12.DEAR FOX

2.2K 370 35
                                    


Double up untuk readers yang masih setia sama book ini😙❤

Matanya menatap langit berbintang dengan tatapan kosong, badannya terlentang di atas anyaman rotan yang sengaja di letakkan di halaman rumah.

"Andai keluarga gue kayak keluarga Renjun"

Beberapa tahun lalu orang tuanya bercerai di karenakan Ibunya yang sudah muak dengan perselingkuhan Ayahnya. Setelah mereka berpisah Haechan memilih tinggal bersama Ayahnya karena ia tidak bisa ikut dengan Ibunya di Negara Thailand.

Ternyata hidup dengan keluarga baru Ayahnya sangat sulit, bahkan Ayahnya lebih memprioritaskan istri barunya di bandingnya. Haechan kesal, ia pergi dari rumah itu membeli apartemen baru lalu membuka toko agar tidak terus terusan bergantung pada Ayahnya.

Melihat kondisi Ibunya yang sakit sakitan dan tubuh mengurus membuat hati Haechan sakit, ia sempat berfikir ingin mengikhlaskan Ibunya saja Haechan tidak mampu menatap Ibunya menderita lagi. Dari ia masih kecil Ibunya tidak pernah bahagia selain melihatnya tumbuh dengan baik, Ayahnya begitu payah membahagiakan Ibunya. Kadang Haechan merasa heran bagaimana mereka bisa menikah jika tidak saling cinta?

Usapan lembut membuat Haechan tersadar dari lamunannya, seorang pria dengan senyuman cantik duduk di sampingnya. Haechan segera bangun lalu ikut duduk di samping pria itu.

"Kenapa di sini? Dingin, nanti sakit" Ucap Winwin lembut.

"Haechan cuma mau liat bintang aja Tante, di kota susah lihat bintang hehe" Cengiran khas pemuda berkulit tan itu membuat Winwin terkekeh.

"Pangil Mama aja"

Haechan tersenyum lebar lalu mengangguk, ia suka dengan sebutan baru untuk pria cantik itu. Lebih nyaman.

"Besok bakal ada tamu, kamu temenin Renjun ya"

"Temenin Renjun? "

Winwin mengangguk "Renjun bakal di pertemuan dengan seseorang besok, dia bakal di jodohkan"

🐶🦊

Langit yang masih gelap tidak menghalanginya, bahkan keram dan keringat di dahinya yang terus mengalir tidak membuatnya menghentikan laju larinya.

Angin dingin berhembus lebih dingin dari biasanya, wajar saja ini sudah pukul 4 pagi.

"Woy cepet gue butuh kapal" Haechan menarik seorang pemuda yang tengah memarkirkan perahunya dengan kasar membuat pemuda itu terkejut.

"Buset dah pagi pagi main narik narik orang aja lo" Pemuda itu menatap kesal namun Haechan tidak peduli.

"Anter gue ke kota, cepet! "

"Ha? "

"Ish! Cepetan gue gak punya banyak waktu. Gue bayar deh berapa pun yang lo mau"

Mendengar hal itu dengan cekatan pemuda tersebut mempersilahkan Haechan menaiki perahunya, walau sebenarnya ia capek setelah memancing semalam tapi demi uang ia tidak akan melewatkannya.

Perjalan yang memakan waktu cukup panjang karena perahu mereka hanya memakai mesin tua yang tidak bisa di pacu lebih laju lagi.

Haechan tidak bisa tidur semalaman semenjak mengetahui niat Winwin ingin menjodohkan Renjun, ia terus gelisah berakhir melarikan diri pagi buta untuk melakukan sesuatu.

Ia senang jika Renjun akan memulai hidup baru bersama orang pilihannya namun seseorang harus tau masalalunya bersama Renjun dan mungkin Renjun juga harus tau siapa orang itu.

Sesampainya Haechan di kota ia langsung menuju rumah tempatnya meletakkan bayi itu, sedikit demi sedikit Haechan mencoba mengingat ngingat jalan menuju rumah itu. Saat itu malam hingga Haechan tidak begitu hafal jalannya.

"Bener gak sih di rumah ini? " Haechan menatap rumah itu memastikan dirinya tidak salah.

Jika di liat dari pintu dan halamannya sih sepertinya Haechan tidak salah, ini rumah tempatnya meletakkan bayi itu.

Cklek

Pintu terbuka bersama dengan seorang pemuda berkaos hitam memakai tas punggung, seperti seorang mahasiswa yang ingin berangkat menuju kampusnya.

"Je-Jeno? "

Mendengar namanya di sebut Jeno segera menghentikan aktivitasnya mengunci pintu lalu membalikan badannya. Jeno mengerutkan dahinya, ia seperti mengenali pemuda yang kini menatapnya terkejut. Tapi siapa?

"Siapa? "

Haechan tidak peduli dengan pertanyaan Jeno, ia begitu terkejut menyadari kalau semua ini sangat tepat sasaran. Rumah orang yang Haechan letakkan bayi di depan pintunya adalah si pemilik bayi. Ia langsung saja mendekati pemuda itu hingga jarak mereka begitu dekat.

"Lo Jeno kan? Ini rumah lo? "

"I-Iya" Jeno cukup terkejut dengan aksi Haechan membuat Jeno terpojok.

"Lo... Pernah nemuin bayi di sini? "

Jeno terdiam cukup lama tatapan berubah menjadi serius membuat Haechan sedikit takut dan akhirnya sedikit mundur. Jeno menatap Haechan dari atas hingga bawah, ia mempunyai banyak asumsi yang tumbuh dari otaknya setengah Haechan mengatakan hal tersebut.

Pemuda ini bukan Ibu Sunoo kan?

"Lo ada hubungan apa dengan bayi itu?" Tatapan elang Jeno begitu menusuk membuat Haechan mati kutu, namun ia tetap harus meluruskan segala kekacauan yang di sebabkan olehnya.

"Lo Ibu bayi itu? " Pertanyaan Jeno membuat Haechan menggeleng ribut.

"Bukan, Ibu nya bukan gue. Tapi Renjun teman gue"

🐶🦊

Renjun berjalan kesana kemari dengan gelisah, sejak pagi Haechan sudah tidak terlihat. Sebenarnya ke mana pemuda itu? Padahal Haechan sudah janji akan menemaninya bertemu orang yang akan di jodohkan dengannya, namun setelah orang yang akan di jodohkan dengannya sudah pulang pun pemuda itu hilang entah kemana.

"Kemana sih lo Ndut? "

Renjun pusing sendiri memikirkan temannya itu, mungkinkah pemuda itu pulang tanpa berpamitan padanya? Tapi barangnya masih ada, kalau pergi jalan jalan juga mengapa belum kembali juga. Langit mulai menjingga, sebentar lagi malam namun Haechan belum kunjung kembali membuat mau tidak mau Yuta turun tangan mencari Haechan di sekitaran kampung.

"Gerah banget, apa gue mandi aja ya? "

Sebenarnya Renjun tidak pernah mandi di waktu magrib seperti ini, namun karena sudah terlalu gerah Renjun tidak bisa menahan lagi. Ia membuka bajunya membuang baju yang sudah bau itu ke keranjang pakaian kotor.

Ia tidak menyadari Winwin baru saja masuk kamarnya, melihat sesuatu dari pantulan cermin di depannya yang memperlihatkan tubuh polos Renjun. Matanya menyipit, ia tidak salah lihat kan?

"Bekas jahitan apa itu Renjun? "

Renjun melompat terkejut, ia segera menutup perutnya dengan handuk. Winwin mendekatinya dengan langkah tegas lalu menarik handuk itu hingga perut Renjun terekspos bebas memperlihatkan bekas jahitannya.

"Ini apa Renjun? "

Winwin tidak bodoh, ia tau bekas jahitan apa itu. Ia juga pernah melahirkan ia tau jahitan di perut anaknya adalah bekas jahitan caesar.

"Ma-Mama" Renjun bingung harus memberi alasan apa, bibirnya kaku untuk sekedar melontarkan satu kata.

"Jawab Mama Renjun" Winwin memegang dua bahu Renjun "Ini bekas jahitan apa? Apa yang selama ini kamu sembunyikan selama kuliah di Kota? Apa ini alasan kamu tidak mau pulang? Karena kamu... Hamil? "








Hayoloh ada yang bisa nebak secara detail apa yang terjadi sama Renjun di masa lalu?

Atau mau di bikinin chapter khusus flasback?





Tbc

DEAR FOXOù les histoires vivent. Découvrez maintenant