2

57 6 1
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan lelaki itu masih berada dirumah. Padahal, sebentar lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. Jelas bukan Reygan namanya kalau tidak datang telat ke sekolah. Ya, dia Reygan Malvin Aksara.

"Astaga Reygan! kamu ini bisa telat lagi kalau santai-santai begitu." Aini, bunda Reygan memarahi putra keduanya yang baru turun dari kamarnya di lantai dua.

"Lo kapan tobat sih, Gan?" ujar Ravi, abang Reygan. Namun hanya dihiraukan oleh lelaki itu.

"Bun, Egan gak sarapan ya." ujar Reygan yang hendak menyalami bundanya. Egan adalah nama panggilannya dirumah. Catat, hanya dirumah.

"Kebiasaan! nanti beli makan jangan lupa." peringat Aini.

Reygan segera meluncurkan motornya menuju SMA Tunas Bakti. Ia bersekolah disana. SMA yang cukup populer di Ibu Kota.

Benar dugaannya, tepat sampai di tujuan, gerbang sekolahnya sudah ditutup. Yang menandakan bahwa lelaki itu telat datang ke sekolah. Lagi.

🪸🪸🪸

Disisi lain, salah satu siswi SMA Tunas Bakti sedang khawatir karena ia takut telat datang ke sekolah. Ia Elena Malaikha. Bukan, bukan karena Elena telat bangun. Namun tadi pagi, Tari yang entah sengaja atau tidak mengotori seragam Elena dengan susu cokelat milik anak lelakinya. Elena jadi harus bersih-bersih dan membuatnya mengulur waktu lumayan lama. Sepertinya ia akan telat.

"Pak, bisa agak cepat ya?" ujar Elena kepada pengemudi ojek online. Semenjak datangnya Tari beserta anak-anaknya ke rumahnya, Elena tidak diperbolehkan lagi ke sekolah dengan pak Tarjo — supir keluarga. Karena tugas pak Tarjo sekarang hanya boleh mengantarkan anak-anak Tari ke sekolah. Padahal, sekolah Elena dan anak gadis ibu tirinya  itu sama di Tunas Bakti. Namun sudahlah, Elena tidak terlalu memusingkan hal itu.

Sesampainya di sekolah, tidak meleset dari dugaannya gadis itu terlambat. Ia menarik nafasnya dalam. Hari ini Elena harus siap mendapat hukuman.

Ia melihat murid laki-laki yang sedang berbicara dengan satpam sekolahnya. Sepertinya lelaki itu sedang bernegosiasi karena Elena melihat lelaki itu memberikan selembar uang kertas berwarna merah muda.

"Aduh, bapak teh kemarin baru ditegur sama kepala sekolah karena ketahuan sering lolosin kamu masuk." ujar satpam itu.

"Aduh ini lagi si teteh telat. Kenapa telat teh? udah gak boleh masuk." ujar satpam itu saat melihat Elena mendekat kearahnya dan juga Reygan.

"Pak, boleh ya pak saya masuk sekali ini aja? lagi pula ini hari pertama saya telat kok," ujar Elena memelas.

"Ya emang sih teh, bapak juga gak pernah liat kamu telat. Tapi kan tetep aja hari ini telat."

"Reygan lagi Reygan lagi, apa gak bosan kamu saya hukum?" tiba-tiba bu Rere datang dari arah belakang satpam itu yang membuat satpam itu mundur. Kali ini, ia serahkan saja kepada bu Rere. Bu Rere adalah guru BK SMA Tunas Bakti yang terkenal dengan galaknya.

"Ini kamu juga, siapa namamu? dari kelas apa?" tunjuk bu Rere ke arah Elena.

"Saya Elena bu, dari 11 IPA 1." sahut Elena sedikit gugup. Ini kali pertamanya berurusan dengan guru killer itu.

"Walaupun saya baru lihat kamu telat hari ini, namun tetap kamu tidak disiplin waktu. Saya minta kalian untuk menyapu lapangan. Sampai bersih! kalian baru boleh masuk kelas di mata pelajaran kedua."

Reygan dan juga Elena tampak menghela nafas masing-masing. Mau tidak mau harus mereka lakukan hukumannya.

Elena melihat kearah Reygan yang sedang menyapu lapangan yang luasnya itu bikin menghela nafas berkali-kali. Jujur, ini kali pertamanya melihat Reygan sedekat ini. Reygan itu adalah kakak kelasnya. Salah satu siswa yang paling terkenal di SMA Tunas Bakti. Dikenal dengan ketampanannya, sangarnya, nakalnya. Reygan juga sering balapan liar dan tawuran. Makanya lelaki itu disegani banyak orang disekolahnya. Jika ada yang berani, dapat dipastikan hidup mereka tidak aman lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE FORBIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang