Genting!!

412 48 4
                                    

Itu Gwi-nam. Ketika sampai diatas, Nara mengulurkan tangan nya untuk pria itu. Namun, Gwi-nam malah berbalik arah lalu berteriak bahwa ia akan baik baik saja. Nara menatap cemas Gwi-nam yang mulai menyatu dengan kericuhan ditengah kantin.

"Yak Lee Nara cepatlah!!" Suara I-sak menyadarkannya. Nara bergegas turun lalu berlari bersama I-sak. Tak jarang mereka harus melawan mayat hidup yang berusaha memakan mereka. Mereka benar benar bingung. Tujuan keduanya tentu kelas mereka.

Astaga kenapa digedung ini ada begitu banyak zombie. Nara mulai lelah. Tenaganya habis. Ia hanya mampu berlari menghindari para zombie yang mencoba menggigitnya. Mereka berdua akhirnya sampai didepan kelas. I-sak mencoba membuka pintu. Karna tak kunjung terbuka Nara yang awalnya menendang para zombie agar menjauh mulai ikut menggendor pintu itu. Ada seseorang yang menahannya dari dalam. I-sak beralih membuka jendela. Ia menyadari ada banyak zombie yang mengarah kepadanya juga Nara. Mereka yang berada didalam sedikit berdebat sebelum akhirnya sedikit terpaksa membukakan pintu.

I-sak masuk lebih dulu, lalu Nara menyusul. Senyum lega On-jo tercetak seraya memeluk kedua sahabatnya. On-jo menghamburkan pelukan kepada 2 sahabatnya.

"Apa kamu benar benar tidak digigit?" Suara itu milik Nayeon.

"Tentu mereka berdua tidak tergigit." On-jo menjawab pertanyaan Nayeon. Sementara Nara begitu lelah dan tak sanggup berkata kata. Ia begitu bersyukur bisa tiba disini.

Suh-yeok memperhatikan Nara. Pemuda itu tampak khawatir. Namun, Nara tidak menyadarinya. Nara duduk berselonjor dibawah bersama Wujin.

"Ini seperti train to busan. Apakah mereka zombie?" Cheong-san menyuarakan kebingungannya.

Yang lain tampak berpikir sejenak. Sepertinya apa yang Cheong-san katakan benar. Mahluk mahluk  itu adalah zombie.

"Seharusnya mereka tetap berada difilm. Kenapa mereka juga ada disekolah." Wujin menggeram frustasi. Nara tertawa kecil, Wujin tampak lucu. Nara jadi ingat, Pria itu sering kali bercerita padanya tentang sang ibu yang sering kali mengomel. Wujin  memalingkan wajah kearah lain. Wujin tau Nara bukan tipe perempuan yang peka terhadap seorang pria yang menyukainya, atau mungkin gadis itu tau namun memilih tak peduli.

"Apa tak ada yang membawa handphone?" Ucap Dae-su.

"Tentu saja semua handphone kita dikumpul" jawaban Min-ji mewakili semua orang.

"Mari coba mencari lebih dulu" Ajakan On-jo membuat yang lain mulai ikut mencari.

"Ketemu aku menemukanya" seru I-sak gembira. Mereka berkumpul di sekeliling I-sak.

"Milik siapa?" Tanya Ji-min.

"Aku menemukannya dimeja yeong-ju, tapi ini menggunakan kata sandi." Semuanya menghela nafas kasar. Mulai frustasi. Nara kembali mencari cari handphone, barangkali ada handphone lain.

"Itu yeong-ju arahkan layar handphone ke wajahnya" Gyeong-su menyarankan lalu Cheong-san benar benar melakukannya. Wajah yeong-ju terlalu hancur untuk sekedar face Id.

"Kita tidak membutuhkan kata sandi untuk panggilan darurat." On-jo yang sadar akan kebodohan mereka.

Kami mulai melakukan panggilan darurat ke beberapa aparat berwenang. Seperti polisi juga pemadam kebakaran. On-jo menanyakan dimana ayahnya. Namun ayah On-jo sedang tidak ada disana.

Tiba tiba semua zombie didepan kelas mereka berlari. Entah kemana, seperti kembali mengejar mangsa.

"Kenapa mereka belum datang juga?" Belum ada yang datang menyelamatkan kami. Padahal penggilan darurat sudah cukup lama.

"Apa menurutmu mereka percaya? Bisa saja dikira hanya bercanda." Suh-yeok memberikan perkiraan terburuk. Mungkin, itu mungkin saja terjadi pikir Nara.

"Kalau begitu telpon mereka lagi!" Nayeon tampak tak sabar dan itu menyulut emosi semua orang. Bukankah semua orang juga khawatir dengan keadaan mereka, bahkan rasanya seperti kehilangan akal sehat. Mungkin itu yang dialami Nayeon.

"Baisakah kamu berhenti membentak" Gyeong-su berbicara dengan nada bersahabat.

"Kenapa kamu ikut campur? Aish shibal!" Nayeon makin menjadi-jadi. Membuat Gyeong-su menghampiri gadis itu sebab emosi.

Namun perhatian semua orang langsung tertuju pada suara pintu terbuka. Sebelumnya pintu itu dijaga oleh Gyeong-su. Itu Pak Kang, dia memasuki kelas dengan terburu buru. Pak Kang langsung menyuruh mereka untuk menghalangi pintu dengan kursi. Semuanya melakukan apa yang pak Kang perintahkan.

"Nara bagaimana ini?" I-sak menunjukan pada Nara sebuah bekas gigitan dilengan pak Kang.

Jika begini mereka semua bisa mati.

<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠↗

Hai guyss janlup komen and votenya yaaa!!

Aku mau mpls dulu!

Salam manis delaa(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*⁠。

Good Luck Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang