Tahun Cahaya di Pertengahan Musim Panas (LAST)

210 28 3
                                    

Seungcheol membuka matanya saat merasakan sedikit pusing di kepalanya. Ia melihat mingyu berbaring disampingnya. Seungcheol masih kesal dengan kejadian semalam jadi seungcheol berbalik dan memunggungi mingyu.

Mingyu yang merasakan pergerakan disebelahnya segera duduk menyandar di kepala kasur.

"Kenapa kamu tiba-tiba minum anggur beralkohol tinggi?" Ada sedikit nada kesal saat mingyu mengatakannya.

Seungcheol yang mendengar pertanyaan mingyu. Dia ikut bangun dan duduk menyandar.

Seungcheol tidak tahu harus menjawab apa. Selama ini ia mencintai dalam diam pada mingyu. Ia menyembunyikan cintanya di tempat yang tak bisa dilihat siapapun. Jadi bagaimana mingyu akan tahu...

Seungcheol melengkungkan bibirnya dan menatap kedepan dengan wajah kesal.

"Kenapa kau tidak jujur padaku kalau kau selama ini memiliki seseorang yang kau suka? Kenapa kau masih bersikap baik padaku saat kau memiliki seseorang di hatimu?"

"Kau tau? Aku merasa sangat bersalah karena merebut kekasih orang lain" Seungcheol merasa air matanya luruh tanpa sadar segera menghapusnya.

"A-aku akan pergi kerja. Kamu tidak usah mengantarku"

Seungcheol tidak mau mendengarkan jawaban mingyu. Ia tidak ingin membuat hatinya semakin sakit lagi. Cukup tadi malam saja ia terluka.

Seungcheol berjalan sendirian ke stasiun kereta bawah tanah untuk pertama kalinya. Ia menangis sambil berjalan. Ia tidak peduli pada pemikiran orang lain. Dulu, Mingyu akan selalu mengantarnya terlepas hari itu hujan deras atau tidak. Mingyu tidak pernah sehari pun tidak mengantarkan seungcheol ke stasiun kereta.

Seungcheol semakin menangis menyadari bahwa orang yang dia suka selama bertahun-tahun ternyata menyukai orang lain. Seungcheol bertanya dalam hatinya.

"Apa aku tidak akan pernah melihat senyum konyol dan manis itu lagi?"

"Apa aku tidak akan pernah mendapatkan ice latte setiap pulang kerja?"

"Apa aku tidak akan pernah merasakan kehadiran mingyu lagi?"

"SEUNGCHEOL TUNGGU!"

"SEUNGCHEOL!"

"TUNGGU!"

Seungcheol dengan cepat menyeka air matanya dan berlari ke stasiun kereta bawah tanah saat dia mendengar Mingyu memanggil namanya di belakangnya. Seungcheol tidak berani menoleh, dia takut Mingyu akan melihatnya dalam kondisi kacau seperti sekarang.

Seungcheol melihat bahwa kereta yang akan dia tumpangi akan ditutup, jadi dia buru-buru masuk kedalam. Ia duduk dengan orang yang bertubuh tambun jadi bisa menutupinya. Seungcheol melihat sekilas mingyu masih berdiri disana dengan rambut acak-acakan dan terengah-engah, dan pakaiannya basah oleh keringat.

Yang ada di pikiran seungcheol sekarang adalah Mingyu sangat aneh sekarang, dia tidak pernah melihat wajah bingung dan keputusasaan di wajah mingyu.

Seungcheol tiba di perusahaan dengan mata merah dan bengkak. Seungcheol menelungkupkan kepalanya dimeja ia kerja. Ia menyesali sikapnya yang ceroboh dan egois tidak mau mendengar mingyu tadi.

"Seungcheol" Itu adalah suara Shen Ze Yan.

Merasa namanya dipanggil. Seungcheol mengangkat kepalanya dan melihat Ze Yan duduk di kursi di sebelahnya.

"Seungcheol, apa kau tau bagaimana cemasnya dia saat melihat kamu mabuk saat itu? Andai kamu tau, saat kami diskusi untuk artikel mingyu terus saja membicarakan mu. Entah sudah berapa kali dia menyebut namamu saat kami diskusi"

"Sebenarnya terserah padamu untuk percaya atau tidak, tapi aku pernah bertanya darimana semua inspirasinya saat menulis dan dia menjawab kalau seluruh dunianya adalah tentangmu cheol"

"Bahkan dia bercerita ketika inspirasi muncul tapi anda baru turun dari kereta. Dia akan meletakkan semua yang ada di tangannya hanya untuk memberikan ice latte untukmu. Aku harap kau bisa memikirkan semuanya dengan baik." Zhe yan menepuk bahu seungcheol dan pergi begitu saja.

Seungcheol menyesali semuanya, ia kemudian berdiri dari duduknya dan hendak pergi ke luar untuk mencari mingyu. Tapi sebelum ia pergi melangkah ke arah pintu, mingyu sudah berdiri disana.

"Ggyu" Ucap seungcheol dengan wajah sedih. Mingyu menjawab dengan merentangkan kedua tangannya dan Seungcheol bergegas mendekat dan melemparkan dirinya ke pelukan Mingyu.

Dengan izin dari bos, Mereka berdua pergi ke kedai kopi di lantai bawah bersama.

Mingyu terus memegang  tangan Seungcheol erat-erat seolah-olah dia takut seungcheol akan melarikan diri lagi. Seungcheol sedikit malu tapi ia sangat senang.

Mereka duduk diam untuk waktu yang lama. Seungcheol ingin berbicara untuk memecahkan situasi yang canggung tapi belum tepat saat ia akan mengeluarkan suara, mingyu menginterupsinya.

"Aku menyukaimu."

"Aku menyukaimu selama bertahun-tahun."

Seungcheol tercengang, dia telah mendengar kalimat ini berkali-kali dalam mimpinya, tetapi dia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari mingyu akan benar-benar mengatakannya. Rasa ini begitu indah seperti ada kupu-kupu di perutnya.

"Aku juga menyukaimu"

Seungcheol ingin mengatakan seribu kata kepada Mingyu, tetapi ketika kata-kata tadi yang keluar dari mulut seungcheol mewakili seluruh perasannya selama ini. Mingyu memeluk Seungcheol dengan gembira, seolah kembali ke cinta murni yang mereka miliki saat masih muda.

Di kedai kopi, musik merdu menemani suasana manis mereka berdua. Seungcheol meringkuk di pelukan Kim Mingyu mendengarkan hal-hal yang tidak diketahui Seungcheol tentang hubungan mereka selama bertahun-tahun. Seungcheol tersentuh dan menangis.

Ternyata kedai kopi di sebelah stasiun kereta bawah tanah tidak sepi, Mingyu tidak pernah di sana untuk menulis. Itu hanya alasan yang dibuat-buat untuk mengantarnya bekerja dan menjemputnya setelah pulang kerja.

Ternyata Mingyu membelikan sarapan bersamanya setiap hari dan hal ini mengubah kebiasaan mingyu mengikuti milik seungcheol.

Ternyata Mingyu membeli Ice latte untuknya sambil melihat jadwal kereta agar ice latte itu tetap enak dan pas.

Ternyata pada hari pesta bersamanya, Mingyu memiliki agenda untuk wawancara dengan penerbit tapi demi seungcheol, mingyu banyak meminta maaf kepada penerbit untuk wawancara diundurkan.

Ternyata setiap kali Mingyu selesai bermain bola. Ia akan berlari ke arah supporter gadis dan dirinya. Dan mingyu selalu mengambil botol yang ada ditangan seungcheol.

Ternyata Mingyu tidak begitu baik pada semua orang dan dia tidak pernah menyadari betapa istimewanya dia di mata Mingyu.

Tak ada yang namanya kebetulan, semua kebetulan itu adalah buatan manusia sendiri.

Mingyu diam-diam mencintai Seungcheol dengan caranya sendiri. Hanya saja Seungcheol naif tidak pernah menyadarinya dan selalu berpikir bahwa Mingyu memiliki orang lain di hatinya.

Seungcheol penasaran dari mana inspirasi Mingyu berasal. Ternyata semua berasal dari akumulasi waktu yang dihabiskan bersama Seungcheol.

Mingyu menulis cerita mereka ke dalam buku bukan untuk komersial tapi kenangan ini begitu berharga, mingyu tidak mau kenangan ini dilupakan seiring berjalannya waktu.

Di musim panas ini, Mingyu akhirnya mengumumkan perasaannya pada Seungcheol kepada dunia. Dengan angin musim panas yang hangat dan ice latte yang manis menjadi saksi bisu kisah mereka.

Musim panas ini bukan menjadi akhir bagi kisah cinta mereka yang manis tapi menjadi lembaran baru di musim selanjutnya sampai selamanya.

Dulu, dua garis paralel itu hanya berdekatan tapi sekarang dua garis paralel itu berpotongan dan bertemu satu sama lain.

🖤💚🖤💚
GYUCHEOL JAYAAAA

GYUCHEOL STORIES COLLECTIONWhere stories live. Discover now