The Star 19.0

16 9 0
                                    

Halo!!!

Apakah kalian masi nungguin cerita ini? Maaf ya KouKei agak sibuk beberapa bulan ini jadi baru bisa update T^T 

Thanks a lot buat yang masih nungguin cerita ini huhuhu :")

Ini FF dah mau kelar gaisss, tinggal 1 chapter aja
Ummm sama bonus mungkin ada 2 chapter yah

Kayanya udah ketebak si ini isi chapternya apa wkwkwk 

Okey gaissss happy reading ya olllllll

***


Malam itu, Renjun datang berkunjung. Dia mengenakan kemeja putih dan juga celana olahraganya. Dia tersenyum saat aku membukakan pintu untuknya.

"Kau merindukanku?" lirihnya. Aku yang sebelumnya sudah setengah tertidur mengangguk dan tersenyum.

"Aku membangunkanmu, ya?" lanjutnya. Aku mengangguk lagi. "Masuklah," kataku kemudian membalikkan badan.

Renjun duduk di sofa sedangkan aku pergi mengambil minum untuk kami berdua. Renjun tersenyum saat aku memberikan segelas air untuknya.

"Thank you." Ucapnya. Aku mengangguk lalu duduk di sebelahnya.

"Apa yang membawamu kemari selarut ini?" tanyaku. Renjun meneguk airnya lalu menatapku.

"Aku ingin membawamu keluar." Ucapnya. Aku mengerjap. Saat ini sudah tengah malam, kemana Renjun akan membawaku pergi?

"Baiklah, kalau begitu aku akan berganti pakaian sebentar." Kataku. Renjun mengangguk kemudian mengelus pucuk kepalaku pelan.

Aku bersiap-siap secepat yang kubisa.

Renjun membawaku ke tempat di mana kami bisa melihat city lights. Aku tersenyum padanya saat kami diam-diam menaiki lift di sebuah gedung. Aku belum pernah ke sini sebelumnya. Juga ... jarak gedung ini dengan apartkostku sedikit jauh.

Namun ketika aku menatap cahaya lampu dari kota yang tidak tidur ini, aku tersenyum. Aku masih di sini, di kota ini, menatap city lights bersama orang yang sama, dan juga perasaan yang masih sama. Perasaan ini, masih tetap sama dengan setiap aku pergi melihat city lights dengan Renjun.

Aku menoleh pada Renjun. Dia tersenyum. Di sini bersamanya membuatku teringat pertemuan pertama kami.

Saat ini kami masih muda. Namun saat kami pertama kali bertemu, kami jauh lebih muda daripada sekarang. Kami yang dulu, masih sama-sama belum dewasa. Kami yang dulu, masih belum sampai di persimpangan layaknya sekarang ini.

Renjun mendekat padaku dan mengelus pipiku pelan.

"Kau dan city lights, keduanya tidak akan pernah bisa kuhapus dari memoriku. Setiap aku mengagumi cahaya di kota ini, aku selalu teringat akan dirimu. Aku akan selalu mengingat senyumanmu yang begitu manis, rambutmu yang akan ditiup angin, dan matamu yang akan memantulkan cahaya dari city lights." Ucap Renjun dengan suara pelan. Aku terdiam dan mendengarkan Renjun melanjutkan ucapannya.

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang