47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau

Start from the beginning
                                    

"Hwa Gi, kau terlalu menggairahkan … aku tidak bisa menahannya," Shin Wo kembali memasuki Hwa Gi dengan posisi miring.

Hwa Gi tercekat, merasakan holenya kembali diisi dengan kejantanan Jae Han. Pergumulan kembali berlanjut entah ronde ke berapa, Hwa Gi sudah lupa. Desahan pun terus mengalun di ruang kedap suara hingga keduanya mengalami klimaks secara bersamaan, kesenangan tiada tara Jae Han rasakan, seluruh tubuh bergidik dan akhirnya wajahnya menunduk, bersembunyi di leher jenjang Hwa Gi yang juga sedang terengah karena pelepasan.

***

Hari-hari berlalu dengan damai. Hwa Gi dan Miki sedang berada di rumah sakit untuk mengantar Fumiko check up dan berkonsultasi dengan dokter, apakah bisa dalam waktu dekat ibunya bepergian dengan pesawat, pasalnya beberapa minggu lagi keluarga Jae Han akan pulang ke Korea dan tentu saja Hwa Gi juga ikut serta.

Miki terdiam di sudut ruangan, dia berpikir keras, merasa tidak enak hati jika terus mengikuti Hwa Gi dan Ibunya. Miki sadar dia hanya orang asing yang kebetulan berteman dengan orang sebaik Hwa Gi. 

Miki memutuskan jalan-jalan sebentar mengitari rumah sakit sambil menunggu Hwa Gi dan ibunya berbicara dengan dokter. Ketika berjalan di koridor, seorang wanita memanggilnya. "Miki-chan," 

Miki berbalik.

"Oh, ternyata benar kau." Wanita itu tersenyum dan mendatangi Miki. Dia adalah Sena teman semasa sekolah Miki dulu.

"Sena, lama tidak bertemu," ucap Miki agak canggung pasalnya orang ini dulunya tidak terlalu akur dengan Miki.

"Kau kenapa bisa ada di sini, tidak sakit kan?" tanya Sena.

"Tidak, aku menemani ibu temanku dia sedang chek up. Kau sendiri?" tanya balik Miki.

"Sebulan yang lalu aku melahirkan tapi di usia kandungan yang belum cukup dan harus dilakukan operasi, sekarang bayiku lahir prematur harus dirawat di couveuse hingga berat badan dan usianya cukup," wajah Sena tampak sedih saat berbicara.

"Bayimu dirawat di couveuse? semoga bayi dan kamu tetap sehat dan bisa berkumpul secepatnya," ucap Miki merasa kasihan.

"Ngomong-ngomong apa kau sudah menikah?" Sena orangnya dari dulu memang suka blak-blakan, pertanyaan seperti seharusnya tidak ditanyakan pada seseorang, Ini privasi, untuk apa menanyakan urusan ranjang seseorang?

"Belum, aku belum menikah." Miki pura-pura tersenyum, padahal dia ingin secepatnya pergi dari sini.

"Oh, sayang sekali padahal kau itu cantik, kusarankan jangan terlalu pemilih, usia kita terus bertambah, jangan sampai kau menjadi perawan tua." Sena berucap sambil tersenyum tapi kalimatnya pedas bukan main.

"Bukankah pernikahan itu hanya kesepakatan dua belah pihak, jika menikah atas nama cinta, aku yakin cinta bisa berubah, perasaan manusia bisa berubah, jika menikah karena harta, semua tau harta pasti akan habis kecuali kita menikah dengan anak sultan itu pun juga beresiko diduakan. Jadi untuk menikah aku harus banyak berpikir mencari orang yang bisa diajak sepakat saat suka maupun duka." jelas Miki bersemangat.

"Sayang rupanya kau di sini? aku mencarimu kemana-mana." Seorang laki-laki berperawakan sedang menghampiri Sena.

"Oh, aku bertemu teman lama, ini kenalkan suamiku, Akito kenalkan dia Miki teman sekolahku dulu." ujar Sena terlihat begitu sombong.

Suami Sena bernama Akito itu tampak terkejut sebentar lalu berjabat tangan dengan Miki. 

Miki tidak mengenal Akito tapi Akito mengenal Miki, dia tahu pekerjaan Miki di Bloomsbury sebelumnya. Sebenarnya Akito sering datang ke Bloomsbury tanpa sepengetahuan sang istri.

HWA GI-SSI (END)Where stories live. Discover now