|Sugawara; haikyu!!

Start from the beginning
                                    

"Kau yakin mau pergi melaut? Aku ragu kau bisa bernafas setelahnya."

Lelaki itu terkekeh, gemas melihat wajah khawatir sang kekasih yang menuturkan kecemasannya dengan nada ketus. Seolah-olah dia tidak peduli padahal sangat peduli.

Sugawara merapikan topi bundar yang tersemat di kepala [Name]. Iris kelabunya menatap hangat pada iris legam tegas milik [Name].

"Para nelayan tahu bahwa laut itu berbahaya. Namun, mereka tidak pernah menemukan bahaya untuk alasan bertahan di darat. Aku akan kembali dengan selamat dan menemuimu. Lagi pula kami tidak akan pergi terlalu jauh ke tengah, [Name]," ujarnya lembut. Bahkan nada itu dihaturkan begitu penuh kasih sayang yang bisa hipnotis setiap pendengarnya.

Nafas terhela kasar ketika sadar dirinya gagal menahan sang kekasih agar tak pergi. [Name] bersedekap dada. "Baiklah, aku selalu doakan yang terbaik untuk keselamatanmu. Nanti malam ayo bertemu, bintang malam ini akan sangat cantik."

Selain laut, taburan kejora di atas bentala juga menjadi favorit untuk mereka. Dikala habiskan waktu pada malam hari bersama, memandangi sinar kejora di tepi pantai sungguh adalah nikmat Tuhan yang tidak bisa diabaikan.

Akhirnya pergilah Sugawara melaut bersama nelayan dan kembali seperti perkataannya. Hasil tangkapan cukup banyak, bisa pula dijadikan stok makan selama seminggu. Usai berpamitan dengan para nelayan, Sugawara bergegas mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan sang kekasih. Malam itu, seperti permintaan [Name], mereka bertemu di jalur favorit mereka. Sang dara tampak cantik dengan balutan dress bermotif bunga edelweiss. Sedangkan taruna bersurai abu-abu tampak tampan bersama kemeja yang ia biarkan kancingnya terlepas.

Mereka duduk bersama di tepi pantai, sedikit jaga jarak dari deburan ombak. Pandangan mata terfokus pada langit yang begitu indah. Benar kata [Name], bintang malam ini akan sangat cantik.

"Sugawara, jika kau pergi ke bentangan alam lain, apa kau akan menjadi bintang?" Pertanyaan konyol tersebut berhasil pancing Sugawara untuk terkekeh.

Tangan mengusap puncak kepala dan Sugawara balas tatapan sang kekasih. "Aku akan menjadi bulan," sahutnya.

"Kenapa?"

"Bulan akan selalu ada di setiap malam. Dia adalah teman yang baik bagi orang yang sendirian untuk diajak bicara. Lain dari itu, bintang hanya pelengkap dari sistem operasi malam. Aku lebih suka menjadi bulan." Jawaban itu berhasil membuat [Name] bergeming. "Kalau kau, akan jadi apa jika pergi ke bentangan alam lain?"

Gadis itu mengarahkan pandangannya pada tepi pantai. Deburan ombak terdengar damai dan mendayu-dayu pelan. "Aku ingin menjadi laut."

Sugawara tersenyum. "Kenapa begitu? Tak mau jadi bintang saja agar bisa selalu berdampingan denganku?" Sebuah pukulan kecil [Name] berikan pada kekasihnya. Gombalan seperti itu selalu berhasil goncangkan hatinya hingga dada berdebar-debar tak karuan.

"Bintang tidak selalu ada. Namun, laut akan selalu bertemu bulan dan menerima sinar bulan untuk dipantulkan. Aku lebih suka begitu, sebab bisa selalu berhadapan denganmu," jelas [Name].

Sugawara tersenyum hangat. "Aku mencintaimu." Tidak ada keraguan sedikitpun ketika mengatakannya.

Malam itu berakhir dengan damai. [Name] diantar pulang dan mereka berpisah dengan pelukan hangat. Keesokan harinya, mereka punya jadwal untuk berselancar di pantai. Sugawara itu sangat handal dalam berselancar, bahkan berkat bimbingan kekasihnya itu, [Name] jadi mahir menggunakan selancar. Hanya saja, hari sial memang tidak pernah ada di kalender manapun. Seharusnya [Name] membatalkan ajakan untuk berselancar bersama tersebut. Atau seharusnya ia bisa datang lebih dulu dan cegah Sugawara agar tidak membantu para nelayan mengurusi perahu mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐎𝐍𝐄𝐒𝐇𝐎𝐓 || AnimeWhere stories live. Discover now