"Jika dia tetap stay saat kamu kesulitan, fix, pepet terus!"
Jam 6 sore, Aku dan seorang rekan kerjaku cukup lelah usai mengerjakan dekor kelas. Ya, kita ini guru guru SD. Kita pulang lebih sore dari guru-guru lainnya. Semangat kita berdua dalam men-gekor kelas sebelum tahun ajaran baru dimulai terus berlanjut di saat itu, memasang pernak pernik, berbagai bentuk gambar, atau mungkin ...
"eh aku capek gunting lo...hehe" ucap Vera, rekan kerja yang kumaksud yang saat itu sedang menggunting gambar kaktus karena tema kelasnya adalah gurun. Aku pun inisiatif mengambil alih gunting nya dan ku lanjutkan kerjaannya itu. kulihat guntingannya yang kurang rapi, mungkin karena kita sudah terlalu lelah di sore itu.
"lah, kamu gunting nya yaapa ini loh?"
"hehe, kan aku memang gak rapih gitu lo. beda kalau tangan seni yang ngerjain"
Vera langsung mengerjakan bagian lainnya yang belum diselesaikan, daftar pelajaran di papan foam kelasnya. Sembari ia menyusun jadwal kelasnya, ia minta tolong padaku untuk membacakan jadwal yang tertera di handphone nya. Saat itu suasana sekolah sudah sunyi, seluruh kelas gelap, hanya lampu lorong yang menyala. Sesekali aku cerita dengannya, apapun itu, niatku hanya untuk menghidupkan suasana.
"Kamu gak dicariin orang tuamu dirumah?"
"santai, aku udah bilang orang rumah. Biar dirumah gak ada kerjaan lagi"
"pekerja keras banget kamu ya"
sambil menggunting nama murid-murid nya, Vera menjawab sambil menolehkan tatapannya padaku. "iya ta mister?"
"em... tapi iya kan? kamu loh masih giat kerja di jam segini"
"jadi... aku cuma mengerjakan kewajibanku aja kok"
Banyak obrolan yang diceritakan antara aku dan Vera. Aku merasa senang ketika aku punya sosok yang mau berbagi cerita seperti ini, bahkan aku sampai di titik mempercayainya. Dia terlampau 3 tahun lebih muda dariku. Ia baru saja lulus sarjana dan tinggal menunggu wisudanya. Sedangkan aku, sudah 4 tahun merasakan lelahnya resign dan masuk kerja di berbagai bidang. Aku merasa terlalu dewasa untuknya, tapi ternyata itu salah. Aku merasa sepaham dengan nya, punya banyak hal yang sama, menyukai hal atau kebiasaan yang sama dengannya, bahkan sampai hal yang kita tidak sukai pun sama.
Tak terasa sudah jam 8 lebih, bahkan mau jam 9. Kita pun siap-siap pulang. Aku inisiatif mengantarkannya pulang jika memang tidak membawa kendaraan.
"bawa motor kamu kan?"
"lah, aku enggak bisa nyetir motor mister" jawabnya dengan nyengir, lalu ia membuka handphone nya.
"sampai lupa aku mau pesan Gojek"
Aku yang mulai peka pun langsung menawarkan tumpangan padanya. Tanpa pikir panjang, aku ajak dia untuk pulang bareng.
"ayo dah, tak anterin"
"loh, gak usah. ngrepotin ih"
"aih, gak usah mikir gitu. Sungguhan ini"
"beneran mister?"
"IYAAA"
Jadi, ya. Dia menerima tawaranku. Aku dan dia berjalan ke lobby di lantai bawah, mengembalikan kunci kelas ke satpam, lalu berjalan ke parkiran motor untuk guru dan karyawan. Semua barang-barangku ku taruh ke dalam jok motorku, dan aku mulai menghidupkan motorku.
~grekkk~
~cegrekkkk~
"mampus, kok gabisa nyala nih motor" kataku dalam hati.
Vera yang melihatku berkali-kali mengengkol motor pun mulai khawatir.
"Kenapa motornya mister?"
Pikiranku campur aduk. Ada panik, malu, marah, bingung semua rasanya.
"em... motornya memang sering gini kok. nanti juga bisa" kataku sambil mengengkol motorku berkali-kali.
"Tapi tadi pagi bisa kan?"
"oh... bisa lah. buktinya aku sampai kesini. Berarti bisa dong"
Sumpah ini akward banget. Mungkin niatnya Vera untuk mencairkan suasana saat aku mengengkol motor berkali-kali, ia mulai menanyakan berbagai hal random.
"plat nomor P itu dari mana ya mister?"
"e... dari... Banyuwangi bisa, Jember bisa, pokok daerah situ. Namanya daerah Basuki Raya"
"buh... berarti mister mawa motor ini dari sana ke Surabaya? jauh banget"
"e... enggak lah. Kirim pakai kereta api sih"
Sisi lain seneng sih, dia berusaha menghiburku. Tapi dalam hatiku "anjir goblok, malu akuuuuuuu"
"Gini aja mister. Aku pesen Gojek aja, nanti aku minta pak Gojek nya nuntun motornya ke bengkel terdekat. Gimana?"
Aku terdiam, dan akhirnya, iya. Ia pesan Gojek, dan pak Gojeknya datang. Tapi pak Gojek yang datang diluar dugaan kita
"Waduh mas, saya habis kecelakaan. Kalau mas nya yang nyetir motor saya, trus nuntunin tidak apa-apa mas"
Beberapa meter dari sekolah sudah kita lewati, tapi tetap tidak ada bengkel yang mau memperbaiki motorku. Sedikit menyerah sejujurnya, tapi aku merasa semangat karena bareng si Vera ini. Ini mungkin awal kejadian yang bisa bikin cerita panjang tentang dia.
-COUNT ON ME-
YOU ARE READING
Count on Me
AdventureTempat kerja sering jadi tempat cinta lokasi buat banyak orang. Tapi bagaimana jika tempat kerja jadi saksi bisu permasalahan pribadi hingga asmara yang harus menghancurkan satu pihak? Menuntut lebih di kota besar, dan kebutuhan primer yang tak masu...
