CHAPTER 2 : FEBRUARI

5 2 0
                                    

"Salah satu hal yang bikin gue bahagia di hari Valentine ini adalah lo yang bersedia diajak video call. Enggak perlu saling tatap setiap hari buat nunjukin bahwa ... lo spesial."

— Kale Matalino —

***

Sesuatu bisa dikatakan spesial apabila hal tersebut mampu membuatmu terpana dengan kesan pertama serta tingkah lakunya yang tidak biasa. Kespesialan itu pun Ale temukan dalam diri Aylin, seorang gadis yang sebulan belakangan gencar menjalin komunikasi lewat aplikasi WhatsApp. Pembahasan mereka sebenarnya tidak jauh dari kucing; Ale yang membahas seputar Endymion serta shelter, dan Aylin yang selalu riang bila membicarakan perihal tingkah Selene. Hubungan tanpa status, bisakah interaksi mereka disebut seperti itu?

Ah, sepertinya terlalu dini menyimpulkan hubungan dua manusia yang sejatinya dipertemukan lewat media sosial. Sejauh ini pun mereka belum pernah saling bertatap muka, hanya berpusar di telepon, komentar Instagram, dan chat WhatsApp. Bukannya enggan memulai, Ale hanya tidak mau memaksa Aylin yang sempat mengatakan tidak siap untuk face reveal.

Kalau boleh jujur, dengan 435K followers Instagram dan ratusan ribu subscriber di YouTube, bukan hal yang sulit bagi Ale untuk menemukan pacar. Selain itu, dia juga cukup terkenal di kampus karena konten-kontennya sering dibagikan di grup kelas maupun info antarfakultas. Namun, sampai saat ini pemuda itu masih tidak mau menjalin hubungan. Alasannya klise, "Belum nemu yang klik di hati."

"Ale, paket-paket lo udah gue amanin di atas!" teriak Adit, salah satu karyawan shelter yang baru saja menghampiri Ale dengan napas ngos-ngosan. Mereka sudah bersahabat sejak SMA, bahkan hingga kuliah pun memilih jurusan yang sama. Sebagai sahabat, Adit selalu mendukung apa yang dilakukan Ale—selama itu masih ada dalam jalur yang benar, begitu pun sebaliknya. "Gila! Valentine gini lo dapat banyak kado dari fans yang rata-rata semuanya cewek. Enggak ada niat buat dipacari salah satunya?"

Ale menggeleng. Sudah sering pemuda itu mendapatkan pertanyaan demikian. Jika bukan saat live di Instagram, pasti saat take video rescue di tempat tidak terduga. Gadis-gadis tersebut sangat mengagumi Ale karena dia pencinta binatang. Mereka bilang sosok Ale sangat keren, apalagi ketika tengah melakukan pertolongan pertama pada anak kucing yang ditemukan di jalanan.

Tidak ingin mendapatkan berondongan pertanyaan, pemuda itu menepuk bahu Adit lalu menggendong Endymion untuk dibawa ke lantai atas. "Lo aja yang pilih salah satunya buat dijadiin pacar, Dit."

"Dih. Mereka maunya sama lo, bukan sama gue, Bro."

"Gue sibuk," cetus Ale sambil menaiki satu per satu anak tangga tanpa memedulikan reaksi Adit yang mencebik karena bosnya selalu bersikap seperti itu bila membahas seputar gebetan. "Sekali lagi lo ngomong, gue potong gaji lo sampe abis, Dit."

"Astaga!"

Pekikan Adit masih dapat Ale dengar, meskipun dia sudah berada di lantai atas. Diam-diam pemuda itu menyeringai, menyadari Adit tidak akan berani banyak berkomentar bila disinggung seputar pemotongan gaji. Inilah salah satu keuntungan menjadi owner—bisa mengancam bawahan saat resek, dan Ale bangga akan hal itu. Namun, apa yang didapatkannya sekarang tentu saja tidak instan, meski sudah menyukai kucing sejak kecil, Ale baru terjun menjadi konten kreator sejak masuk kuliah. Perjalanan pemuda itu pun tidak semulus melewati jalan tol; banyak tikungan, tanjakan, serta aspal berlubang yang harus dilewati. Dengan kesabaran, konsistensi, dan ketekunan, akhirnya Ale bisa seperti saat ini. Sebuah pencapaian yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Boy, berdoa, ya, semoga Aylin bersedia bikin konten kolaborasi kedua sama kita," katanya sambil mengelus kepala Endymion, seekor kucing munchkin berbulu putih abu-abu. "Kalau acc, nanti gue beliin mainan baru."

MANGATA : KaiZenUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum