kepada Jaka. Saudara tak sedarahnya itu jauh lebih baik dari siapapun yang dia kenal, dan dapat dia percaya sepenuh hatinya.

Setelah mendengar cerita dari Elio tentang kedatangan Aditya semalam, Jaka tentu tidak tenang. Beberapa kali dia berpesan kepada petugas untuk tidak meninggalkan ruangan itu dan tidak memperbolehkan siapapun masuk kecuali keluarganya. Setiap jam dia mengecek keadaan Elio lewat petugas yang berjaga.

Jaka menghela napas kasar di samping kemudi. Dodit yang sedari tadi menyetir dalam damai harus dibuat terganggu dengan tingkah Jaka itu. "Kenapa sih lo? Dari tadi gue liat gelisah mulu. Tenang aja si Angga tangguh kok buat jagain adik lo itu," ucap Dodit coba menangkap apa sebenarnya yang Jaka pikirkan.

"Ya semoga saja."

Tidak lama suara telepon keduanya berdering serentak. Saat melihat siapa yang menghubungi Dodit menepi dan mengangkat telepon. "Jaka sama gue ada apa?"

"Bang ke kantor cepat ada saksi yang mengaku memiliki rekaman video saat Sonya ke TKP kedua korban kita Bang! Buru!" ucap Hidayat cepat. Jaka yang juga mendengar percakapan lewat speaker HP Dodit ikut terkejut.

"Berangkat!"

Keduanya setengah berlari di lorong melewati beberapa petugas yang memberi hormat kepada mereka yang terburu-buru. Jaka dan Dodit masuk ke sebuah ruangan dan terkejut. Seorang wanita dengan luka bakar di wajahnya dan pria yang tak asing lagi dengan memar di seluruh wajah tampannya.

"Kalian sudah datang? Jaka kenalkan ini saksi penting kita Ibu Wulan, dia adalah ibu kandung dari Marcel Permana dan beliau ini siap memberi kesaksian tentang Ibu Sonya. Jaka menutup pintu dengan rapat. masih bingung dengan kejadian yang tiba-tiba ini.

Wanita itu, Wulan mulai bercerita tentang siapa dirinya yang merupakan simpanan Aditya yang berhasil lolos dari tangan keji Sonya. Aditya sewaktu muda memang sering main perempuan karena tidak tahan dengan perilaku ganjil istrinya. Namun karena amanah ayah Sonya, Aditya tidak menceraikan istrinya itu. Beberapa kali Aditya coba menghalangi niat Sonya namun gagal. Sampai pada malam hari itu, Sonya membakar dirinya dan mengambil putra mereka, Marcel yang dijadikan sebagai putranya sendiri.

Wulan juga memberikan dua bukti rekaman keberadaan Sonya di malam kematian Andien dan Dinda. Wanita itu terlihat di gedung terbengkalai bersama beberapa orang-orangnya termasuk pria muda yang Jaka kenal, Noah. Dia juga terlihat di lorong apartemen Dinda dan tampak masuk ke dalam kamar apartemen wanita yang dinyatakan meninggal karena bunuh diri.

"Sebelumnya saya sangat takut muncul karena keselamatan anak semata wayang saya akan dalam bahaya, tapi..." wanita itu melihat Marcel yang wajahnya sudah babak belur dan menyentuhnya dengan lembut. Matanya penuh kasih sayang. "Ini adalah hal yang harus saya lakukan, apa saja akan saya lakukan untuk melindungi Marcel..." ucapnya tampak frustasi.

Di sudut ruangan Jaka memperhatikan gerak gerik keduanya. Bukti yang diberikan ternyata rekaman CCTV apartemen yang telah dihapus sebelum polisi memeriksanya. Sedangkan video satunya adalah video rekaman dari ponsel, walau gelap sosok Sonya terlihat jelas saat cahaya menerpa wajahnya.

"Cari lokasi di mana Sonya berada dan bawa dia kembali ke sini!" ucap sang kapten.

"SIAP PAK!"

Tim penyelidikan pun sangat bersemangat selangkah lagi mereka akan mengungkap kasus kematian dua orang gadis yang ternyata memiliki hubungan dengan Permana. "Gue gak nyangka orang macam Permana ternyata nyari perempuan sana-sini," ucap Dodit.

"Lo lupa Bang, Bu Sonya pernah bilang waktu kesaksian pertamanya. Istri yang cemburu itu mengerikan. Dia ngomongin dirinya sendiri ternyata?" ucap Hidayat tak percaya.

"Sonya lagi di Yayasan Makmur Sentosa di Tebet, kita ke sana. Yat kasih tau tim di belakang!" perintah Jaka setelah membaca pesan dari Arman yang melacak keberadaan Sonya.

Wanita itu dengan anggun dan elegan seperti biasanya memberikan kata sambutan di depan para lansia yang berada di Yayasan yang menerima donasi dari keluarganya, saat para petugas kepolisian datang. Para bodyguard langsung menghalangi Sonya. Pria yang Jaka kenal tidak ada di sana saat Jaka di sekitar Sonya.

"Ada apa ini?" tanya wanita yang sepertinya asisten atau sekretaris Bu Sonya.

"Bu Sonya kami tangkap atas dugaan pembunuhan saudara Andien Puspitasari dan Dinda Kanaya, silakan ikut kami."

Hidayat dan Adi segera menerobos bodyguard Sonya. Wanita itu memberi arahan kepada asistennya dan ikut dengan petugas kepolisian. Jaka melihat wanita yang tadi diberikan arahan sedang menghubungi seseorang, mungkin Permana.

Tidak seberapa lama Sonya masuk ke dalam ruang introgasi, kali ini sendirian tanpa tim pengacara super hebatnya yang mampu mengeluarkan atau meloloskannya berkali-kali. Kapten tim dan Adi masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di hadapan Sonya yang tenang. Sedangkan Jaka dan Dodit ada di ruangan sebelah mengamati kondisi di ruang introgasi.

"Wanita itu, semakin tenang dia, semakin mengerikan aku rasa. Dia pasti akan melakukan sesuatu, kan?" tanya Dodit lebih kepada dirinya sendiri. Jaka diam saja tidak menanggapi. Jaka memastikan apakah Elio aman atau tidak di RS dan meminta Angga tidak melepaskan pengawasannya dari Elio.

Proses introgasi sangat menegangkan, walau tanpa pengacara hebatnya Sonya tau pasti walau bukti itu cukup kuat, tapi dia masih tetap bisa mengelak karena tidak ada yang mengaitkan langsung dengan kejadian. Untuk kasus Andien, dia mengaku dihubungi seseorang untuk datang ke sana, tapi pesan itu sudah tidak ada. Sebisa mungkin Sonya berusaha memutar balikan semua omongan para petugas seolah mengulur waktu.

"Dia mengulur waktu, Dit, coba tanya Arman di mana Permana sekarang?" perintah Jaka.

"Oke!" ucap Dodit mau melangkah pergi. Belum sempat Dodit keluar Hidayat masuk dengan tergesa. "Bang gawat Bang, tim pengacara Bu Sonya datang!!"

Akhirnya Jaka dan Dodit ikut keluar bersama dengan Hidayat menuju ke ruangan pimpinan mereka. Di sana sudah ada tiga tim pengacara Sonya yang sedang bersalaman dengan pimpinan Jaka. Tidak lama mereka semua jalan menuju ruang introgasi. Jaka dan kawan-kawannya mengikuti dari belakang.

Tampak mereka berbicara sebentar di dalam dan Sonya tidak lama berdiri dan keluar dari sana. "Tenang saja klien kami pasti akan sangat kooperatif, tapi tolong sertakan surat penangkapan sebelumnya," ucap salah satu tim pengacara.

Salah satu tim pengacara memberikan ponsel Sonya yang segera dia gunakan, tampak dia sedang menghubungi seseorang. "Bawakan anak itu padaku!" ucapnya sambil jalan meninggalkan ruang introgasi.

"Tenang saja, Surat penangkapannya akan segera keluar. Kalian semua bersiap-siap saja." ucap pimpinan seolah menyemangati Jaka dan timnya.

" ucap pimpinan seolah menyemangati Jaka dan timnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Whisper For HelpDove le storie prendono vita. Scoprilo ora