02.

2K 236 1
                                    

Saat pagi tiba [Name] bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, setelah dia selesai makan dia merapihkan lagi rambutnya dan segera berangkat ke sekolah.

Hari ini cuaca cukup cerah sehingga senyuman hangat terpancar di wajahnya. [Name] selalu berharap kehidupan sekolah SMA nya sama dengan semasa dia SMP. [Name] adalah murid pindahan, dia pindah karena pekerjaan dari ayahnya.

Saat sampai di sekolah ia langsung menuju kelas dan duduk disana sendiri. [Name] duduk di dekat jendela, sebelahnya adalah tempat duduk Rin.

[Name] memandang ke arah luar jendela sembari menopang dagunya, pandangannya tertuju pada dua ekor burung yang bertengger di puncak pohon. Lamunan [Name] hancur saat seseorang menggebrak mejanya, itu Rin.

[Name] menatap Rin dengan malas, dia juga sedikit kaget. Padahal baru saja dia merasa akan tenang, tapi untungnya Rin datang tepat saat bell masuk berbunyi. Dia berdecak kesal saat mendengarnya dan duduk di tempatnya, dengan kesal.

Pelajaran pertama di mulai, semuanya fokus memperhatikan kecuali Rin. Anak itu sedang menulis sesuatu di selembar kertas, setelahnya dia menggoyangkan bawah meja [Name] menggunakan kakinya pelan. Rin melebarkan kertas itu dan terlihat sebuah tulisan "Kau membosankan".

[Name] mengernyitkan dahinya dan kemudian menulis sesuatu untuk membalas tulisan Rin. Wajah Rin terlihat cukup senang karena rasa bosannya hilang seketika.

[Name] menyelesaikan tulisannya dan memperlihatkan kertas itu pada Rin. "Aku tidak peduli, cari mainan lain sana!"

"Oh, jadi begitu caramu? Dasar membosankan" kata Rin lalu melempar kertas coretan Rin pada [Name].

[Name] hanya menggeleng kepalanya, dia tau Rin sedang bosan hal ini juga bukan sekali dua kali dia lakukan. Jadi, sekarang dia mencoba untuk kembali fokus meski mendengar ocehan Rin yang mengatakan 'bosan' pada dirinya sendiri, sambil memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran.

Jam istirahat datang setelah beberapa pelajaran di lewati oleh murid-murid. [Name] berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ruang seni, ia ingin melihat lukisannya yang kemarin dia selesaikan.

Rin yang melihat [Name] mengabaikannya itu penasaran sekaligus kesal karena dia terus di abaikan. Rin mengikuti [Name] dan melihatnya memasuki ruang seni, ruangan itu cukup membosankan bagi Rin, karena di ruangan itu hanya ada gambar-gambar dan kuas cat, tidak ada yang spesial di ruangan itu baginya.

[Name] memasuki ruang seni dan melihat lukisan nya yang sudah mulai kering, ini adalah salah satu lukisan yang dia sukai. Lukisan yang mengandung kesedihan dan kesepian saat hujan tiba, tetapi ada sedikit keceriaan karena dia tidak sendiri menikmati hujan itu.

Dari balik jendela Rin melihat [Name] memandangi sebuah lukisan, sebelum dia masuk dan duduk di kursi yang ada, kakinya ia naikkan ke atas meja sebelum dia berbicara.

"Itu lukisan yang buruk" kata Rin dengan nada santai sambil menatap [Name] dengan seringai kecil di wajahnya.

[Name] hanya menatap Rin malas, dan beberapa detik kemudian dia mengangkat lukisan itu dan membawanya sedikit menjauh dari Rin.

Rin menatap [Name] bingung sebelum dia akhirnya paham. "Apa kau pikir aku akan menghancurkannya?"

"... Mungkin.."

"Ya, itu keinginan ku sekarang" kata Rin santai sambil melipat tangannya di dada.

[Name] terdiam sebentar dan kemudian mengambil ponselnya untuk memotret lukisan itu. Tingkahnya itu membuat Rin semakin kesal, dia merasa terus di abaikan olehnya.

"Itu tidak ada gunanya, kau tau?"

"Setidaknya aku sudah memfotonya" kata [Name] dengan santai lalu memposting foto itu di akun sosial media nya.

Setelahnya dia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela itu agar udaranya masuk, di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Ruang seni memang jarang di pakai, bahkan yang sering datang ke sini hanya [Name] saja.

"Apa sungguh tidak masalah jika aku hancurkan lukisan itu?" Tanya Rin lalu bangkit dari duduknya dan melihat lukisan itu dari dekat. Hmm, sebenarnya ini sangat bagus.

"Aku sudah mengingat dan memfotonya. Jadi, tidak masalah" kata [Name] tanpa berbalik melihat Rin dan terus menatap ke luar jendela.

Rin berjalan mendekati [Name] dan bersandar di tepi meja sambil menatap [Name]. "Jangan mengabaikan ku, bodoh"

"Siapa yang mengabaikan mu?" Tanya [Name], pandangannya masih tetap tertuju pada murid-murid yang berada di lapangan, mereka sedang menikmati suasana istirahat bersama.

Rin melihat ke arah yang [Name] lihat, seketika seringai nya muncul kembali dan menatap [Name] dengan raut wajah yang berpura-pura sedih.

"Ah, aku yang malang. Semua orang di luar sana bersenang-senang, sementara aku di sini sendirian sengsara."

[Name] mengerutkan keningnya, dia merasa cukup kesal dengan raut wajah Rin. Tapi pandangannya kembali keluar jendela sebelum mengatakan sesuatu lagi.

"Setidaknya aku pernah bahagia saat aku SMP. Meski di sini tidak seperti itu, aku tidak merasa kesepian. Dan aku juga tidak sendirian di sini." Tangan [Name] tergerak menunjuk ke arah Rin. "Kau bersamaku di ruangan ini"

Rin menatap [Name] dengan kesal saat melihat wanita itu tersenyum, dia merasa semakin kesal saat [Name] menunjuknya dan kemudian memalingkan pandangannya malas.

"Terutama saat hu-

Ia menghentikan ucapannya karena merasa sakit di kepalanya. Ketika [Name] berusaha mengingat sesuatu, kepalanya pasti terasa sakit. Terutama jika itu adalah ingatan masa lalunya. Tubuhnya terduduk di lantai sambil terus memegang kepalanya yang terasa sakit, rasa sakitnya berbeda dari biasanya. Apa aku terlalu keras mengingat? Kapan hal itu terjadi? Apa ini terlalu lama? Batin [Name].

***

Chapter ini kelebihan, omegot😱😱
Biasanya 600 jadi 800'an. Jadi, ku stop yaw😁 tunggu minggu depan gaes...

Reader be like :

Reader be like :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Forget Me Not || Itoshi Rin Where stories live. Discover now