Namun kalimat mengecewakan yang didapatkan sang wanita.
“Setelah ini pulanglah. Sudah kupisahkan pakaianmu yang tertinggal di dalam lemari.”
“Oppa tak berniat mengantarku? Bukankah Oppa yang mengundangku ke sini?”
Tatap tajam yang dilayangkan Wonwoo tak sedikit pun menyurutkan upaya Somi yang sibuk mengecup bibir serta lehernya. Jika biasanya akan membalas, kala itu hati Wonwoo sedang tidak bisa diajak kerjasama. Rasa muak memenuhi benaknya, jelas terganggu oleh apa yang dilakukan sang wanita.
“Somi-ya, jangan membuatku marah. Segera bergegas karena aku ingin sendirian malam ini.”
“Kenapa?” netra coklat memelas dengan genangan air di ujung kedua mata. “Kenapa akhir-akhir ini Oppa jadi berubah? Apa aku tidak lagi menarik di matamu? Aku kurang cantik dan seksi? Apa permainanku di ranjang tadi sangat membosankan? Apa yang harus aku perbaiki agar Oppa tidak membuangku seperti ini? Ke mana semangatmu, Oppa? Bahkan di bawah sini pun tidak sesemangat biasanya. Apa yang terjadi denganmu?”
Pertanyaan yang sama Wonwoo lontarkan pada dirinya sendiri. Sebenarnya apa yang salah dengan dirinya? Selama ini Wonwoo tak pernah menyia-nyiakan kesempatan, apalagi ketika wanita berbondong-bondong menghujaninya dengan perhatian dan cinta. Bahkan yang paling krusial, kejantanannya tak lagi bereaksi dengan sentuhan halus maupun ganas partner sexnya.
Semua menguap tak berarti diganti kalimat Mingyu yang mendomasi. Baru sebatas pikiran, tapi Wonwoo sudah sangat mendalami peran sebagai kriminal karena mengingat sosok pria Aries itu di saat orang lain mencumbu dirinya. Bagaimana bisa rasa penasaran begitu mendesak? Seolah tak ada kesempatan lain di mana Wonwoo harus menuruti permintaan Mingyu.
Bayangkan saja, tidur dengan seorang pria?
Jelas menjadi hal paling gila karena tak pernah terbersit dalam kepalanya yang seumur hidup menjadi penakluk wanita. Apalagi harus berada di bawah dominasi pria lain. Hei, selama ini Wonwoo lebih banyak menyerang bukan diserang!
Meski tak bisa dimungkiri perbedaan tubuh keduanya cukup signifikan. Tetap saja batin Wonwoo terluka jika harus mengalah setelah terbiasa hidup di atas awan. Dampak yang diberikan dari mengingat nama Kim Mingyu saja sudah sangat digdaya untuk kelangsungan hari-harinya. Apalagi harus tidur dan membiarkan pria lain memasukki dirinya.
Jelaskan pada Wonwoo jika ini kesalahan belaka.
Ya, kesalahan terbodoh karena sampai berhari-hari kemudian bukannya Wonwoo lupa akan sosok Mingyu lantaran tak diberikan kesempatan bertemu, dalam hatinya malah bersarang kerinduan luarbiasa. Diam-diam sepasang mata kucing itu mencari di mana gerangan tersangka yang sudah membuat kacau hari-harinya. Tapi di kampus bahkan di sekitarnya sama sekali tak ditemukan sosok Mingyu.
Seolah Wonwoo hidup dalam halusinasi, mengharap dan mendamba sosok yang tak pernah hadir dalam eksistensi.
“Kau sedang tidak enak badan?”
Nada khawatir dari Kwon Soonyoung yang menemani seusai kelas saat menemukan americano milik Wonwoo berakhir tak disentuh. Hanya diaduk hingga es mencair dan memenuhi gelas. Jelas hal yang jarang mengingat itu adalah minuman kesukaan si pria Cancer.
“Aku baik-baik saja.”
“Benarkah? Jika tidak minat diminum, lebih baik buatku. Sayang-sayang jika akhirnya menjadi pajangan.”
Hal mengejutkan didapatkan Soonyoung di mana Wonwoo dengan pasrah menyodorkan minuman itu padanya. Benar-benar pemandangan langka melihat seorang Jeon Wonwoo kebingungan setelah biasanya menjadi penyebab kebingungan wanita-wanita yang memujanya.
ESTÁS LEYENDO
call on me
Fanfic[𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜] 𝘙𝘰𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘞𝘰𝘯𝘸𝘰𝘰 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘶𝘵𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘶𝘯𝘤𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘮𝘪𝘴 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘺𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭...
02. Can't Help Myself
Comenzar desde el principio