"Gue gak akan pertahanin janin ini." ujar Elena. "Lo mau bunuh dia?" tanya Reygan. "Gue gak akan buat hidup gue lebih hancur lagi!" Reygan beralih menatap Elena dengan tatapan serius. "Jangan pernah berani lo lakuin itu." ancam Reygan. "Lo gak berhak atur hidup gue, Reygan! Gue gak sudi ada dia didalam perut gue! Gue gak mau lihat dia hidup di dunia ini!" isak Elena. Ia frustasi. Entah bagaimana hidupnya kedepan. "Gue berhak! Gue bapaknya. Dia gak salah dan gak berdosa. Dia anak gue El!" bentak Reygan. Sama dengan Elena, Reygan pun tak kalah frustasi memikirkan langkah selanjutnya. Di satu sisi, ia belum siap menjadi ayah di usia se-muda ini namun ia juga tidak akan pernah membiarkan darah dagingnya yang tidak bersalah itu digugurkan. Reygan mengakui kesalahannya, dan ia akan bertanggung jawab. "Gue bakal tanggung jawab," ucap Reygan pada finalnya. Elena hanya bisa terisak. Memikirkan bahwa hidupnya memang tidak pernah adil. Tidak memiliki ibu, dan tinggal dengan seorang ayah yang tidak pernah menyayanginya. Ia pikir, cobaan hidupnya hanya sampai disitu saja. Namun kehadiran calon anak yang tidak ia inginkan menjadi cobaan yang terburuk.