"Kau akan mengajakku kemana? Tumben sekali kau mengajakku pergi. Sudah bertahun-tahun kita menjadi tetangga, baru kali ini kau mengajakku pergi." jawab Chika, ada campuran heran dan sedikit menyelidik dari jawabannya. Bagaiamana tidak? Ini adalah pertama kali Shan mengajaknya pergi.

"Jangan-jangan kau ingin ⎯  ohh tidakk!" Chika menutup mulutnya, pikirannya terbayang oleh adegan salah satu film psikopat yang pernah dia tonton.

"Aku ingin pergi ke Danau Serena. Temani aku yaa.. Jim dan Tave bilang, akan lebih baik jika mengajakmu." Shan berkata sambil memainkan jarinya di atas meja. Sumpah! Seperti anak kecil! Apa dia juga mengidap Syndrom Peterpan? Batin Chika yang terus memperhatikan pemuda di depannya itu.

"Aku punya sepeda. Nanti aku akan memboncengkan Tetangga. Tetangga tidak perlu takut jatuh. Kak Boby bilang aku selalu beruntung. Jadi aku tidak mungkin jatuh. Ayo pergi jam 8 pagi!" Shan tersenyum cerah, lalu dia bangkit dari kursinya, kedua tangannya memegang tali tas ransel yang tersampir di kedua bahunya.

"Bye Tetangga!! Jangan lupa jam 8!" lalu Shan berlari kecil ke arah keluar kantin.

"Yak! Aku kan belum mengiyakan! Padahal kan aku mengincar kakaknya, kenapa malah bocah itu yang mengajakku kencan.. Tunggu.. Kencan??? KENCAN???!!!"

Chika tertawa hambar.

.

.

.

"Kakak lama sek ⎯  WUAHHH MACARON!!" Chika kegirangan saat Vino langsung mengulurkan sekotak macaron. Laki-laki tampan itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Senang hum???"

Chika mengangguk semangat.

"Banget!!" jawab Chika, lalu duduk di kursi keramik yang memanjang di depan kelas.

"Yak! Yakkk!! Ayo makan di mobil saja. Kita harus cepat pulang karena nanti malam Naomi akan datang. Ayo!!" Vino menutup kotak macaron yang sudah di buka Chika.

"Oh iya! Ayo Kak!!" Chika langsung bangkit dan menggandeng lengan Vino.

Kedua kakak beradik itu berjalan beriringan, Chika menggandeng lengan Kakaknya itu sambil bergelayut manja.

"Kak, apa nanti malam kau akan melamar Kak Naomi??" tanya Chika.

Vino menaikkan satu alisnya.

"Memangnya kenapa???"

"Heummm.. Kurasa sudah waktunya Kakak dan Kak Naomi menikah. Aku menyukai Kak Naomi, aku cocok dengannya, aku merasa mempunyai kakak perempuan sungguhan. Kakak harus menikah dengannya." jawab Chika sambil tersenyum girang, menampilkan eyesmilenya.

Vino tersenyum. Dia sudah mendapat lampu hijau dari Chika. Mungkin ucapan Chika memang benar, sudah waktunya dia menikahi Naomi, apalagi mereka berpacaran sudah hampir 5 tahun. Dan kedua keluarga juga sudah menyetujui hubungan mereka, tinggal menunggu aksi Vino saja untuk melamar Naomi, maka semua akan sesuai bayangannya. Sempurna!

"Yakkkkk Shan!!! Jangan berlari!!!"

Vino dan Chika berhenti berjalan, memandang Shan yang tengah berlari melewati mereka berdua. Di belakangnya laki-laki dengan outer hitam tengah berjalan angkuh sambil kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.

Chika tersenyum ke arah laki-laki itu, namun hanya di balas lirikan angkuh yang terlihat menyebalkan.

"Dasar kulkas berjalan!!" rutuk Chika dengan suaranya yang pelan.

.

.

.

Boby berdiri di depan ruangan dengan papan kayu bertuliskan Kepala Sekolah. Dia bersandar di balik tembok sambil menghembuskan asap rokoknya, lalu menghela nafas dalam dan beberapa menit kemudian membuang rokoknya, menginjak rokok itu menggunakan sepatu hitamnya yang mengkilap.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang