EP 1

6 0 0
                                    

EPISODE DIBUKA dengan latar kantin sekolah. Beberapa siswi, empat sekawan, sedang sibuk mengerjakan laporan di salah satu meja.

S: Arghh! (Menarik rambutnya yang terikat rapi, mengacaukannya) Laporan macam apa sih ini? Kita ini di abad ke-21, kenapa laporan masih harus ditulis tangan?

M: (Kepala tergeletak di atas meja kantin, sudah jelas menyerah) (Dengan nada datar dan lelah) Demi kedisiplinan. Kesungguhan usaha. Jalan menjadi siswa-siswi yang baik dan berbakti.

S: Yah, kalau ini sih, lebih mengajari menyulitkan diri.

K: “Kok kalian lemah banget, sih. Itu lo, Daria, dari tadi belum berhenti menulis.”

Memang benar, terlihat DARIA, tangan bergerak dengan cepat menulis di kertas laporannya.

S: (Melihat D yang terlihat masih sibuk menulis, merasa terkesan dan sedikit mual) Hei. Daria. Kamu reinkarnasi dewa mana, sampai masih semangat gitu?

D: (Tidak berpaling dari kertas laporannya) Kenapa Sur, minta mukjizat? Maaf ya, udah out of stock

DARIA dengan cepat mengangkat kaki, menghindari tendangan SURYA dari bawah meja.

Sementara mereka berbincang, terlihat ROMI memasuki kantin. Dia melihat keliling. Kebetulan, matanya menemui KENANGA. ROMI segera menghampiri meja mereka.

R: Loh, kalian beneran ngerjain laporan di kantin? Alasan ya, biar sekalian beli makan?

K: (Bergurau) Halah, kamu aja yang marah, ga kepikiran sendiri sih

R: Iya deh iya, aku aja yang salah. Eh, tapi kamu bakal sempat selesai po Ken? Hari ini kamu les tari, kan? Bentar lagi harus berangkat lho.

K: Itu emang diundur, kok. Sempat lah, santai.

R: Ooh, yaudah deh. Kalian semangat ngerjain, ya.

K: Iyaa…

ROMI meninggalkan mereka dan KENANGA kembali mengerjakan laporannya. Namun, ada yang aneh. Kenapa hening? KENANGA mengangkat kepala, melihat yang lain diam menatapnya.

K: "Hah? Kenapa?"

S: (meneliti wajah K, mengangkat alis) "Hmm. Romi, ya?"

K: "Loh, apaan?"

M: “Kok akrab banget, si. Diam-diam PDKT ya, bisa-bisanya kita ga tauuu…”

D: (Dengan girang) "Wah, wah, ini baru namanya kuda hitam! Ternyata antara kita ada harapan juga ya, ga sepenuhnya jomblo!"

K: "Heh, ada-ada aja kalian itu!"

M: (Lengan melingkari bahu K, menariknya lebih dekat, tersenyum, mata berbinar) "Bener ngada-ngada po Ken? Dari kemarin aku liat kamu chatting terus deh. Sama si Romi, kan?"

K: (Tidak menjawab, pandangan menghindar)

M: "Nah, kan benar!"

K: “Kepo amat kalian itu. Laporan aja belum selesai, mbok cepetan!”

S: (Tersenyum kecil) "Santai lo, Ken. Kalau kalian emang mesra bilang aja dong. Gausah basa-basi gitu."

K: (Menundukkan wajah, malu, tapi terlihat sedikit senang akan perkataan M) “Ada-ada aja kalian itu. Gini deh, kalau ada apa-apa di antara aku dan Romi, pasti kalian udah tau. Percayalah.”

GANTI LATAR ke kelas kosong. Hari sekolah telah usai, tiada yang berada di kelas kecuali KENANGA, sedang duduk di atas meja, meng-scroll HP. Tiba-tiba, terdengar panggilan namanya.

R: “Kenanga.”

KENANGA mengangkat kepala, menoleh ke arah panggilan, ekspresi menghalus. Kamera memperlihatkan ROMI, berdiri di ambang pintu. KENANGA bertanya,

K: “Kok di sini? Ga langsung pulang aja po?”

Pertanyaan itu basa-basi. Kenanga yakin bahwa Romi ada di situ untuk menemuinya.

R: (Tersenyum) “Loh, gitu banget, kayak ngusir aja. Kan ngga apa-apa juga kalau aku pulang agak telat.”

K: “Panutan betul ya, kamu itu. Saking sayangnya sama sekolah ngga mau pulang juga.”

R: “Loh, siapa bilang yang kusayang itu sekolah.”

K: (Wajah tidak berekspresi, seakan tidak terkesan, tapi telinganya yang merah mengkhianatinya.) “Apaan deh. Beneran nanya kok, ini. Kok belum pulang?”

R: (Sambil duduk di samping Kenanga) “Cuma mau ngobrol sama kamu aja, kok. Habis, di kelas kita ga pernah bisa ngomong beneran.”

K: (Terdiam sejenak, ragu, sebelum berbicara) “...Emang kenapa ngga bisa?”

R: “Yah, tau lah. Kalau anak-anak kelas tau kita saling suka, bakal susah.”

K: “Susah… gimana? Bukannya justru lebih nyaman ya? Ngga perlu ada rahasia, ngga perlu ngobrol sembunyi-sembunyi kayak gini. Rom. Rom, kamu malu sama aku?”

R: “Bukan begitu maksudku. Maksudnya, gini deh coba, misal kamu sama aku berantem ya. Kalau kelas tau kita saling suka, terus masih dicie-ciein pas kita ga akur, bukannya malah kita sendiri yang ga enak?”

K: (Terkejut, dan tersakiti) “...Berarti semua ini… agar kamu bisa jaga-jaga kalau kita berantem? Bahkan dari sekarang, kamu udah menganggap kita ngga bakal akur?”

R: “Loh, bukan gitu, Ken… Ken?”

K: (Mendadak berdiri, cepat-cepat mengemas barang. Ketika berbicara, nadanya dingin.) “Aku pulang duluan ya, Rom. Permisi.”

R: “Loh, Kenanga? Kenanga, tunggu!”

Frame BERHENTI pada gambar Kenanga yang keluar dari kelas, dengan jelas memperlihatkan pipinya yang terbasahi air mata. SOUNDTRACK OUTRO bermain (Cinta dan Rahasia dari Yura Yunita). CERITA BERSAMBUNG…

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Jun 20, 2023 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Hatinya KenangaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin