Almost Perfect | 2

31 6 4
                                    

Tintan yakin sekali apa yang ia lihat di depan matanya bukan halusinasi belaka. Itu benar-benar Euro Paisarnkulwong. Si Euro yang itu.

Model ambassador salah satu brand mancanegara yang merangkap sebagai selebgram dan akhir-akhir ini mulai melebarkan sayap di dunia entertainment Indonesia lewat peran-peran kecilnya di beberapa FTV.

Melihat pemandangan tak senonoh di hadapannya membuat Tintan risih. Apalagi saat kedua oknum tersebut nampak memiliki dunianya sendiri dan tak terganggu sama sekali dengan kehadiran Tintan.

Awalnya, ia ingin menutup kembali pintu lift dari luar. Tintan ingin berbuat baik dengan menutup-nutupinya karena ia tahu konsekuensi besar yang akan terjadi pada 'artis' yang terkena skandal belajar dari pengalaman temannya sendiri. Apalagi dalam kasus ini, skandal Euro bukan skandal yang biasa.

Tapi entah mengapa, ia dirasuki kegilaan yang entah datang darimana. Ia mengambil ponselnya lantas merekam adegan dewasa kedua lelaki di hadapannya selama beberapa detik sebelum ia masuk ke dalam lift. Tintan menekan tombol angka tempat unit apartemennya berada, lalu berdeham sekali yang tentu saja tak digubris. Tak berputus asa, ia kembali berdeham sekali lagi. Kali ini lebih keras daripada sebelumnya.

Hal itu terbukti ampuh. Keduanya nampak memisahkan diri dan terperanjat pelan saat melihat Tintan. 'Reaksi yang bodoh', seru Tintan dalam hati.

Apa yang mereka harapkan? Mereka berharap tidak terpergok oleh orang lain? Disaat mereka sendiri bermesraan di tempat umum seperti sengaja ingin diketahui banyak orang?

"Go get a room, guys."

Tintan lalu berjalan selangkah ke arah Euro dengan diiringi oleh tatapan maut partner-nya, lalu membenahi dua kancing kemeja teratas Euro yang terbuka sambil berbisik pelan, "Kalau skandal ini bocor, kira-kira gimana ya efeknya?"

Terdengar geraman pelan dari Euro sesaat setelah Tintan selesai bicara. Meski terkesan halus, ancaman dari Tintan itu tentu tidak bisa dihiraukan begitu saja oleh Euro.

Euro mendorong kasar Tintan dari hadapannya. "Lo butuh berapa duit? Sebut aja."

Tintan tertawa. Awalnya pelan, tapi lama-lama menjadi tawa yang keras. Lift berdentang menandakan mereka telah sampai di lantai tempat Tintan tinggal. Tintan sengaja melenggang keluar lift yang tentu saja dikejar oleh Euro--juga kekasihnya yang nampak clueless.

"Berhenti. Stop!"

Tintan tertawa mengejek di dalam hati. Seolah dirinya akan menuruti perintahnya begitu saja.

Pada akhirnya, Tintan berhenti juga karena tangannya yang ditahan oleh Euro. Lelaki itu nampak merogoh seluruh saku yang melekat di pakaiannya dan menyerahkan satu cek kosong ke arah Tintan.

"Isi. Berapapun jumlahnya. Terserah lo."

Tintan menatap tajam ke arah Euro untuk sesaat. Ia mengambil cek itu dan membolak-balikkannya beberapa kali untuk sekadar mengecek keabsahan dari kertas yang hanya selembar itu.

"Terserah gue?" tanya Tintan memastikan. Euro menganggukkan kepala dengan mantap.

Tintan menatap Euro dan kekasihnya secara bergantian. "Jadi terserah gue, ya?"

Lalu detik selanjutnya, kertas itu sudah hancur lebur di tangan Tintan. Baik Euro dan kekasih gay-nya itu membelalak.

"Gue gak butuh duit, tapi karena lo bilang 'terserah gue', gue punya opsi yang lebih baik daripada duit."

"Sebutin. Lo mau minta foto bareng Euro? Dapet tanda tangannya? Lo mau jadi model?" Tiba-tiba saja kekasih Euro ikut campur dalam percakapan. Tintan sangsi kalau dirinya mengetahui topik percakapan apa yang tengah Tintan dan Euro jalani.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 12, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Almost Perfect | ONGOINGWhere stories live. Discover now