[]'Chapter 4

153 13 0
                                    

"Viel pulanggg!!~" Viel memasuki Mansion Arsenio dan melihat ada 3 orang asing di ruang tamunya. ia pun berlari ke arah Derryl yang duduk berlawanan dengan para tamu. "papa! papa! tadi Viel beli bonekaa! banyakk!"

Derryl yang melihat tingkah laku Viel itu menatap gemas Viel yang duduk di pangkuannya. "iya-iya.. beli berapa hm? 10? 20?" Viel menggeleng, lalu menghampiri Elvan yang membawa 3 bonekanya. "Viel beli 3! lihat!" Derryl menatap tajam Elvan

"kenapa kau hanya membelikannya 3?" suara berat dan dingin itu mengarah pada Elvan yang melewatinya. "dia hanya ingin segitu" Viel mengangguk untuk membenarkan ucapan kakaknya itu. "iya! bener pahh! Viel mau segini aja!~" Viel memeluk Boneka Dino yang sebesar tubuhnya, ia bahkan kesulitan membawanya.

"dia anakmu Der?" tanya pria yang duduk di hadapannya, Rei Leviano. "ah, iya.. dia anak bungsuku. ayo Viel perkenalkan dirimu.." Viel mengangguk lalu menaruh boneka nya di sampingnya. "hai om! tante! dan kakak!.. nama Viel itu, Raviel Farendra A! salam kenal! nama om siapa? tante sama kakak juga"

Rei tersenyum melihat Viel yang sangat antusias. "nama om, Rei Leviano, ini istri om.. namanya Diana Leviano.. lalu ini anak kami, namanya Nefa Leviano salam kenal ya Viel.." Rei tersenyum sambil mengusap kepala Viel. "dad.. kok ada 2 dino sih?" Ucap Nefa yang melihat Boneka Viel dan Viel yang memakai Hoodie dino berwarna biru.

"eh?? Viel bukan dinoo! yang dino itu ini!" Viel cemberut sambil memeluk boneka dinonya. Nefa pun tersenyum jahil menatap Viel yang cemberut. "Dad.. masa Dino nya ga mau ngaku dia Dino!.." Viel semakin murung lalu berlari ke arah Derry dengan menangis. "huwaaa papaa! Viel hiks.. bukan dino!!"

Saat Viel menangis, Nefa malah tertawa puas karna melihat wajah menangis Viel. "hahahah!" sementara Viel yang melihat Nefa tertawa, tangisannya tambah menjadi-jadi. "cup".. Viel bukan dino kok.." Derry tersenyum pasrah sambil mengusap punggung Viel yang sedang memeluknya.

"Nefa.. jangan di bikin nangis dong.. kasian tuh.. minta maaf!" Diana menjewer telinga Nefa sampai Nefa mengaduh kesakitan. "akh-! iya-iya mom! sakit!" Nefa berjalan ke arah Viel lalu mengulurkan tangannya "aku minta maaf ya Viel" ia tersenyum. Viel melihat Nefa yang menatapnya.

"papa.. ini harus Viel maafin hiks.. atau ndak?" Derryl tersenyum lalu mengusap kepala Viel. "papa tanya lagi.. Viel mau main sama kak Nefa ngga? kalau mau, maafin.. gimana?" Viel berfikir sejenak sambil membuat pose berfikir, lalu tak lama ia pun menjabat tangan Nefa. "okey.. Viel maafin.. tapi jangan gitu lagi!"

Nefa pun mengangguk lalu menggendong Viel. "enteng banget sih, umurmu berapa??" tanya Nefa sambil menatap lekat-lekat mata Viel "10!" nefa terkejut mendengar jawaban Viel. bahkan Rei dan Diana menatap Derryl meminta jawaban. "padahal kita cuma berjarak 2 tahun, kenapa kau sangat kecil?!!"

Viel mengerucutkan bibirnya kesal karna dibilang kecil. "Viel udah besar!" ia mencubit hidung Nefa yang menggendongnya. "kenapa tubuh anakmu sangat kecil Der?" tanya Rei pada Derryl yang menikmati wajah imut si bungsu.

"saat Elvan membawanya juga kukira Viel 5 tahun.. haihh.. apalagi saat ku ukur tingginya waktu itu, hanya 99 cm.." Rei mendelik kaget sambil menatap wajah kakak iparnya itu. "apa? 99? padahal rata-rata tinggi anak umur 10 tahun itu bukankah 125?" Diana melihat catatan tinggi anak perempuan satu-satunya itu. "bahkan Nefa di umur 10 tahun ia setinggi 131 cm.."

Derryl memijat pelipisnya karna lelah. "beri dia makanan yang bergizi!" Derryl menatap Rei dengan tajam. "tentu saja."

"yowh!!! Farel pulangg!!" Farel memasuki mansionnya dan melihat adiknya itu sedang bermain dengan Nefa. "Vielll!!" Viel yang sedang bermain balok-balok kayu pun kaget karna tiba-tiba di gendong dan di bawa pergi. "Farel!!! kau belum cuci tangan!!! jangan pegang adikmu sembarangann!!!"

Raviel Farendra A [On Going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora