Hari Bersih bersih

458 51 0
                                    

Nara bangun lebih pagi dari biasanya. Kali ini bukan karna jadwal piket yang mengharuskannya datang lebih awal ke sekolah. Ini karna ia. Mencoba  menghindari Omelan bibinya jika tau pulang jam berapa ia tadi malam. Padahal matahari saja masih malu malu untuk terbit, namun gadis itu telah rapih dan siap berangkat kesekolah.

Nara melangkah dengan hati hati agar tidak menimbulkan kebisingan. Rumah ini masih sepi. Tentu saja karna para penghuninya masih nyaman terlelap. Biasanya juga Nara masih merangkai mimpinya sama seperti yang lain. Nara agak bernafas lega melihat kelenggangan ini.

Namun dugaannya salah. Ketika ia melewati dapur, seseorang memanggilnya. Matilah ia, itu bibi.

"Eoh! Apa ini? Kenapa kamu pergi kesekolah sepagi ini?" Jantung Nara seperti ingin terlompat keluar sangking terkejut akan sapaan itu. Ia menetralkan dirinya sebelum menjawab pertanyaan bibi Lee.

"Oh bibi, ituu...  akan ada jadwal bersih bersih diruang kesehatan hari ini. Jadi, sebagai ketua organisasi yang baik, aku akan berangkat dan membersihkan ruangan itu lebih awal" jawab Nara disertai senyuman yang terlihat terpaksa. Setelah menyelesaikan pernyataan palsunya tadi, ia segera bergerak keluar rumah, sebelum kembali diterpa pertanyaan beruntun. Bibi berteriak menyuruhnya untuk sarapan terlebih dahulu, namun langsung disahut Nara dengan teriakan juga, bahwa ia akan mampir ke toserba untuk membeli sarapan disana.

Nara bergumam dengan dirinya sendiri. "Apa aku mulai pandai berbohong?. Aigoo Lee Nara." Ia jelas mencetak senyum bangga. Lantas kembali melanjutkan perjalanan menuju toserba. Tak lupa memasang earphone dengan lagu yang mampu membangun perasaan baik dan menyenangkan dipagi yang masih terlalu pagi.

Kini, Nara telah tiba di toserba. Memilah milih apa yang akan dibeli. Sampai ia tak sadar, bahwa seseorang telah mengisi ruang kosong disampingnya . Dia Oh Joon yeong. Murid cerdas dan sedikit kaku. Mereka berdua menggunakan seragam yang yang sama.

Nara mulai menyadari kehadiran lelaki itu yang notabenya juga merupakan teman sekelasnya. Tak ada tanda bahwa mereka akan saling bertegur sapa. Jadi ia melanjutkan kegiatannya menuju kasir. Lalu kembali melangkah menuju sekolah.

┏⁠(⁠^⁠0⁠^⁠)⁠┛

Ia telah tiba disekolah. Dan rupanya begitu memasuki kelas, sudah ada I-sak disana dengan beberapa murid lain. Mereka tengah mengobrol. Ia mulai bergabung kekelompok itu, tampaknya hal yang tengah mereka bahas  menyenangkan.

"Aku mencium baunya. Itu benar benar seperti mayat busuk." Perkataan Lee Nayeon membuat kening Nara berkerut.

"Nu-gu?" Tanya Nara.

"Pak Lee. Pak Lee byong Chan guru sains kita."Nayeon menjawab pertanyaan itu dengan penuh semangat. Disusul dengan I-sak yang juga tampak tak kalah semangat membeberkan informasi yang ia tau seputar Pak Lee. Nara hanya meggidikan bahunya, pertanda bahwa ia tidak tertarik dengan percakapan mereka. Ia mulai melahap roti yang tadi dibelinya ditoserba. Arah pembicaraan mereka masih sama. Dae-su dan Gyeong-su ikut bergabung kekelompok ini. Mereka juga tampak penasaran dengan apa yang dibicarakan para wanita dengan wajah yang begitu tegang.

Nara menarik diri menjauh dari mereka. Ia melihat On-jo datang lalu menyapanya. Namun, kenapa raut wajah gadis itu mengeruh? Apa kejadian tadi malam membuatnya kena marah?

Tiba tiba I-sak datang bergabung dengan mereka. I-sak dan On-jo satu bangku, jadi mereka duduk dibangku masing masing. Sedangkan Nara memilih duduk dihadap keduanya, kursi milik Gyeong-su. Ia sudah izin terlebih dulu pada pemiliknya. Ia bertanya tentang ada apa dengan ekspresi On-jo pagi ini. On-jo menyuruh kedua temanya untuk mendekat kearahnya.

" Aku akan memberi tahu kalian sesuatu." Nara dan I-sak mengangguk patuh. On-jo menatap keduanya serius. Bahkan seperti akan memberi tahu sesuatu yang lebih serius daripada alasan bunuh diri anak Pak Lee. Namun, belum sempat mengucapkan apa apa. Atensinya kini ditarik habis oleh seseorang yang baru saja masuk kedalam kelas. Lee Suh-yeok. Pemuda itu masih sempat  memberikan pukulan diatas kepala Nara. Sudah biasa Suh-yeok melakukan itu. Baginya seperti sapaan pada Nara. Hal ini membuat gadis itu  berdiri lalu melayangkan tendangan di area kaki pemuda itu. Bukankah hal tersebut juga sering ia lakukan pada Suh-yeok. Jadi mereka seri. Suh-yeok mengerang kesakitan. Nara kembali bersiap memberikan tendangan keduanya Karna merasa geram.

"Lee Nara berhenti menyakiti suh-yeok. Dia hanya seorang pria tanpa kaos kaki. Kamu harus banyak banyak mengasihaninya." Jang Wujin mencoba membela teman lelakinya itu. Ia bersedia menjadi tameng bagi Suh-yeok. Suh-yeok tetap memberikan postur tubuh kesakitan yang sangat jelas dilebih lebihkan. Hal itu membuat Nara makin bersemangat untuk menghajar kembali laki laki itu. Kali ini ia akan memberikan pukulan keras diatas kepala sang empu. Tak peduli seberapa banyak anak laki laki yang mengerubungi pria itu.

Usahanya tampak gagal, tangan Cheong-san tiba tiba menghentikan pergerakannya. Nara berdecak kesal, kali ini ia akan menjalankan dramanya. ia memilih pergi meninggalkan kelas menuju keruang kesehatan. Sementara dikelas mereka kembali melakukan kegiatan masing masing.

ᕦ⁠(⁠ಠ⁠_⁠ಠ⁠)⁠ᕤ

Agenda bersih bersih masal kalik ini akan dilakukan seluruh warga sekolah setelah bel pelajaran berbunyi. Namun sepertinya gadis itu akan bebersih lebih awal dari yang lain. Nara menyapa perawat yang ada disana. Lalu mulai melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Bel masuk sudah lama berbunyi, Nara sudah selesai dengan kesibukannya. Hari ini mereka dijanjikan akan pulang lebih cepat. Gadis itu tampak bersemangat menyusul On-jo dan I-sak untuk pulang bersama. Matanya mengedar keseluruh penjuru sekolah. Sesekali ia bertegur sapa dengan teman teman sekolah yang mengenalnya. Nara memang cukup terkenal disekolah karna Karna prestasi dan bakatnya dalam menari balet. Beberapa mendali emas sudah berhasil direnggut oleh gadis itu.

"Yakk! Lee Nara jangan lupakan kelas baletmu hari ini. Kamu tidak boleh terus terusan bolos!" Teriakan Nayeon terdengar begitu nyaring ketika mereka tak sengaja berpapasan dilorong. Nara mengangguk tanpa berniat melakukan hal yang Nayeon perintahkan. Les balet adalah kemauan ibunya. Beliau begitu terobsesi menjadikan putri semata wayangnya seorang penari balet. Hal itu membuat Nara kelelahan dengan seluruh obsesi ibu yang tak kunjung mereda.

Ia menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan prasangka buruk tentang wanita paruh baya itu. Kedua orang tuanya berpisah saat Nara masih kecil. Lalu, Nara kecil memilih tinggal bersama ibu. Ibu begitu sibuk dengan segala pekerjaannya dikantor. Bahkan begitu jarang untuk sekedar berpapasan dengan Nara. Ah sudahlah, ini bukan sepenuhnya salah ibu. Toh beliau bekerja keras untuk putrinya juga.

Nara berhasil menemukan sosok yang ia cari dan bergabung dengan On-jo dan I-sak yang terlihat sudah berjalan bersama sejak tadi. Mereka bertiga berniat untuk kerestoran baru Cheong-san yang belum dibuka. Benar, beberapa hari lalu, bibi menyuruh Nara dan On-jo mengajak temanya untuk mencicipi resep terbaru dari kedai ayam goreng Cheong-san.

On-jo berlari kearah dua laki laki yang tak berada jauh didepan mereka. Nara dan I-sak mengikuti langkah Onjo. Gadis mungil itu tengah berbincang dengan sepupu Nara juga temanya Gyeong-su.

"Tentu, aku akan ikut dengan kalian. Apa kamu juga ikut?"pertayaan Gyeong-su terlontar untuk I-sak.

"Bibi Lee menyuruh On-jo dan Nara membawa teman. Dan, itu aku" I-sak menunjuk dirinya sendiri.

Cheong-san tampaknya sibuk dengan ponsel genggamnya. Pemuda itu tidak menghiraukan obrolan sekelompok orang dihadapannya yang tengah membahas pasal restoran pemuda itu.

Good Luck Together Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum