1

109 5 3
                                    

Prolog

Elena memasuki rumahnya dengan perasaan yang entah bagaimana ia menjelaskannya. Sedih, sakit, serta sesak bercampur menjadi satu. Masuk ke dalam rumah yang bagaikan neraka untuknya. Tidak ada kehangatan di dalam rumah megah ini.

Elena lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah. Rumah yang bagi setiap orang adalah tempat terbaik untuk pulang, namun tidak bagi Elena. Hanya rasa sakit yang ia rasakan setiap ia bertemu ayahnya. Ayahnya yang selalu kasar padanya membuat hati Elena berdenyut nyeri. Membayangkan kata-kata kasar yang selalu ayahnya lontarkan untuknya selalu membuat Elena berpikir bahwa dirinya tidak pernah diinginkan di dunia ini.

Elena hadir ke dunia ini memang hal yang tidak direncakana oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya memiliki Elena diluar pernikahan. Yang membuat ayahnya terpaksa untuk menikahi almarhumah ibunya. Disaat itu, ayahnya juga tengah menjalin hubungan dengan sang kekasih. Karena ayahnya akan menikahi ibunya sebagai pertanggung jawaban, hubungan itu harus kandas. Hal itulah yang membuat ayahnya sangat membenci Elena dan juga almarhumah ibunya.

Sejak kecil, baik Elena dan juga ibunya tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Mereka selalu menjadi sasaran empuk kemarahan lelaki itu. Naasnya lagi, ternyata ayahnya juga memiliki anak dari mantan kekasihnya. Putri mereka lahir tepat satu tahun setelah lahirnya Elena kedunia. Sejak saat itu pula hingga saat ini ayahnya masih menjalani hubungannya dengan perempuan itu. Bahkan saat ibunya wafat beberapa tahun lalu, ayahnya langsung menikahi perempuan itu. Mereka sudah memiliki 2 anak sekarang.

Elena menghembuskan nafasnya kasar saat melangkah masuk ke dalam rumahnya. Ia langsung disambut oleh bi Ipah. Orang yang paling berjasa dan paling ia sayangi setelah almarhumah ibunya. Bi Ipah adalah orang yang menjaga Elena dari kecil hingga sudah sebesar ini.

"Non, kok baru pulang jam segini? non sudah makan belum?" tanya bi Ipah.

"Iya bi, tadi habis kerja kelompok. Papa ada dirumah bi? tadi El liat mobilnya di garasi." ujarnya.

Bi Ipah mengangguk, lalu ia menundukkan kepalanya tak ingin terlihat sedih oleh Elena. Elena yang melihat itu mengernyit, seolah berkata ada apa?

"Kenapa bi?"

"Non yang sabar ya, tuan bawa bu Tari beserta anak-anaknya untuk pindah ke rumah ini." tutur bi Ipah. Ia tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Bi Ipah hanya takut kalau bu Tari akan berbuat buruk juga ke Elena seperti yang ayahnya lakukan.

Elena tersenyum getir, ia memegang kedua bahu bi Ipah "Gak papa kok bi, El bakal baik-baik aja. Selama ada bi Ipah, El gak takut buat hadapin mereka."

"Non, bibi sayang banget sama non. Non yang sabar ya?" bi Ipah memeluk tubuh Elena.

"Makasih banyak ya bi, jangan tinggalin Elena." sahut Elena seraya membalas pelukan bi Ipah.

Elena dan bi Ipah berjalan berbarengan, hingga akhirnya matanya bertemu dengan tatapan empat orang yang sedang makan malam bersama di meja makan. Harmonis sekali bukan?

"Dari mana saja kamu?" tanya Ronal, ayahnya.

"Kerja kelompok." sahut Elena sekedarnya.

Matanya beralih ke Tari yang juga sedang menatapnya.

"Saya Tari, saya yakin kamu sudah mengetahui tentang saya dan anak-anak saya yang juga adalah anak dari papa kamu. Kita akan tinggal disini mulai sekarang, jadi kamu harus patuhi aturan saya. Paham?"

"Iya," sahut Elena. Bingung harus menjawab apa.

Disana, ia melihat anak perempuan yang hampir seusia dengannya. Dan juga anak laki-laki yang kira-kira baru berumur 7 hingga 8 tahun.

"Papa, janji kan mau beliin aku mainan yang terbaru?" tanya anak lelaki ayahnya.

"Janji dong, nanti hari minggu kita beli ya? sama sekalian kakak mau beli laptop baru juga kan?" ujar Ronal dengan penuh lemah lembut. Miris sekali melihat keharmonisan keluarga itu. Sedangkan Elena hanya berdiri disana tanpa pernah merasakan keharmonisan tersebut.

"Non, ayo ke kamar saja ya? nanti bibi bawain makannya ke kamar non." bisik bi Ipah yang seolah mengerti situasi.

Elena mengangguk, lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai dua. Sesampai dikamarnya, Elena langsung merebahkan tubuhnya dikasur. Gadis itu menghela nafasnya panjang. Mencoba untuk tidak berpikir buruk. Lalu ia memejamkan matanya sejenak guna merelaksasi pikirannya.

Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka. Elena langsung menoleh. Tari masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Entah apa yang akan dilakukan wanita itu padanya.

"Kamu dan ibu kamu pernah menghancurkan saya saat itu! menghancurkan impian indah saya dengan Ronal. Bagus karena pelacur itu sudah meninggal. Saya tidak perlu repot lagi memisahkan dia dengan Ronal. Tinggal kamu, mulai sekarang pikirkan kamu akan tinggal dimana. Karena saya akan membuat kamu diusir dari rumah ini."

Tangan Elena terkepal, hatinya sakit mendengar Tari menyebut ibunya pelacur.

"Jangan pernah berani anda menyebut mama saya seperti itu!" mata Elena memanas. Ia menahan tangisnya agar tidak terlihat lemah.

Tari maju dan berhadapan tepat di hadapan Elena. "Kenyataannya seperti itu. Kamu hanya anak haram yang tidak diinginkan untuk hidup di dunia ini."

"Apa bedanya dengan anak anda? mereka ada bukan karena pernikahan kan?" balas Elena.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Elena. Perih, itulah yang Elena rasakan. Detik berikutnya, bi Ipah masuk ke dalam kamar Elena untuk membawakan makanan. Ia terkejut melihat Elena yang memegang pipinya. Ipah yakin Elena baru saja ditampar oleh Tari.

"Non!" panik bi Ipah yang langsung menaruh nampan yang ia bawa di meja dan menghampiri Elena.

"Jaga mulut kamu! saya peringatkan itu." setelah itu Tari pergi meninggalkan Elena dan juga Ipah.

"Non habis ditampar sama bu Tari?" tanya bi Ipah panik.

Elena hanya mengangguk.

"Ya Tuhan, non. Sebentar ya bibi ambilkan kompresan." bi Ipah kembali keluar dari kamar Elena untuk mengambilkan air kompres.

Satu bulir air mata jatuh di pipi Elena saat melihat foto yang terpajang di meja belajarnya. Foto ia dan mamanya.

"Ma, El butuh mama." lirih Elena. Ia hanya bisa berharap, mimpi buruk ini akan cepat berlalu.

🪸🪸🪸

872 words

Thank you for reading ˚ ˚

to be continued...

THE FORBIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang