"Baik, tuan muda"

Setelah butler itu pergi, Kenniro merebahkan tubuh lelahnya di sofa ruang tamu begitu saja, menjadi anak baik hari ini cukup membuatnya kelelahan.

Kenniro menyalakan Televisi didepannya yang menayangkan berita terkini, ia pun menggantinya dengan film action yang disukainya akhir -akhir ini karena tak suka dengan berita yang ditayangkan. Setelah itu, Kenniro mengambil handphone di  sakunya lalu Mabar dengan Raka dan Kemal.

"Sayang, kenapa belum ganti baju?" Tanya Irene yang baru saja datang dengan Olivia

"Capek, Ma" jawab Kenniro tanpa mengalihkan pandangannya dari benda persegi itu

"Bersih-bersih dulu sana" titah Irene

"Bentar, Ma"

Beberapa menit kemudian, Kenniro membanting handphone nya dengan kesal karena kalah bermain game. Tanpa berlama-lama lagi, ia pun berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai Empat menggunakan lift

Selang beberapa menit, Kenniro keluar dari kamar mandi lengkap dengan pakaian santainya. Ia pun berjalan ke arah kasur, menarik selimut dan tertidur dengan cepat.

'sekarang'

DOR!

pyarrr!

.

.

.

Demario, Roy, Carlos dan anggota Daimon lainnya baru saja sampai di markas yang berada di wilayah timur. Mereka sudah siap siaga jika ada pertumpahan darah disini

Mereka masuk lebih dalam, tapi hanya hening yang mereka temui. Tak ada tanda-tanda penyerangan terhadap tempat ini. Tapi, para anggota Daimon yang sudah bertahun-tahun tinggal disini mendadak hilang entah kemana membuat mereka dibuat keheranan

"Berpencar!"

Setelah Demario mengatakan itu, anggota Daimon yang ia bawa pun langsung menuruti perintahnya

"Tuan, sepertinya ada yang aneh" ujar Roy. Dan Demario memang sudah menyadarinya dari ia menginjakkan kaki di bangunan ini. ia harus tetap siap siaga, apa saja bisa terjadi disini.

"Tuan, saya menemukan ini" seorang anggota Daimon menghampiri mereka bertiga dengan membawa benda berbentuk seperti kaleng

Mata Demario semakin menajam setelah menyadari benda apa itu. Itu adalah benda yang jika dilemparkan akan mengeluarkan asap, dan jika seseorang menghirupnya akan membuat orang itu hilang kesadaran

Prok!

Prok!

Prok!

Prok!

"Hahahahahaha!"

Mereka dengan kompak melihat ke asal suara. Tawa kepuasan dan tepukan tangan sarat akan kemenangan itu membuat gigi Demario bergelatuk marah

"Siapa kau?" Tanya Demario dengan dingin, tatapannya tajam siap menghunus siapapun yang ada didepannya

"Anda tidak perlu mengenal saya, yang terpenting tugas saya disini sudah selesai. Tinggal menunggu tuan Darwin melancarkan aksinya. Oh! Atau sudah? Hahahaha!"

Darwin.

Nama yang terdengar tidak asing ditelinga nya. Tapi siapa Darwin itu?

"Apa maksudmu?"

"Anda pikir, perusahaan anda yang ada di Amerika yang sekarang sedang bermasalah itu murni karena kesalahan pegawai? Tentu tidak tuan Demario, tuan Darwin yang melakukannya. Dia sengaja agar anda pergi kesana dan tuan Darwin bisa dengan mudah membalaskan dendam nya pada anda"

"Tapi, ternyata bukan anda yang pergi kesana karena suatu hal yang membuat anda tidak bisa pergi kesana"

"Tapi karena kejadian itu, tuan Darwin akhirnya mengetahui kelemahan Anda. Kenniro Alessandro, benar?"

"JANGAN MACAM-MACAM DENGAN PUTRAKU!!" Teriaknya menggelegar dengan mata yang semakin menyorot tajam

"Hahahaha!!"

"Sekarang pikir. tuan besar Alessandro, tuan Atarick dan putra sulungnya sedang ada di Amerika. Anda dan kedua bawahan Anda sedang ada disini. Lalu, dengan siapa putra anda saat ini?" Tawanya lagi-lagi terdengar

"Jadi ini rencananya" guman Carlos. Rencana yang sangat matang, bahkan ia pun berhasil dikelabui.

"Jarak dari sini ke Mansion anda membutuhkan waktu satu jam, itupun dengan kecepatan penuh. Anda harus cepat pulang sebelum terjadi apa-apa dengan putra anda. Tapi, satu jam itu waktu yang sangat cukup untuk—"

DOR!

Tak memperdulikan apapun, Demario segera berlari kearah mobilnya diikuti yang lainnya. Beberapa anggota Daimon membereskan masalah disini termasuk seseorang yang telah tergeletak menggenaskan, dan yang lainnya mengikuti mobil Demario dari belakang.

"Angkat" geram Demario saat telponnya tak diangkat oleh istri ataupun Putranya

"ARKH!!!" Karena frustasi, ia pun membanting handphone nya ke segala arah. Semakin melajukan mobilnya dengan cepat membiarkan Carlos dan Roy yang mengejar dari belakang dengan mobil lain

Tin!

Tin!

Tin!

Tak peduli dengan kendaraan yang kualahan untuk menyingkir saat melihat plat nomor yang ada di mobilnya. Demario semakin kesetanan, bahkan hampir menabrak mobil yang berlawanan arah dengannya. Satu yang Demario harapkan saat ini, Putranya baik-baik saja.















See you next time
🍄🍄🍄

ALESSANDRO||END||Where stories live. Discover now