Terimakasih.

14 0 0
                                    

Akhirnya, setelah aku mengerti kegigihanmu untuk aku, hubungan kita. Aku melepaskan pekerjaanku dan memilih pekerjaan lainnya supaya aku lebih cepat keluar. Tapi lagi lagi kau bimbang disaat keputusanku yang sudah bulat akhirnya harus kuremukkan kembali, aku membenci kelabilanmu. Benar benar benci. Aku menunggu saat yang tepat untuk kita berpisah.

Sabtu, 17 juni

Tepat pada pukul 21.00 keberangkatanmu kembali ketempat dinas, aku merencakan ini adalah akhir dari pertemuan kita. Egois bukan? Ya. Aku memang egois dan sejahat itu. Tapi aku tidak bisa melanjutkan hubungan yang saling menyakiti satu sama lain. Hubungan yang sudah hancur kepercayaannya. Dan hubungan yang tidak sehat. Dengan begitu kau secara ikhlas merelakanku, dan aku terpaksa mengikhlaskanmu. Tanpa ada pertengkaran, hari terakhir yang sangat indah yang akan saling kita kenang.

Tapi ternyata, lagi lagi kau begitu gigih memperjuangkan hubungan kita. Hanya tinggal beberapa jam lagi kau sampai, kau lebih memilih berbalik arah kembali pulang padaku. Sayangnya, kau tidak bisa menemui aku malam itu. Jam 01.00 kau begitu setia menantiku sampai pukul 06.00 akupun tak kunjung datang pulang padamu.

Aku terkejud karna kamarku berantakan. Ternyata itu ulahmu. Aku menghubungimu lewat nomor baru yang ku beli sedari sebelum aku mengantarmu ke stasiun. Ya, aku memang harus begitu. Kau begitu marahnya karna tau bahwa aku tidak pulang fajar itu. Begitu buruknya fikiranmu tentang aku. Ya, ku akui aku memang salah.

ButterflyWhere stories live. Discover now