Di pihak Wang Zixuan, perempuan itu sangat menikmati aksi saling tatap sesaat sepasang calon pengantin tersebut.

"Baiklah," Xiao Zhan mengangguk setuju. Dia melepaskan tangan pada pergelangan Wang Yibo, kemudian calon suaminya itu membayar dengan santai.

Mereka keluar dari butik Wang Zixuan sambil membawa dua tas belanjaan berisikan tuksedo.

"Sering-seringlah mampir dengan Xiao Zhan, aku akan memberikanmu diskon spesial." Kalimat Wang Zixuan terngiang-ngiang di telinga Xiao Zhan.

"Temanmu itu bahagia sekali begitu tahu kau akhirnya menikah." Xiao Zhan berkomentar saat mereka memasuki mobil.

Wang Yibo mendengkus ringan sambil tertawa agak sarkas. "Percayalah, dia akan memberiku harga tiga kali lipat jika aku menikah dengan seorang wanita." Dia ingat betul dengan cara apa kecemburuan yang ditunjukkan Wang Zixuan padanya ketika dia mengikuti kencan buta atas perintah ibunya. Wang Yibo tahu betul bahwa Wang Zixuan ada rasa dengannya-meski perempuan itu terlalu tsundere untuk mengakui. "Tapi tidak berlaku saat dia tahu aku menikahi seorang lelaki, terlebih yang tampan dan manis sepertimu."

Usai memuji, tangan Wang Yibo terulur untuk menyentuh pipi kiri Xiao Zhan. Dia usap dengan punggung tangan. Menyayangkan-pernikahan mereka hanya untuk sementara.

"Jangan terlalu lama memandangku, Yibo. Nanti kau benar-benar jatuh cinta padaku." Xiao Zhan memperingatkan secara tegas, dia menangkap pergelangan tangan Wang Yibo untuk disingkirkan dari pipinya secara lembut.

Wang Yibo cuma bisa tersenyum hambar. Andai saja kau tahu, Zhan Ge, aku sudah jatuh cinta padamu sejak kita kembali bertemu di bar itu.

"Aku tahu itu," balasnya, "dan aku juga masih lurus." Wang Yibo memandang ke depan, mengusap sebentar bekas genggaman jari-jari Xiao Zhan sebentar sebelum buru-buru menghidupkan mesin. Meskipun pestanya akan private, tetap ada banyak daftar yang harus mereka penuhi.

Di sisi kiri basement, seorang lelaki melepaskan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung. Memperlihatkan wajah tegas dengan mata biru menatap tajam mobil yang barusan pergi.

***

"Setelah tuksedo, cincin pernikahan." Wang Yibo membuka topik pembicaraan usai sekian menit mereka berdua saling diam.

Xiao Zhan mengalihkan pandangan dari jendela mobil kepada Wang Yibo. "Bolehkah aku yang memilihnya?"

"Tentu saja, ini pernikahan kita," balas Wang Yibo, dia membanting setir menuju sebuah toko perhiasan.

Sepasang cincin platinum menjadi pilihan Xiao Zhan. Dia menerima kotak cincin tersebut ketika seorang karyawan perempuan mengambilkannya dari dalam kaca.

"Cobalah," ucap Xiao Zhan menyodorkannya kepada Wang Yibo. Lelaki itu mengambil sekaligus dengan kotaknya dari tangan Xiao Zhan. Ukuran yang lebih kecil dia lepas untuk dipasangkan di jari manis Xiao Zhan.

Perlakuan tiba-tiba itu cukup membuat Xiao Zhan terkejut, terlebih karyawan perempuan yang tak jauh dari mereka. Ada ekspresi tak biasa terlintas dari tampangnya yang mencoba ramah kepada pengunjung toko. Xiao Zhan mengerti, tidak semua orang mampu menerima orang-orang sepertinya. Di pihak Wang Yibo, lelaki itu tampak begitu acuh terhadap reaksi orang-orang.

"Sangat pas," ucap Wang Yibo memandang cincin platinum di jari manis Xiao Zhan sebelum mencium punggung tangannya. Namun, sebelum bibirnya mengecup kulit lembut tersebut, si empunya buru-buru menarik tangannya.

"Bagaimana dengan cincinmu?" Xiao Zhan bertanya, nadanya terkesan tidak sabaran.

Wang Yibo menatap Xiao Zhan sebelum berpindah melirik karyawan toko. Tanpa bertanya dia langsung tahu, lalu memasang sendiri cincin miliknya di jari tengah. "Cocok," jawabnya.

Xiao Zhan bicara kepada karyawan toko tersebut, "Aku beli cincin ini, dan ditambah sebuah kalung."

"Apa Anda ingin mengukir nama?" tanya karyawan toko.

Xiao Zhan diam sejenak, dan mengangguk. Dia cuma menyebutkan inisial namanya dan nama calon suaminya untuk diukir di cincin tersebut. Kali ini Wang Yibo tak bicara banyak. Juga tak menawarkan diri untuk membayar dengan uangnya sendiri untuk cincin pernikahan mereka. Sebab, sebelum mereka masuk ke toko, Xiao Zhan sudah mengatakan kali ini dirinya yang membeli cincin pernikahan mereka.

Siang menjelang sesudah keduanya membeli tuksedo dan cincin.

"You are my sunshine, my only sunshine. You make me happy when skies are gray. You'll never know dear, how much I love you. Please don't take my sunshine away."

Seorang remaja laki-laki dengan sebuah gitarnya tengah menyanyikan lagu klasik, di sebuah kafe. Beberapa pengunjung menikmati penampilannya, sebagian yang lain mendengarkan sambil menyantap makanan yang mereka pesan.

"In all my dreams, dear, you seem to leave me. When I awake my poor heart pains."

Wang Yibo hampir melupakan waffle pesanannya-ketika Xiao Zhan yang sejak tadi asik memakan waffle dengan lahap-menjadi tontonan sambil mendengarkan nyanyian si remaja.

"Kau tidak lapar?" tanya Xiao Zhan, mengingat mereka belum makan sejak meninggalkan rumah lama orang tuanya Xiao Zhan pukul lima pagi sampai sekarang waktu menunjukkan pukul sebelas tiga puluh.

Ditatap begitu lekat, Wang Yibo merasa dirinya terpergok sedang diam-diam memandang Xiao Zhan-meskipun si lelaki tidak menunjukkan rauh bahwa dirinya baru saja memergoki Wang Yibo.

"Sedikit," Wang Yibo membalas, buru-buru memakan waffle-nya. Tak butuh waktu lama, dia sudah menghabiskan makanannya beserta secangkir cappucino disusul Xiao Zhan.

Saat tak ada yang bicara di antara mereka, dan lagu You Are My Sunshine selesai dinyanyikan, Xiao Zhan mengeluarkan cincin dari sakunya. Dia raih tangan Wang Yibo dan menaruh satu cincin platinum di telapak tangan.

Wang Yibo memperhatikan apa yang Xiao Zhan lakukan. Lelaki itu membimbing Wang Yibo untuk menggenggam cincin tersebut dengan jemarinya. Hangat telapak tangan Xiao Zhan membungkuk satu tangan Wang Yibo yang terkepal menggenggam cincin.

"Simpan ini untukku. Selamanya ..."

Selamanya berati sepanjang hidupnya.

Tanpa disuruh, pun, Wang Yibo akan melakukannya. Dia mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Pukul berapa kita akan bertemu besok?" tanya Xiao Zhan, melirik sekilas pada jam dinding yang tersemat di dinding kafe dekat pintu keluar. Atau Xiao Zhan yang terburu waktu ingin segera keluar.

"Petang, mungkin ...," jawabnya mengedikkan bahu. Ketidakyakinan sedikit tampak. Wang Yibo tidak ingin Xiao Zhan mengiranya orang kantoran yang super sibuk. "Sebenarnya, aku bisa datang kapan pun kau ingin aku datang." Dia terlalu yakin menepati ucapannya, kalimat itu semata-mata agar Xiao Zhan tahu bahwa dia selalu ada untuknya.

Xiao Zhan tertawa renyah. Bentuk respon seolah jawaban yang dia terima merupakan candaan. Lelaki itu berdiri dari kursinya dan melepaskan kedua tangannya yang membungkus jemari Wang Yibo.

"Baiklah, sampai jumpa besok petang." Xiao Zhan mengusap singkat surai coklat gelap Wang Yibo sebelum melambai-lambaikan tangan pergi.

"Sampai jumpa, Zhan Ge," balas Wang Yibo pelan dan tak rela.

"Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason ..."

Lagu itu menghantar kepergian Xiao Zhan dari pandangan Wang Yibo. Satu helaan napas panjang terhempas. Lantas memandang cincin di tangan yang diukir inisial XZ.

[]

FAKE MARRIAGE [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang