[]'Chapter 1

226 20 0
                                    

Di sore yang mendung, Viel duduk termenung di taman sendirian. "hiks.. ibu panti ga sayang Viel hiks.. V-viel salah apa..? hiks.." taman yang sepi itu hanya di penuhi suara isak tangis Viel. Tak terasa, Viel sudah berada di sana selama 3 jam. Kini sudah pukul 5 sore..

"sepertinya Viel terlalu lama disini.. Viel pulang saja.. t-tapi.."

-Flashback-

Viel baru saja selesai menyiram tanaman. Ia hendak mengembalikan selangnya. Tapi.. "panti asuhan ini sudah tidak ada biaya lagi.." ia mendengar ibu pantinya sedang menelfon seseorang. "jadi saya ingin menjual salah satu anak yang saya asuh.." viel kaget? Tentu saja!

"anaknya Bernama Raviel Farendra" Viel jatuh terduduk mendengarnya. Bahkan ibu pantinya tidak berfikir berkali kali. Langsung begitu saja meluncurkan Namanya. ia pun menangis sejadi jadinya lalu berlari ke luar begitu saja. ia takut..

-Flashback End-

Alhasil, Viel hanya berjalan tanpa arah. 'yang terpenting.. jangan ke panti asuhan.. Viel gamau di jual..' Viel sudah bingung tidak tau mau kemana. Ia takut kalau harus di jual ke orang jahat..

"bunda... Viel takut... hiks.." Viel berjalan di tepi jalan raya yang sangat ramai, karna banyak orang akan pulang bekerja. Viel hanya menunduk memikirkan nasibnya nanti.

Tanpa sadar setengah jam ia berjalan, ia berada di tempat yang tidak diketahui. Viel menangis.. "hiks.. bunda.. viel dimana.. hiks.." datanglah seorang pria menghampiri Viel yang sendirian. "dek.. kenapa sendirian? Ikut om aja yuk.." Viel menatap pria tersebut dengan mata berkaca kaca, hidung dan pipinya merah karna menangis.

"hiks.. i-ikut kemana..?" karna merasa takut Viel mundur beberapa Langkah. Sialnya, daerah tersebut sangat sepi. Langit pun mulai gelap. "udah.. gausah banyak tanya.. ayo! Ikut om!" pria tersebut mencengkram tangan Viel sangat kasar.

Viel memberontak terus menerus, tetapi tetap saja tenaganya kalah dari pria tersebut "V-viel gamau ikut om!! Hiks! Lepasin!!" kesal dengan Viel yang terus memberontak, pria tersebut menarik Viel secara kasar. Tentu saja viel kalah, Viel sangatlah kecil nan mungil.

Viel tidak berhenti berfikir. Ia pun menggigit tangan pria tersebut, membuat pria tersebut kesakitan dan tanpa sengaja melepas cengkramannya. "akhh-!! Hei!! Kembali!!!" Pria tersebut mengejar Viel yang berlari mencari keramaian.

Beruntung, ia menemukan jalan raya. "hiks.. bunda.. tolongin viel.. hiks.. viel takutt.." Viel berlari terus menuju jalan raya. Untung saja saat keluar dari jalan itu, keadaan jalan raya sangat ramai. "hiks.." Viel menoleh ke arah belakangnya. Terlihat pria itu berjalan ke arahnya.

Viel pun Kembali panik. Ia melihat sekeliling. Banyak orang yang bisa di mintai bantuan. Tapi ia terlalu takut. "hiks.. bunda.. hiks.." pejalan kaki di sekitarnya bersikap seolah Viel tidak ada.

Viel menggeleng keras. Ia harus meminta tolong. Ia menatap sekitar. Ia melihat mobil yang sedang parkir, beruntung orang pemilik mobilnya ada di luar mobilnya. Viel berlari ke arah anak remaja tersebut. Ia menarik narik jaket pemuda tersebut. "k-kak.. hiks.. t-t-tolongin viel.. hiks.."

Sedangkan remaja tersebut masih menatap Viel heran. Ia memerhatikan sekeliling. Tatapannya terpaku pada pria yang terus menatap Viel. Dengan sigap, remaja tersebut menggendong Viel ala koala. "hiks.. ng-ngga usah di gendong kak.. hiks.. Viel berat.."

"tidak berat sama sekali.. namamu viel?.." Viel menatap remaja tersebut. Lalu mengangguk perlahan, air mata masih terus mengalir, pipi dan hidungnya merah karna menangis. Bahkan matanya sembab. "n-nama abang siapa? Hiks.."

"Elvan Arsenio.. sudah.. jangan menangis.. rumahmu dimana? Biar abang kantar" Elvan mengusap air mata Viel sambil mencubit pelan pipi Viel. 'lo anak siapa sih?! lucu bet anjing' Elvan mengusap usap kepala Viel lembut. "hiks.. v-viel kabur dari panti asuhan.. hiks.."

Raviel Farendra A [On Going]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora