(27) Salah Sangka

34 6 21
                                    

Sorak sorai dan tepuk tangan meriah bergema di tempat acara. Begitu jelas menggema di bagian deretan tamu yang menyaksikan peragawati silih berganti menampilkan rancangan demi rancangan. Peragaan busana ini ditutup dengan memamerkan hasil jari tangan putri pemilik butik An-Nur.

Pada pagelaran kali ini, Kiki merancang busana pengantin yang indah, elegan, dan pastinya syar'i. Gaun tersebut semacam gamis yang dimodifikasi, bagian bawahnya (roknya) tampak lebih mayung daripada gamis biasa, tapi tidak se-mengembang gaun-gaun puteri kerajaan. Para tamu terlihat terpesona dengan pakaian sakral untuk mempelai wanita ini, karena gaun ini memadukan model gaun-gaun princess disney dan juga model baju pengantin yang sudah lumrah dilihat. Selain tersedia dalam warna putih, tersedia juga dalam warna lain, seperti biru langit, sage, peach, dan ungu muda.

"Selamat, ya, gaunnya indaaahh sekalii. Saya rasanya pengen nikah lagi, terus pake baju itu dinikahan saya sama mas suami. Top banget, Kiki!" puji salah satu tamu, yang kemudian diikuti dengan pujian dari tamu-tamu lainnya.

"Masyaallah ... bajunya cantik bangeett. Saya suka! Nanti saya promoin ke anak temen saya, siapa tau mau pake gaun ini di pernikahannya nanti."

"Ini mindblowing banget sih! Idenya out of the box!"

"Subhanallah ... Nak Kiki ini multi-talent banget! Kayaknya semua hal bisa dilakuin gitu. Photographer, conten creator, writer, desainer jugaa. Fix, suaminya nanti bakal bangga! Saya doain, Nak Kiki cepet ketemu jodohnya!"

"Masyaallah ... Amin, Pak. Terima kasih!" balas Kiki diiringi kekehan. Ada saja yang menyangkut-pautkan dengan 'jodoh'. Gak acara lebaran, acara reuni, acara kantor pun ada aja yang nyangkut-pautin sama jodoh.

Sedang di tempat yang tidak terlalu jauh, seorang pria sedang memejamkan mata sembari berharap dalam hati. Ya Allah ... Ini jodohnya Kak Kiki. Semoga Kak Kiki sabar nunggu hamba, Ya Allah!

"Gaskeun atuh euy!" kata Edo sembari menepuk bahu Dika cukup keras. Entah, pria satu ini datang dari arah mana, yang jelas Dika langsung terperenjat setelah mendapatinya.

"Berisik, lo! Kalau ada yang denger gimana?" tanya Dika sambil celingak-celinguk, lalu ia pun berbisik, "Ada Bu Ara sekitar sini. Bahaya kalau sampe denger."

"Lah, gak pa-pa kali. Kalau kedengeran sama Bu Ara, lamar sekarang juga!"

"Lamar ... Lamar ... Pala kau!"

"Haha ... Udahlah, nih, hp lo udah bener." Edo menyimpan benda pipih itu di telapak tangan Dika.

"Delayed. Tapi gak pa-pa. Thanks."

"Don't mention it! Itu bentuk tanggung jawab gue atas kesalahan yang udah gue buat."

"Ok, fine."

"Ya Allah! Kak Kiki, sumpah keren banget itu tadi! Kalau Kak Kiki ngerancang itu pas aku nikah sama Mas Abdi, pasti aku bakalan seneng banget pakenya."

Suara itu, membuat Dika lekas menoleh ke sumber suara. Dua perempuan yang berhubungan dengan hatinya—yang satu 'telah' dan yang satunya 'sedang'—tengah bersua dan berpelukan erat. Mereka tampak akrab sekali—tepatnya, Kiki memang akrab dengan siapa saja, sama halnya dengan Rinda.

"Mantan lu, tuh!" Terdengar suara sang kakak yang baru tiba di dekatnya mencoba mengompori.

"Apa sih, Kak?"

Gak tau aja, kalau perasaan gue ke Rinda udah terkikis setelah dia memutuskan untuk mengabdikan diri pada seorang pria yang telah mengucapkan kalimat sakral atas namanya. Lebih akuratnya sih, Kak Nia gak tau aja, kalau gue udah suka sama sahabatnya sejak lama.

"Iya nih, Kak Nia. Kakak gak tau aja, kalau Dika udah suka-"

"Edo!" sambar Dika yang langsung membuat Edo menutup mulut rapat-rapat.

"Suka siapa, Do?"

"Alah, udahlah si Edo emang suka ngaco!" balas Dika, tak ingin pembahasan ini melebar dan memanjang.

"Ih, kok gitu. Udah, kasih tau gue aja. Biarin Dika, gak usah didengerin ancemannya."

Edo tak berani mengucap satu huruf pun saat mata Dika berubah seperti tatapan elang.

"Calon istrinya Kak Erfan yang cantik jelita dan baik hati, udah, yaaa. Gak usah dibahas lagi," bujuk Dika.

Mendengar itu, Nia merasa hatinya menghangat. Perempuan itu jadi senyum-senyum. "Bisa aja lu ngerayu gue. Udahlah gak pa-pa, entar juga gue tau sendiri."

Setelah perdebatan singkat itu, Dika melihat Kiki berjalan di antara Abdi dan juga Rinda. Sontak mata Dika membesar mendapati hal itu. Ini bukan hanya masalah Kiki berjalan di antara pasangan suami-istri, tapi ini soal tangan Kiki yang menggenggam tangan Rinda dan juga Abdi.

"Bukan mahram ...," lirih Dika masih dengan tatapan tak percaya. Sebab, Kiki yang dia kenal, sangat menghindari kontak fisik dengan siapa pun.

"Eh, itu si Kiki ngapain megang tangan suami si Rinda juga, Dika?" Nia pun sama herannya. "Lho, itu mereka mau nemuin Bu Ara!"

"Masa iya sih, si Kiki kemaren ilang tuh gara-gara jadi madunya si Rinda?"

Edo membulatkan mata usai melihat bukti konkretnya langsung—pegangan tangan—ditambah lagi, ucapan Nia yang belum seratus persen akurat itu membuat dirinya panas-dingin. Spontan saja Edo pun melihat ke arah Dika, akan seterkejut apa dia? Wajah Dika tampak memucat, dan tetes-tetes keringat bermunculan, membasahi pelipisnya.

"Ah, apa sih ini mulut? Enggak, gak mungkin Kiki kayak gitu! Dia paling gak suka sama poligami, denger namanya aja dia udah mau ngegas," lanjut Nia setelah menyadari kata-katanya yang ngelantur. "Bisa-bisanya gue su'uzhan sama sahabat gue sendiri, astagfirullah!"

Dika tetap tidak mengubah ekspresinya, ketegangan masih meliputi mimik wajahnya. Apa mungkin kecurigaan Kak Nia ada benernya?

"Dika, lo waktu itu bilang, kan, kalau Kiki mau ngomongin apa yang terjadi waktu dia gak balik di acara sekarang? Apa ada kaitannya sama keluarga Rinda, ya?"

"Mmm ... M-mungkin, Kak," jawab Dika agak terbata. Kalau bisa dikatakan, lutut Dika sudah mulai lemas, tak kuasa untuk mencerna prasangka Nia barusan. Jika sampai sesuai dengan realita yang ada, entah akan bagaimana nasib hatinya itu.

"Yo, samperinlah! Gue kepo!" ajak Nia yang langsung menarik tangan Dika untuk segera menyusul langkah sahabatnya.

Selamatkan hati hamba dan impian hamba untuk hidup menua bersamanya, Ya Allah! pekik Dika dalam relung hatinya yang paling dalam.

***

Garut, 17 Juli 2023

Apa kabar?

Masyaallah ... After long time nih aku akhirnya bisa nulis lagiii🤗
Seneengg bangeettts! 🤭

Terima kasih udah selalu menunggu update-tan cerita ini✨

Jangan bosen yaaa🥰

Salam hangat, Aida 🍃

Oh iya, yang mau gabung di grup chat, bisa kunjungi linknya yaa(◠‿・)—☆
https://chat.whatsapp.com/K3bNApIl2wTDi7qbiRcYBV

ACC, Mom!✔️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora