03 || di rumah berdua

Start from the beginning
                                    

Sofa dan meja sudah tidak di tempat nya lagi, karpet bulu milik Gibran di gulung dan di simpan di dekat televisi. Bungkus snack dan makanan lain yang masih utuh berserakan di meja dan lantai, membuat kesan yang sangat berantakan.

Mereka begadang sampai larut malam, ah ralat, maksudnya sampai pagi pukul 04.30 wib. Namun, mereka tak langsung tidur, ke 6 nya di ceramahi dan di gusur serta di seret oleh Azril untuk berwudhu dan menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah. Sebagai bapak tiri yang baik, harus mencontohkan yang baik juga untuk anak anak jahanam nya.

Posisi tidur para remaja itu juga sangatlah jauh dari kata rapih. Ade menindih tubuh Kavin dengan kakinya, Kaisar tidur bersandar dengan buku di pangkuan nya, dan Danu dengan Gibran tidur menyilang.

Sedangkan Varel tidur di atas sofa, cowok itu lebih memilih untuk tidur sedikit menjauh dari sahabat sahabat nya daripada bangun badan sakit semua.

Sementara itu, di meja makan sudah di siapkan banyak jenis makanan. Bi Nai, Anin dan juga Ara pagi pagi sekali memasak dengan porsi banyak. Karna mereka tahu, ada 6 remaja yang kini tengah menumpang di rumahnya. Iya numpang, kan cuman nginep sehari.

Arion duduk di kursi dengan secangkir kopi dan koran pagi yang pria itu baca. Ara sedang bolak balik naik ke atas dan ke bawah hanya untuk mencari Ling-ling yang pagi-pagi sudah hilang entah kemana.

"Kamu ngapain sih, dek? Nyari apa?" Tanya Anin yang tengah selesai menyimpan sayur ke atas meja makan.

"Nyari Ling-ling, mah. Tu meong ilang pas Ara tadi naik ke kamar mau ambil hp," jawab Ara seraya melihat lihat ke sekitar.

"Ilang apanya? Orang Ling-ling ada di atas kulkas tadi mama liat."

"Hah? Ngapain ya Allah tu kucing di atas kulkas?" Ucap Ara seraya meraup wajahnya.

"Ya mama gatau, dek. Dah sana ambil, nanti sekalian bangunin abang abang kamu sama temen temennya."

Ara mengangguk lalu berjalan ke arah dapur.

"Jangan Ara yang bangunin mereka, ma," ucap Arion.

"Loh kenapa?"

"Mama kaya gatau Ara aja."

"Yaudah lah biarin aja."

Ara mengambil kursi dan di dekatkan dengan kulkas 2 pintu miliknya. Benar saja, di sana terlihat Ling-ling yang tengah tertidur pulas dengan memeluk boneka ikan asin yang Ara belikan tempo hari.

Gadis itu menggelengkan kepalanya karna sudah lelah dengan sifat kucing gembul miliknya. Jika tidak sayang, sudah Ara buang hewan berbulu itu ke jalanan.

"Ling, bangun Ling." Ara menusuk nusuk badan Ling-ling yang tebal akan bulu itu dengan jari telunjuk nya beberapa kali, namun sang empu hanya mengeong kecil laku terlelap kembali. Dasar kebo.

"WOI LING-LING! GUE BAKAR BONEKA IKAN ASIN PUNYA LO YA KALO GAMAU BANGUN!"

Seakan hewan itu mengerti akan ucapan atau yang lebih tepatnya ancaman dari sang majikan, Ling-ling membuka mata nya dengan lebar dan berdiri seraya menggigit bonekanya lalu melompat ke arah Ara.

Dengan sigap gadis itu pun menangkap Ling-ling, dan sekarang kucing tersebut sudah aman di dekapan Ara.

"Harus di ancem dulu ya lo kalo mau nurut? Nakal," gerutu Ara seraya berjalan ke arah meja makan. Ia titip kan kucing nya pada sang papa lalu gadis itu berlari naik ke lantai atas, lebih tepatnya ke kamar Gibran.

Ketua Osis Manja Is MineWhere stories live. Discover now