1. Hakikat dari sebuah kelahiran yang agung

65 13 3
                                    

tw // prostitue , family issues , harm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

tw // prostitue , family issues , harm

Senyum tersolek begitu apik kala vokal bayi mungil memekik nyaring memenuhi indera pendengaran wanita yang terbujur kesakitan usai mengeluarkan anaknya dari busung. Merapalkan doa kepada yang maha Agung, menempatkan jabang bayi pada kidung buana yang paling mashyur.

"Alangkah elok parasnya, berhidung mancung, bulu mata lentik, sungguh polesan mahadewa yang tiada banding."

"Seluruh tanah melayu harus mengenal anak ini, pastilah beruntung wanita yang mendapatkannya sebagai suami nanti."

Benar, bocah yang kini tersenyum di gendongan sang ibu tersebut berjenis kelamin pria. Adalah sebuah kebenaran jika melahirkan pria merupakan keberkahan yang tiada duanya, mengingat wanita yang dianggap harkat paling rendah, maka melahirkan pria adalah keagungan yang bisa menggenggam dunia untuk ibunya.

"Nismara, kuberi dia nama Nismara."

"Bukankah terdengar seperti nama anak gadis?"

Sang ibunda menggeleng, sangkal pertanyaan yang dilontar penuh heran dari dukun beranak di sebelahnya.

"Kupikir nama itu sangat cocok untuk anakku, agar anakku selalu tenang menghadapi suratan Yang Esa. Tak seperti aku yang selalu berisik mengadu."

Ruri, adalah nama gundik yang paling tersohor di negeri. Kecantikan tiada dua ditambah berita ia dikawini saudagar kaya dari Belanda menambah keirian pada ratusan pasang mata yang menemukannya di pasar kala pagi. Ketika belia ia dipinang oleh petani terkaya di kampungnya, namun ditolaknya perihal wajah yang tak sedap ia pandang.

Maka ketika pedagang yang paras Mahadewanya datang menawarkan kesenangan, tanpa berpikir dua kali Ruri memberikan hatinya.

Namun konon katanya, andai seribu andai jika sang saudagar itu kembali lagi, Ruri akan meludahi wajah yang adam. Alasannya tak diketahui, disimpan rapat-rapat dalam kotak pandora emas tuk diserahkan pada putranya nanti.

Ruri bubuhkan satu kecupan pada malaikatnya, pandangi lamat-lamat wajah merah serta rambut pirang yang mengikuti gen bapaknya.

"Nanti kalau sudah besar nikahi putri kaya raya, biar ibumu tak perlu melacur lagi kepada nelayan."

Bak mendapat keadilan yang sebelumnya tiada, Ruri seperti diberi berlian paling mahal di dunia, inilah jawaban Tuhan atas jutaan liter air mata, inilah balasan Tuhan atas rasa kehilangan yang diderita, inilah balasan Tuhan atas cinta yang didamba. Ruri mendapatkannya dalam jasad seorang bayi lelaki yang begitu syahdu, enak dipandang tak perlu diramu.

Kini Nismara bertumbuh besar, namun menjadi petaka bagi Ruri yang paling sering menanti.

Makhluk yang digadang-gadangkannya akan menjadi pria paling tangguh di negeri kini meliukkan jemari memegang lesung. surainya panjang membingkai paras ayu lembut yang berpeluh kerena penat membantu sang ibu.

"Tepungnya ditaruh di mana, Ibu?"

Lantas sang ibu menghela napas lesu, melempar belanga tua hingga retak menyentuh bumi.

"Keluarlah, Nismara! Menjadi budak atau ikut para tua membangun jalan! Hasilkan gulden untuk kita membeli beras!"

Nismara menunduk takut. Pecutan dari bilah rotan mengenai punggungnya yang kotor. Bukan kotor akan debu, namun kotor bekas luka yang ditorehkan ibu.

Ctarr

Ctarr

Ctarr

Seperti sebuah arti yang terkandung dalam nama yang diberi ibu, Nismara selalu tenang meski diberi sakit dari nadi yang paling dekat. Diberi luka dari raga yang membawa ia melihat dunia yang seram serta berpuaka. Nismara senyap bak manusia bisu, bibirnya didoktrin untuk diam tanpa bicara barang kata sesuku.

Setelah puas mengadu pecutan dengan kulit Nismara ibu pergi berlalu, menyisakan Nismara yang duduk memeluk diri sambil termangu.

Salah siapa ia dilahirkan? Salah siapa punya paras yang jelita? Salah siapa tubuhnya yang montok di bagian belakang? Salah siapa pula jika ia di luar rumah digoda pujangga?

Nismara tumbuh dengan kecil, menekan hati, telan pahit nyata dari tubuhnya yang kelewat molek bak gadis perawan yang siap dikawini. Jika keluar rumah disangka perempuan cantik yang disembunyikan si gundik Ruri untuk dijual kepada pria Belanda kaya raya. Namun nyatanya Nismara berdiam karena takut, dunia luar rumah berpapan mahoni milik ibunya terlampau kecut. Nismara tumbuh dengan rasa takut, menikam hatinya sendiri agar jasadnya tak segera mewujud sebagai mahadewi yang agung.

Karena secara biologis ia adalah pria, memiliki dua buah bulat mungil di bawah batang pelir yang kecilnya bak ibu jari balita.

Sungguh sebuah kutukan yang nyata, tubuh tegap gagah adam yang diceritakan ibunya ketika ia kecil dulu ternyata bohong belaka, buktinya Nismara bak separuh pria separuh wanita.

Bukan hanya ibu yang menyesal, Nismara pun merasa demikian. Jika ia boleh meminta pada Yang Kuasa, maka doanya adalah; Nismara ingin terbang keluar rumah tanpa ditawarkan cumbu.

Mau tahu bagaimana bentuk dari sebuah kata 'cantik' yang diagung-agungkan semesta? Maka duduklah, biar aku ceritakan dongeng dari tanah basah kerajaan paling akbar yang pernah telinga tangkap.

Ketika angka tahun bertambah menjadi empat belas, si gundik Ruri mendapati pria Belanda yang datang dengan membawa sekantung gulden dengan senyum ramah memikat hati. Ruri bersiap diri, memandikan tubuhnya dengan wewangian paling harum yang dibelinya di pasar kemarin petang.

Tapi alangkah terkejutnya si gundik Ruri, bak tersambar petir siang bolong. Sang Tuan berwajah bule tersebut datang ingin membeli putranya. Ruri jelas murka, Nismara adalah tabungan berharganya, celengan yang ia isi koin setiap hari untuk dibuka seharga permata dunia.

Meski dengan ketakutan yang teramat, si gundik Ruri menjelaskan pelan-pelan kepada Tuannya jika anaknya bukanlah gadis belia. Sang Tuan tentu terkejut, merasa rugi telah menyerahkan sekantung gulden pada gundik yang usianya hampir menyentuh kepala 4.

Namun namanya pria bermata keranjang, ditambah si gundik Ruri yang haus kekayaan. Mereka bercinta dua hari dua malam dalam bilik kamar si gundik dengan Nismara yang duduk di depan pintunya. Menangis di atas pualam atas apa yang tengah ibunya lakukan.

Wajah dewi Nismara meredup kian menggelap seiring meremangnya fajar berganti rembulan.

Konon katanya sang Afrodit langsung yang menganugerahkan, sepasang mata berwarna coklat terang, kulit kuning langsat eksotis ditambah hasil peranakan antara si cantik Ruri dengan pemilik mahadewa wajah yang begitu adikuasa. Paras malaikat tercipta dari lekukan dan garis yang membentuk hidung mancung nan mungil serta bibir kecil sedikit tebal yang diidamkan para pria.

Dan dimulailah kisah Nismara yang paling ayu, memikat hati pangeran tanpa kuda namun penuh belas kasih. Layaknya sang ibu yang melacur, kecantikan Nismara dipandangi tanpa ragu oleh para mata yang menjamu, termasuk Tuan Jean Van Carpentier, datang kemari menawarkan kebajikan sebagai sang pecinta ulung.

Sebuah penjelmaan sempurna dari dewa Amor, kidung cinta terukir jelas di mata, menggoda Nismara agar terjerat tanpa melepas. Kisahkan syair-syair yang kan didengar oleh turun-temurun rakyat setempat.

Isinya biar kuceritakan, tunggulah jemariku selesai merajut kata agar kau tahu isi hati sang tuan berparas dewata.

***

Halo, it's my first story yang ambil latar di jaman Hinda-Belanda. Maka dari itu aku minta maaf untuk segala kekurangan atau kesalahan yang ada pada cerita ini.

Perlu diketahui jika aku hanya mengambil latar suasana, jadi aku tidak akan menyebutkan nama-nama tempat yang akan ada di cerita ini lebih detil.

Terima kasih!

Pungguk dan Bulan (Taekook)Where stories live. Discover now