"Masalah apa?"

"Shera punya kembaran, namanya Shela. Dan si Shela benci banget sama Shera, hal yang dimiliki Shera harus ia miliki juga, termasuk cowoknya Shera. Dan hari ini terjadi, gue yakin Shela punya hubungan sama Keenan di Australia." Kalea menjelaskan sambil berdecak. "Masalahnya, Keenan mana mungkin khianatin Shera. Dia sayang banget sama Shera. Walaupun hubungan mereka backstreet selama tujuh tahun."

"Lo tahu nggak dia ngapain aja buat nenangin diri dia sendiri?" Nakala menjadi khawatir.

"Dia nggak pernah ngelakuin buat nenangin diri, Kal. Gue yakin dia ada di dalem dan ngelakuin hal yang nggak seharusnya ia lakukan."

"Lo udah ngabarin cowoknya belum? Kasih tahu ceweknya mau bunuh diri gara-gara dia."

"Gak guna. Keenan sekarang lagi kritis di rumah sakit."

Di sisi lain, Shera bisa melihat pemandangan yang ada di depannya dengan jelas. Lampu-lampu dari rumah penduduk, jalanan, kolam renang yang tenang di bawah, bahkan lampu pijar dari gerobak abang batagor langganannya di pengkolan gang; semuanya kelihatan dengan jelas, meskipun lama kelamaan memburam karena air mata Shera lagi-lagi keluar dari pelupuk mata. IF I jump now, will it help me forget the pain?

Cukup lama melamun, telapak kaki itu kembali menaiki besi balkon yang lainnya membuat tubuh Shera seolah melayang di udara. Besi balkon itu sekarang hanya menahan sebatas tulang keringnya, kalau dia memajukan tubuhnya, bisa diyakini tubuh kurus itu akan meluncur ke bawah. Sambil meyakinkan diri, hidungnya menarik udara sebanyak yang dia bisa.

Brak!

Tut! Tut! Tut!

Di detik terakhir, pintu unit Shera didobrak oleh seseorang hingga membuat alarm otomastinya berbunyi nyaring yang membuat Shera refleks menarik tubuhnya dari besi pembatas balkon ke belakang. Dia jatuh ke dalam karena terkejut tubuhnya tersungkur dan kepalanya menghantam pintu kaca balkon. "Shhh." Shera meringis, kepalanya pusing.

Suara berisik di depan pintu masih terdengar. Gagal sudah rencana bodohnya malam ini. Shera berjalan cepat ke depan, menganga waktu melihat siapa yang berhasil menerobos masuk ke kamar apartemennya. Laki-laki yang ia kenal.

Shera tidak bisa menahan dirinya lagi, dia jatuhkan tubuhnya ke pelukan Nakala dengan erat. Shera juga bisa merasakan dekapan yang hangat di sekujur tubuhnya.

Shera berbisik lembut, "Keenan, jangan tinggalin aku, aku takut."

Nakala tak sanggup menahan degup jantungnya, dia baru tahu kalau Shera bisa sesayang itu terhadap seseorang. Tapi sayangnya, orang itu bukan dirinya.

"Gue bukan Keenan, tapi, Nakala."

Shera melepas pelukannya, lalu menunduk dalam-dalam ketika lima kata itu masuk ke indra pendengarannya. Gue bukan Keenan, tapi, Nakala. Dia tersenyum kecut, jadi yang dihadapannya saat ini bukanlah Keenan, melainkan Nakala. Ketika dia sibuk merapikan dirinya, laki-laki itu justru memilih meninggalkan Shera bersama Kalea.

Pada akhirnya tidak akan ada orang yang tahan dengan dirinya. Kalea ikut serta meninggalkan dirinya sendiri di dalam unitnya.

***

Sepanjang perjalanan, Tirta merasakan kehangatan pelukan dari belakang yang dilakukan oleh Shera. Lelaki itu terus melajukan motor ducati hitamnya. Kali ini mereka memutuskan untuk pergi ke tempat yang jauh, yang mana Shera dapat menghabiskan waktu untuk menenangkan diri selama di pertengahan jalan. Tirta ingat betul semalam bagaimana Shera meneleponnya pada pukul 12 malam, bagaimana perempuan itu akhirnya menjelaskan semuanya tentang Keenan maupun Nakala, termasuk bagaimana akhirnya perempuan itu pertama kali dalam hidupnya menaruh hati pada dua orang sekaligus. Suara Shera yang terdengar parau semalam membuat Tirta menjadi iba dan memutuskan untuk mengajaknya pergi seharian demi menghilangkan rasa sakit hatinya.

"Mau sampai kapan meluk gue? Ini udah keluar kampus. Mustahil Nakala bakalan ngejar lo sampai keluar kampus!" seru Tirta yang mulai membuka pembicaraan.

Shera menghela napas pelan, ia mulai melepaskan pelukan itu. "Maaf, gue-"

Namun, dengan segera, Tirta yang melirik Shera melalui kaca spion itu menggerakkan tangan kirinya ke belakang, menarik pergelangan tangan Shera dan mengintruksikan untuk kembali melingkarkan tangan di tubuhnya. "Peluk aja nggak apa-apa kali. Kita sepupu." Tirta menegaskan kata 'sepupu' dan tersenyum miris.

Shera menuruti hal itu, tetap berada dalam posisi memeluk Tirta sampai sekitar lima menit, ia memilih untuk melepaskannya. Tirta tidak membahas tentang pelukan itu lagi dan mengapa Shera melepaskannya.

"Sher, lain kali lo kalau ada masalah jangan dipendem. Gue tahu pasti berat buat lo pendem semua masalah sendirian. Lo masih punya gue dan yang lain. Kapan pun lo butuh, gue bakal selalu ada," kata Tirta sambil terus melajukan motornya. Belum ada respons dari perempuan yang masih terdiam itu, Tirta masih sesekali melirik ke arah spion untuk memperhatikan perempuan itu. "Asal bayar."

Shera yang masih merenung lalu menodongakkan kepala mendekati helm Tirta. "Maksudnya?"

"Bayar pake komik horor yang gue mau. Enak aja lo pergi gratis. Nih bensin motor gue mahal, Sher!" Dari dalam helmnya, Tirta sedang menahan tawa melihat respons Shera dari kaca spion yang tampak menatap sebal ke arahnya.

Shera langsung merengut dan mencubit pelan bahu Tirta. Perempuan itu menggerutu. "Bisa nggak? Mintanya tuh selain komik horor. Sesekali minta makanan, minuman atau apa gitu kek. Jangan komik horor mulu, dasar tuyul!"

Sontak tawa Tirta pun pecah begitu melihat dan merasakan kekesalan yang Shera luapkan. "Kapan-kapan lo temenin gue make cosplay genderwo di tokoh costum dekat kampus, ya?"

"Hah?" Shera melongo. Ia tidak habis pikir dengan Tirta. Lelaki itu melanjutkan, "fix, sih. Gue hari ini bisa nemenin lo pergi jauh, lo juga harus bisa nemenin gue buat ke tokoh cosplay bareng gue."

"Nggak!" Shera memukul-mukul pelan bahu Tirta yang menahan tawanya menggelegar karena ia harus tetap fokus mengemudikan motornya. "Mending turunin gue di sini daripada harus ikut cosplay jadi genderwo bareng lo!"

Suasana pun berubah menjadi cair secepat itu. Tirta akhirnya berhasil mengalihkan topik pembicaraan agar Shera bisa melupakan pelan-pelan rasa bersalahnya terhadap Keenan maupun Nakala.

 Tirta akhirnya berhasil mengalihkan topik pembicaraan agar Shera bisa melupakan pelan-pelan rasa bersalahnya terhadap Keenan maupun Nakala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]Where stories live. Discover now