1. Daddy's new son

350 3 0
                                    

revisi 16/2


Ao Hanabi duduk dengan penuh kecemasan di depan laptopnya, menggigit bibirnya dengan ketegangan. Matahari telah terbenam, dan ruangan gelap itu hanya disinari oleh cahaya samar-samar dari layar komputer. Ia telah berbulan-bulan mengirimkan lamaran pekerjaan, mengikuti tes dan wawancara, sampai lelah karena gagal.

Setiap pagi, Ao bangun dengan harapan yang menyala-nyala, berharap akan ada email yang membawa kabar positif tentang pekerjaan. Ia memeriksa kotak masuknya dengan cermat, berharap melihat subjek yang membangkitkan semangatnya. Namun, hari demi hari, hanya ada surat penolakan yang menambah kekecewaannya.

Keputusasaan merayap dalam pikirannya. Setiap kali ia membaca kata-kata 'maaf, kami telah memilih kandidat lain' atau 'sayangnya, posisi ini sudah terisi,' hatinya terasa seperti diremukkan.

Memorinya berkelana kemasa lalu, saat kehidupan yang sangat mewah dan segalanya dipersiapkan dalam sendok emas. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses turun temurun, dan ibunya selalu memanjakannya. Setelah kematian sang ibu, nasib buruk seakan tidak sabar mendatanginya.

Perubahan drastis itu memunculkan rasa penyesalan. Dia bertanya-tanya apakah nasib buruk yang dialaminya sekarang adalah hasil dari kesalahan atau tindakannya di masa lalu. Lamunannya buyar, saat ketukan keras terdengar dari pintu depan.

"Siapa yang datang malam-malam begini?" gumam Ao dalam kebingungan. Saat ia bangkit dan membuka pintu, tatapannya terpaku pada sosok muda yang berdiri di hadapannya. Bocah laki-laki, mungkin setinggi dadanya dengan rambut cokelat dan mata anjingnya.

"Siapa?" Ao mengedarkan pandangannya kebelakang sang bocah. "Kau salah apartemen, nak."

Belum sempat Ao menutup pintunya, bocah itu menahan tangannya. "Tunggu!"

"Ada apa lagi?"

"Maaf mengganggu, kau Ao Hanabi, kan?" tanya bocah itu dengan suara gemetar.

Ao mengangguk, tetapi tetap terkejut dan waspada. Ia tidak mengenal bocah ini dan tidak dapat mengingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Ada urusan apa?"

Bocah itu menunduk dalam-dalam, "Namaku Nora Hanabi, dan... ayah bilang aku boleh tinggal disini."

Ao mengerutkan keningnya, merasa semakin bingung. Apa maksud bocah ini mengatakan bahwa ia adalah adiknya? Ia meraba-raba dalam pikirannya, mencoba mengingat-ingat masa lalu dan mencari tahu apakah Ayahnya pernah menyebutkan tentang dirinya punya adik lain.

"Adikku? Jangan bercanda, dasar bocah." Ao mencoba setenang mungkin, menyembunyikan kepalan tangannya.

Nora menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. "Ayahku, dia bilang kita adalah saudara kandung. Katanya kau akan merawatku."

Pikirannya berputar cepat. Rasanya tidak mungkin jika ayahnya yang penipu itu, kabur keluar negeri dan menikah lagi lantas mengirim seorang bocah padanya. Ao tidak mau berspekulasi jika ayahnya menghamili wanita malam karena berjanji menikahi mereka, tunggu!

"Mana ibumu?"

"Sudah pergi,"

"Lalu, kesini dengan siapa?"

"Bersama ibu dan paman,"

"Paman siapa?"

"Ahhh, aku tidak ingat namanya."

Ao menjatuhkan pundaknya, menghela napas. Ternyata benar.

"Masuklah," kata Ao akhirnya, mengizinkan Nora memasuki unit apartemennya yang sepi dan sesak. "Konyolnya aku!"

Good Boy Gone BadWhere stories live. Discover now