46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)

Start from the beginning
                                    

Jae Han memeluk pinggang Hwa Gi menaikkan pinggulnya, hingga tubuh Hwa Gi terguncang "Ya, kau yang bermain di atas seperti ini!" 

"Ah! hentikan, ya aku mengerti tapi biarkan aku menyelesaikan ini." Hwa Gi meminta Jae Han diam lalu mengambil pisau cukur di atas meja, mencukur bulu-bulu halus yang tumbuh di dagu dan area rahang Jae Han. 

Namun, bukan Jae Han namanya jika tidak jahil, tangannya masuk ke dalam hoodie kebesaran Hwa Gi, mengelus, meraba seluruh punggung itu hingga tangannya beralih ke dada, menemukan titik sensitif pria cantiknya. "Jae Han diamlah, kau bisa terluka, shh … ah…" 

Bukannya diam Jae Han semakin gencar mengerjai niple Hwa Gi. Memilin, meremas kuat dan hal yang ditakutkan Hwa Gi akhirnya terjadi, karena dadanya yang dipermainkan, tangan Hwa Gi jadi gemetar, dia melukai dagu Jae Han dengan pisau cukur. 

"Akh!" pekik Jae Han.

Luka kecil itu mengeluarkan darah, lantas membuat Hwa Gi panik. "Sudah kukatakan berhenti melakukan itu, wajahmu terluka!" geruru Hwa Gi sambil meniup-niup luka di dagu Jae Han.

Beberapa saat kemudian acara mencukur selesai dan bertepatan dengan itu salju turun dengan lebat. Hwa Gi bergegas memapah Jae Han kembali masuk ke kamar.

"Ah kamu berat!" ucap Hwa Gi setelah berhasil memapah Jae Han untuk duduk di atas ranjang.

"Cih sebaiknya kau berkaca, siapa yang duduk di atas pangkuanku lebih dari setengah jam," balas Jae Han.

"Itu juga salahmu, kenapa tidak mau diam saat aku mencukur, tapi tetap saja aku minta maaf." Hwa Gi ikut duduk di ranjang. Dia memandangi sekeliling kamar dan dia tertarik pada  replika galiung yang ada di atas meja. 

"Wah replika galiung ini tampak bagus, milikmu?" tanya Hwa Gi. Dia sedikit tertarik lalu mengambil replika kecil itu, melihatnya dengan seksama.

"Bukan, replika galiung itu sudah ada saat aku datang kemari," sahut Jae Han.

"Oh… " Hwa Gi menaruhnya kembali.

"Tapi aku punya sesuatu yang lebih bagus." Jae Han duduk menjuntai dengan kedua tangan bertumpu ke ranjang, matanya melirik ke bagian bawahnya lalu tersenyum nakal pada Hwa Gi yang kini berada beberapa langkah darinya.

Namun, yang terjadi sekarang Hwa Gi mengejeknya dengan senyuman pongah berjalan mendekat, dia melepaskan hoodie tebal menyisakan kaos tanpa lengan yang juga berwarna putih. Hwa Gi dalam mode binalnya langsung mendekatkan bibir kecil penuh itu dan melumat bibir Jae Han.

 Tak pernah ada kata usai untuk Hwa Gi. Jae Han belum tahu bagaimana pemuda ini ketika memiliki tujuan pasti. Tepat ketika tautan bibir yang sedari tadi terjalin terlepas, Hwa Gi bak hewan ganas dengan acak melepas, menarik, kancing kemeja Jae Han. Hampir seluruhnya terlepas. Hanya sisa dua kancing bagian bawah. Berantakan. "Kau nakal sekali!" Gumam Jae Han.

Hwa Gi tersenyum smirk seperti sengaja. Seperti mengatakan bahwa dia adalah ratu dari permainan ini. "Kuanggap itu pujian," sahutnya sambil menggigit bibir bawahnya, memberi ekspresi seperti minta dijamah. "Kau ingin aku bermain bukan?" Sambung Hwa Gi.

Dalam keadaan tercekat, bibir Hwa Gi sudah bermain di dada Jae Han. Mencium, menggigit dan menjilat. Dada bidang itu juga membusung merasa ngilu ketika pucuk dadanya dipilin oleh Hwa Gi, perlahan turun sampai pada bagian bawah celana. Mengusap-usap milik sang kekasih dari luar yang kini sudah menggembung. Celananya begitu ketat. Sangat ketat, Sepertinya Ingin memasuki hole ketat dengan segera.

Zipper celana Jae Han dibuka. Tak bisa menunggu, Jae Han tak sabar lantas membantu menurunkan dengan terburu-buru. Masih tersangkut di kaki dan segera membuka dalemannya juga, begitu frustasi. 

Hwa Gi dalam posisi berlutut di lantai mendongak menatap Jae Han dan tersenyum begitu innocent, namun tidak dengan apa yang dia katakan. "Kau menyukainya? senikmat itu kah?" 

Sialan! Jae Han merasa diejek.

"Hwa Gi kau— Ughh …. " Jae Han tak sanggup melanjutkan kata.

Hwa Gi menggenggam pen*s keras Jae Han. Membuat pria itu tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Kemudian mengecup pucuknya lalu kembali mendongak menatap ke atas dan kedua mata bulat seolah menggambarkan bahwa dia adalah pemuda paling polos di dunia. 

Persis seperti yang Jae Han harapkan sebelumnya namun lebih berbahaya. Hwa Gi membuat seolah dia menurut apa yang Jae Han katakan. Memberi kenikmatan dengan patuh. Padahal satu-satunya yang dikontrol di sini adalah Jae Han sendiri.

"Kenapa? kenapa diam saja? tidak suka?" tanya Hwa Gi lagi seraya tangannya maju mundur. Mengurut urat-urat timbul pada kejantanan itu. 

Jae Han hanya memejamkan mata dan mendongak. Tak dapat berbicara apalagi ketika gerakan tangan Hwa Gi semakin cepat. Satu-satunya yang keluar dari bibirnya adalah desahan. "Ahh..." 

"Katakan sesuatu. Aku harus tahu kau menyukainya atau tidak? aku ingin memasukan ke dalam mulutku tapi ragu kau tidak menyukainya," ujar Hwa Gi terdengar manja.

Jae Han mengerang. Menatap Hwa Gi dengan mengintimidasi namun pemuda itu tidak terlihat takut sedikitpun. Masih dengan wajah datar seolah begitu polos. 

 "Dan kau terlihat nyaman dengan apa yang aku lakukan. Hanya saja, aku tidak tahu pasti kau menyukainya atau tidak, kalau aku memasukan milikmu ke sini," tambah Hwa Gi seraya menyentuh bibirnya. 

'Fuck! Fuck! Fuck!'  Jae Han memaki dalam hati. 

"Suka! Suka sekali. Tolong masukan pen*sku ke dalam mulutmu. Hisap itu, jilat atau apapun. Aku butuh mulutmu." Jae Hsn frustasi secara seksual. Dia kalah untuk kemenangan di mana kenikmatan adalah pialanya. Bahkan kalimat yang meluncur dari mulutnya tak ada lagi ada sopan santun, tanpa saringan filter tata krama.

Hwa Gi puas,membuat Jae Han menjadi buas. Mereka berdua sama-sama menang dan kalah dengan cara yang berbeda. Jae Han menyerah dan membiarkan Hwa Gi memimpin tetapi dia mendapat kenikmatan. Hwa Gi berhasil memanipulasi dan memimpin namun memberi kenikmatan. Keduanya jelas menyukai kegiatan mereka. 

Jae Han merasakan dengan jelas hangat miliknya di bibir Hwa Gi. Bermain di pipi mulut sampai masuk ke dalam kerongkongan. Dijilat pada tiap urat-urat menonjol atau dihisap dengan kepala Hwa Gi yang maju mundur. Jemarinya meremas rambut Hwa Gi yang berantakan. Mendesah dan meminta lebih. 

"Nikmat sekali ah… Hwa Gi ini nikmat." Geram Jae Han.

Gerakan kepala Hwa Gi semakin cepat seraya Jae Han membantu menekan semakin dalam hingga dia tersedak, terbatuk. Milik Jae Han terlalu besar mengisi penuh. Begitu panjang hingga membuat kerongkongan terasa sesak. Sempat mengais nafas beberapa detik, lalu kembali dijejali lagi.

Seluruh tubuh Jae Han ngilu. Rasanya begitu nikmat sampai cairan precumnya sudah keluar dan dipastikan masuk ke dalam mulut Hwa Gi tertelan bersama air liur. Jae Han mencari puncak kenikmatan, menginginkan klimaks. Ingin merasakan bagaimana cum keluar sepenuhnya di mulut Hwa Gi.

Hwa Gi dan mulutnya yang kelewat lihai, berhasil membuat Jae Han sampai pada klimaks. Cairannya menyembur, Hwa Gi hendak menarik diri namun ditahan oleh Jae Han. "Mulutmu. Aku ingin keluar di mulutmu. Kau nikmat sekali!" 

Hwa Gi membiarkan cairan keluar di dalam mulutnya. Berkedut, hingga penuh dan sedikit tertelan. Ia tak suka rasanya. Setelahnya segera melepas hisapannya. Lemas, lelah dan cairan Jae Han yang ada di mulutnya keluar dan terjatuh. 

Jae Han harus menelan air liurnya sendiri karena Hwa Gi dengan mulut penuh percum terlihat begitu seksi dan indah.

Hwa Gi tahu peristiwa ini tidak akan berakhir sampai di sini karena sekarang, Jae Han sudah mengangkat kaos putih Hwa Gi lalu meminta melepaskan celana dan duduk di atas pangkuannya. 

Posisi yang sama seperti di balkon tad, tapi bedanya sekarang keduanya sama-sama telanjang dan sesuatu milik Jae Han sudah bangun lagi. Mereka bercumbu di siang hari, di atas ranjang hangat dengan background badai salju yang memutih.

Tbc




HWA GI-SSI (END)Where stories live. Discover now