Fairy

6 0 0
                                    

"Apakah kamu masih tinggal dengan orang aneh di hutan itu?"

Dalam kebisingan pasar, Reina mendengar sebuah pertanyaan yang baru saja terlontar dari pemuda di sebelahnya. Tangannya yang tengah memilah apel segar dari sebuah toko kecil terhenti sejenak. Matanya melirik ke arah pemuda itu, ingin memastikan suatu hal.

Sang pemuda, menyilangkan kedua tangan di belakang kepala. Ekspresinya biasa saja, bahkan terlihat bosan dengan keadaan sekitar, seakan pertanyaan yang keluar dari sela bibirnya bukanlah hal tabu untuk dibicarakan. Membuat perasaan Reina menjadi tidak karuan.

Perasaan senang setelah sekian lama menginjakkan kaki ke pasar kota, sekejap hilang layak diterbangkan oleh angin kencang. Kedua matanya menyipit, dengan iris mata berpindah fokus pada penjaga toko buah kecil yang dipilih Reina sebagai tempatnya memasok kembali buah-buahan segar untuk beberapa hari ke depan. Kembali, dia ingin memastikan sesuatu, lebih tepatnya reaksi sekecil apapun yang dibuat ketika pemuda di sebelah Reina mengucapkan pertanyaan tersebut.

Namun, reaksi yang dipikirkan oleh Reina tidak muncul sama sekali. Bahkan dia tidak bereaksi, seperti dia tidak mendengarkan hal aneh apapun.

'Bukankah wajahnya sangat tebal?'

Reaksi terkejut atau memasang ekspresi jijik adalah reaksi yang normal ketika membahas orang yang tinggal bersamanya. Pasalnya, mulut orang lain tidak dapat ditahan, berakhir rumor tidak enak didengar beredar luas. Apalagi, rumor itu berputar sebagaimana anehnya orang yang tengah disinggung oleh pemuda di sampingnya.

"Kenapa kau berpikir demikian, Terrick?"

Terlihat, pemuda itu menoleh ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya menjawab dengan pelan, "Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan para orang tua semalam," kemudian menarik tangan sang gadis.

Reina, kaget karena tindakan pemuda itu yang spontan, mencoba memperkuat diri agar tidak terbawa tarikan tangan, meski hal tersebut tidak membuahkan hasil seperti harapannya. Alhasil, dia pasrah ikut terseret pemuda itu ke sebuah gang kecil yang sepi.

Lagi, pemuda itu menoleh ke sekeliling, melihat apakah pembicaraan mereka akan dicuri dengar oleh warga desa lainnya. Sepertinya dia mengetahui jika hal yang diungkitnya adalah hal yang tidak pantas untuk dibicarakan di depan umum.

Gadis yang telah terseret ke gang kecil hanya dapat melipat kedua tangan di depan dada. Kedua matanya menyipit, menatap tajam ke arah pemuda yang baru saja dia panggil Terrick. Samar-samar dapat terdengar kalimat "sepertinya sudah aman," dari pemuda itu. Dia menunggunya membuka suara terlebih dahulu, karena dia merasa orang yang ingin mencari jawabanlah yang seharusnya mengawali percakapan.

Secara tiba-tiba, Terrick memutar badannya dan memandang Reina. Kedua tangannya berakhir merengkuh bahu sang gadis, terlihat kuat namun tidak terasa sakit. Ekspresinya menunjukan percakapan yang baru saja dimulai akan berlangsung cukup panjang.

~ ~ ~

Perasaannya berkecamuk. Reina bahkan tidak dapat melihat wanita yang telah membesarkannya langsung pada kedua matanya. Seakan wanita itu dengan sekejap mengetahui apa isi pikirannya. Bagaikan peri yang dalam dongeng-dongeng yang selalu dibacakan ketika dia baru saja mulai memahami lingkungan sekitar, juga nama panggilan wanita itu, Nona Peri.

Nona Peri, dengan rambutnya yang sedikit bergelombang dibaluti warna hitam bagai langit malam, telah bersamanya sejak kecil. Saat dirinya baru saja menginjak tahap pengenalan lingkungan sekitar, sang Nona Peri selalu bersamanya. Jika saja tidak ada yang menjelaskan panggilan tersebut, kemungkinan besar Reina menganggap nama panggilan itu sebagai kata ganti panggilan ibu, karena telah menganggap Nona Peri adalah ibu kandungnya.

Story of GalaxyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin