Berbagi Takdir 02

1 0 0
                                    

Bab II - Ledakan

* * *

Derap langkah kaki bergema pada lorong panjang dengan berbagai pintu besi di kanan dan kirinya. Bukan hanya satu orang saja yang mengakibatkan bunyi tersebut, melainkan tiga orang; yang pertama adalah Remi, kedua adalah Jinn, dan ketiga adalah seorang gadis berambut merah bagai kobaran api dengan kartu pengenal bertuliskan Feria di bawah foto pengenal diri. Ketiganya terlihat sedang tergesa-gesa untuk sampai ke tujuan.

Baru beberapa langkah mereka mendengar bunyi keras. Itu bukanlah suara benda jatuh ataupun teriakan seseorang, melainkan suara ledakan, suara yang sama seperti saat Jinn maupun Remi masih dalam pembicaraan terkait situasi yang telah terjadi. Tentunya pertanyaan seputar apa yang terjadi hingga menyebabkan ledakan tersebut keluar dari mulut masing-masing, sampai pintu ruangan mereka berada terbuka secara kasar dengan memperlihatkan sang gadis berambut merah. Kondisi gadis itu seperti baru saja melakukan lari maraton dengan tubuh yang dibasahi keringat serta nafas yang tidak beraturan.

Dalam waktu singkat, gadis dengan panggilan keseharian Ria menjelaskan kondisi terkini hingga alasan mengapa terdengar suara ledakan yang begitu keras. Dari penjelasannya, pemuda dengan kejelasan identitasnya masih dipertanyakan baru saja terbangun. Namun, dengan kemungkinan suasana tempat dia berada sangat berbeda ketika dia kehilangan kesadaran membuat tingkat kewaspadaannya menjadi tinggi. Sehingga para perawat yang akan mendekatinya terpaksa harus dipindahkan akibat kekuatan pemuda itu melukai beberapa bagian tubuh mereka.

Mendengar itu, ada perasaan cemas tumbuh dalam diri kedua pendengar. Dengan gerakan cepat, mereka berdiri dan keluar dari ruangan menuju tempat kejadian dengan arahan sang gadis berambut merah.

Entah sudah berapa kali ledakan terjadi selama perjalanan, membuat Remi mengutuk jarak antara titik awal mereka bergerak dengan tujuan tempat dimana pemuda itu dirawat. Perasaan bersalah kembali menggerogoti hati dan pikirannya. Bahkan pemikiran yang tidak masuk akal pun yang menyalahkan diri sendiri sempat terlintas dalam pikiran karena terlalu fokus untuk mencapai tujuan sehingga tidak ada satupun dari ketiganya mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna dalam situasi tersebut.

Tetapi pemikiran-pemikiran itu tidak bertahan lama karena kerumunan yang tengah sibuk mulai terlihat dalam jangkauan mata, menandakan tujuan mereka sudah sangat dekat. Bukan hanya kerumunan orang-orang yang berkumpul untuk melihat apa yang tengah terjadi, ada pula para perawat yang mengangkat tandu dengan perawat yang terluka di atasnya. Kebanyakan perawat terlihat memiliki luka bakar di beberapa bagian tubuh.

Saat tujuan hampir dicapai, pemuda berambut hitam legam yang datang bersama mereka mengambil langkah cepat. Dia berinisiatif membuka jalan di antara orang-orang yang mencoba meninggikan badan untuk melihat apa yang terjadi di depan sana. Tubuhnya yang tinggi berisi serta suara lantangnya di antara bisikan-bisikan massa membuahkan hasil yang sepadan, kerumunan itu mulai menyingkir membuat sebuah jalan di tengah-tengah lorong yang kini terasa sempit.

Namun, belum juga mereka sampai di depan pintu, suara ledakan kembali terdengar. Karena dekat dengan titik ledakan, tentunya suara itu terdengar sangat keras. Bukan hanya itu, meski selintas namun sebuah kobaran api sempat keluar dari dalam ruangan beriringan dengan teriakan kesakitan.

Setelah dianggapnya memungkinkan untuk mendekat ke ruangan tujuan, Jinn menggerakan kakinya, diikuti oleh Remi. Ria, gadis berambut merah itu, hanya diam di tempat. Dia merasa keberadaannya tidak akan membantu sama sekali di dalam ruangan. Hanya doa saja yang dapat dipanjatkannya agar kedua orang yang dipanggilnya sebagai bala bantuan berhasil menenangkan situasi.

Sang gadis mengikat rambut hitamnya yang dipadukan dengan warna hijau sehingga membentuk style rambut peek-a-boo menjadi sebuah ikatan kuncir kuda. Kemudian, dia mengambil jam saku dan mengalungkan di sekeliling lehernya. Di lain pihak, pemuda dengan iris mata yang menyerupai permata safir mengeluarkan sepasang sarung tangan hitam. Sembari menarik nafas sedalam-dalamnya, dia menggerakan tangan memakai sarung tangan itu.

"Berapa perkiraan kerugian yang harus ditanggung karena kerusakan ini?" tanya sang gadis secara tiba-tiba membuat Jinn hampir tersedak salivanya sendiri. Lalu dia menambahkan, "aku hanya kepikiran saja karena setelah ini para atasan pasti memanggilku untuk bertanggung jawab atas kejadian ini atau meminta laporan kejadian."

Mendengar itu, Jinn menatap sang gadis dengan tatapan tidak percaya, mengisyaratkan bahwa gadis itu memiliki pemikiran yang tidak sesuai situasi. Bagaimana mungkin otaknya sampai menghasilkan pertanyaan tersebut dimana erangan kesakitan terus terdengar maupun pusat ledakan terjadi. Tapi jika harus berada di posisi gadis itu, mungkin pemikiran itu adalah hal yang lumrah.

Pasalnya, kejadian ini bisa saja masuk ke dalam pelanggaran dan gadis bermata hijau mendapatkan surat peringatan dari bagian kedisiplinan. Kemungkinan hukuman yang didapat sangat banyak. Bisa saja hanya hukuman kecil layaknya membersihkan area tertentu ataupun membantu memperbaiki properti rusak. Tetapi tidak menutup kemungkinan hukuman besar dapat ditimpakan kepadanya, seperti larangan menjelajah ruang dan waktu serta pergerakan yang diawasi oleh petugas.

Karena tidak mendapat jawaban dari lawan bicara, gadis itu kembali bungkam dan meneruskan langkah kakinya. Sesaat sebelum dia memasuki ruangan, bajunya ditarik dari belakang. Akibatnya beberapa langkah yang telah diambil menjadi sia-sia. Awalnya Remi ingin mempertanyakan sikap kasar si penarik baju, namun secepat kilat mengurungkan niat dan sangat bersyukur karena melihat kobaran api dengan cepat melesat keluar dari ruangan. Jika saja Jinn tidak menghentikannya, pasti tubuhnya sudah dihiasi dengan beberapa luka bakar.

"Jinn," panggil gadis itu. Kedua matanya masih terbelalak kaget dengan apa yang baru saja dialaminya. "Sepertinya dia lebih berbahaya dari yang diperkirakan."

Perkataan itu terdengar jelas. Namun entah mengapa pemuda yang dijadikan tujuan perkataan itu tidak dapat menafsirkan dengan benar. Alhasil, dia meminta penjelasan lebih detail akan perkataan yang baru saja dikatakan oleh Remi.

"Sekilas aku lihat beberapa perawat membuat perisai sihir tingkat tinggi," ujarnya, kemudian menambahkan, "dengan adanya perisai pun, ledakan yang diakibatkan bahkan melewatinya. Padahal jenis perisai itu seharusnya tahan dari sihir api ledakan seperti itu."

Pemuda itu bungkam. Lebih tepatnya dia sangat kaget dengan apa yang dibicarakan oleh gadis yang bahkan bagian belakang bajunya masih belum dilepaskan dari genggaman.

Dari perkataan Remi, pertanyaan yang sesaat muncul ketika mereka dalam perjalanan menuju ke tempat perkara terjawab. 'Mengapa ada korban, padahal para perawat di tempat ini pastinya orang terlatih dalam kemiliteran demi mempersiapkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti saat ini?' Tentunya jawaban pertanyaan itu sudah berada tepat di depan mata, bahkan telah diucapkan secara lantang oleh sang gadis berambut hitam-hijau itu.

Pantas saja wajah Ria ketika memanggil mereka terlihat sangat panik.

"Bukankah ini berarti jalan satu-satunya adalah menyegel kekuatannya secara paksa?" Jinn bertanya. Kedua tangannya kini telah nyaman di kedua sisi pinggangnya setelah melepas belakang baju gadis dengan warna mata zamrud itu.

Pertanyaan itu hanya dibalas dengan sebuah helaan nafas panjang. Sang gadis kembali tegak di atas kedua kakinya, kemudian membersihkan beberapa debu yang sempat menempel pada pakaiannya. "Aku akan berusaha membuka jalan untukmu mendekatinya."

Jinn tersenyum, lalu mengacak-acak pelan rambut hitam sang gadis. "Jangan lupa benda mediumnya," ujarnya.

Perkataannya hanya dibalas dengan sebuah anggukan kecil.

* * *

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Story of GalaxyWhere stories live. Discover now