Bagian 5

142 18 0
                                    

Dingin. Sampai-sampai membuatnya menggigil tak karuan. Salju yang membuat dirinya seperti itu. 

Dia sendirian. Terjebak di tengah hutan yang gelap. Tanpa adanya penerangan kecuali bulan yang penuh di tengah malam. 

Napasnya mengembung jelas. Sambil memeluk tubuhnya yang bergetar, mulai menatapaki tumpukan salju. Berjalan tanpa arah.

Pikirannya kosong. Lebih tepatnya tidak dapat mengingat alasan dirinya berada di tempat ini. Yang bisa ia lakukan hanya mengikuti kakinya bergerak. 

Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada hewan hutan yang menghampirinya selama perjalanan. Tidak ada suara serigala yang seharusnya berada di hutan. Hanya ada dirinya sendiri. 

Rasanya lelah. Energi terserap habis mempertahankan kehangatan. Matanya sangat berat. Hendak menutup dan menjatuhkan dirinya. Tapi kakinya terus membawanya pergi. 

Langkah demi langkah. Melewati pepohonan tanpa henti. Hingga terlihat  ujung dari hutan ini dari kejauhan. 

Maniknya memfokuskan dirinya lagi. Mendapati cahaya dari ujung sana. Perlahan tapi pasti dia mendekatinya. Sambil bertumpu pada pohon untuk membantunya bergerak di saat tubuhnya mulai membeku. 

Kedua maniknya membelalak. Melihat pemandangan yang ada di depannya. Namun, tubuhnya tidak bisa bergerak lebih jauh lagi. 

Seseorang terbaring di depan sana. Bersamaan dengan mobil yang mengeluarkan asap tak jauh darinya. Seperti jatuh dari tebing di atas sana.

Tubuh itu tidak bergerak. Darah mengucur dari balik lehernya. Menggenang hingga sedikit melelehkan salju disekitarnya. Akan tetapi, dia dapat melihat. Kedua maniknya masih membuka dengan susah payah.

DIa mencoba mendekatinya. Memastikan kehidupan dari orang itung. 

Baru saja dua langkah ia lalui. Maniknya mendapati sesosok berdiri tak jauh dari orang itu. Menatap dirinya secara langsung. 

Ia mengernnyit menatap balik sosok itu. Sosok yang layaknya manusia. Hanya saja memiliki kulit yang sangat amat pucat yang terbalut jubah hitam yang menjuntai hingga menutupi salju sekelilingnya. Wajahnya ditutupi oleh tudung. Tapi Ia dapat melihat tatapan tajam menusuk dirinya. 

Dia terkejut. Sosok itu bergerak. Berjalan mendekatinya yang terdiam menyadari keberadaan itu. Tanpa belas kasih melewati orang yang terkapar di sana. 

Rasa takut tiba-tiba menghantuinya. Semakin dekat sosok itu melangkah maju. Namun, tubuhnya tidak dapat bergerak seinci pun. Seakan terpaku pada tumpukan salju. 

"Sadarlah." 

Suara menggema. Namun, dia tidak melihat sosok itu menggerakan mulutnya. Seakan suara itu memang berada di kepalanya. 

Sosok itu semakin mendekat seiring jantungnya yang berdetak semakin cepat. Membuat beberapa tusukan akibat bekerja terlalu banyak. Tetapi dia tidak bisa bertindak. Hanya pasrah jika sosok itu mencelakai dirinya. 

"Pilihlah. Tidak ada banyak waktu." 

...

Napas itu tak beraturan. Keringat dingin membanjiri tubuh itu. Beberapa upaya telah dilakukan. Tapi tidak banyak membantu. 

Diraih tangan dari sosok yang berbaring itu. Sangat dingin bagaikan salju di tengah malah. Bukan panas seperti biasanya saat ia kelelahan. 

Sudah satu jam berada di posisi ini. Iori sampai mengambil beberapa penghangat dari kamar member lain. Ruangan ini sangat panas sampai-sampai ia bercucuran keringat. Tapi si empu seakan tidak dapat merasakan kehangatannya sama sekali. 

Efuola [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang