"Tetangga. Jangan menyukai Kak Boby. Dia sebentar lagi akan menikah. Kak Shania! Dia akan menjadi istri Kak Boby." ucap Shan sambil mengayuh sepedanya dengan santai.

Chika sedikit terkejut. Ya,, hanya sedikit. Bukankah harusnya dia patah hati mendengar Boby yang akan segera menikah? Bukankah selama ini Chika menyukai Boby secara diam-diam?? Tapi kenapa sekarang dia malah merasa biasa saja?

"Kenapa kau berbicara seperti itu? Jangan sok tau! Kau pikir aku menyukai Kak Boby?? Huhh!!" Chika mencoba berkilah. Kenapa Shan seakan tau jika dirinya menyukai Boby? Apa rasa sukanya terlalu kentara?

Shan terkekeh, lalu membelokkan stangnya ke arah kanan. Sekarang kanan dan kiri jalan hanya terdapat pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, ada juga beberapa pondok kayu yang berdiri di sebrang jalan.

"Aku memang tau. Matamu tidak bisa berbohong. Tetangga tidak bisa membohongiku. Aku juga tau jika Tetangga diam-diam suka memperhatikan Kak Boby jika dia datang ke sekolah." jawab Shan, Chika hanya mendengus sebal. Perlahan kepala Chika terangkat, lalu menatap wajah Shan dari bawah.

"Jangan menatapku terus. Nanti kita bisa jatuh." Shan tersenyum jenaka, lalu menatap Chika sebentar dan kembali menatap depan.

"Tetangga, kau tau tidak jika ular terbesar di dunia itu bukan Anaconda, melainkan Titanoboa. Titanoboa adalah genus ular yang hidup sekitar 60 hingga 58 juta tahun yang lalu pada periode Paleosen. Satu-satunya spesies dalam genus ini yang di ketahui adalah Titanoboa cerrejonensis, ular terbesar yang pernah ditemukan." celoteh Shan.

"Lalu?? Apa urusannya denganku??" jawab Chika sambil menaikkan satu alisnya, bibirnya tersenyum miring sengaja untuk mengejek Shan.

"Tidak. Aku hanya ingin bicara saja. Medusa juga identik dengan ular. Sebenarnya dia baik, namun terjadi sesuatu padanya." sambung Shan.

Sepeda Shan berhenti di tempat parkir yang di peruntukkan untuk kendaraan roda dua. Chika turun dari sepeda itu lalu meneliti ke sekitar, hanya ada beberapa orang yang tampak sedang sibuk dengan urusannya, dan Chika mau bertaruh jika beberapa orang itu adalah pengurus danau. Bukankah ini hari minggu?? Mengapa sepi sekali?

"Kak Sisca membooking tempat ini untukku. Dia bilang jika kencan pertamaku harus lancar. Padahal aku tidak sedang mengajak Tetangga berkencan." ucap Shan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Oh astaga.. Aku lupa jika kau anak orang kaya." Chika bersedekap dada.

"Kita akan kemana??"

Shan tak langsung menjawab, dia malah memegang pergelangan tangan Chika dan menariknya pelan, lalu sedikit menyeret gadis itu agar mengikuti langkahnya.

"Yakkkk!!! Apa ⎯  "

"Ayo naik perahu! Aku punya biskuit enak." sela Shan tanpa mempedulikan tatapan Chika yang terlihat berontak.

.

.

.

Sisca duduk dengan satu kaki yang menumpu di atas kakinya. Tangannya yang mulus terulur dan meraih cangkir berisi teh hijau yang masih mengepulkan asapnya. Wanita itu menyesap minuman hangat tersebut, sejenak mengenyahkan berbagai macam pikiran yang berjubel di otaknya.

"Kenapa tidak membalas pesanku?" laki-laki dengan balutan jas berwarna hitam itu bertanya dengan tatapan yang tak lepas dari Sisca.

"Apa itu penting??" Sisca meletakkan cangkirnya, menimbulkan sedikit bunyi karena sentuhan keramik dan kaca.

Laki-laki yang duduk di depan Sisca itu hanya menghela nafasnya, lalu berdecak. Rahangnya mengeras dan tak lama dia bangkit lalu duduk di sebelah Sisca.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora