Chapter 20: Part I

Start from the beginning
                                        

Aku memberi isyarat pada Riddle, melirik kearah pintu keluar untuk berbicara. Lalu aku keluar dari Great Hall dan menunggu diluar. Tak lama aku menunggu, Riddle datang.

"Ada apa?" tanyanya.

"I need your favor, can i?"

"Anything for you, love."

Aku menganggukkan kepala. "Carikan aku ruangan kosong."

"Boleh," balasnya. Dia merogoh sesuatu dari saku jubahnya. "Happy birthday," ucapnya memberikanku sebuah kotak kecil yang dibungkus dengan kertas berwarna biru muda-my favorite colour.

"Thank you," ujarku tersenyum tipis dan berniat membukanya.

"Hey! Buka saat kau sendiri, okay?"

"Kay."

"Should i pick you up at your dorm?"

"Yeah, i guess."

************

Sekarang sudah sendirian. Semua kelas sudah selesai hari ini dan pukul hampir menunjukkan jam enam sore. Semua orang bersiap untuk makan malam, tapi aku masih duduk ditengah sepinya koridor.

Pertama aku membuka kado dari Evan. Isinya sebuah cincin dengan batu kecil berwarna hijau. Hijau? No! Evan, no!

Dia memberikanku cincin yang hampir sama dengan cincin yang Riddle pakai? Eughh...dia benar benar ingin menjodohkanku dengan Riddle.

Aku meletakkan kembali cincin itu kedalam kotak dan menyingkirkannya untuk membuka kotak selanjutnya, kotak dari Riddle. Aku tidak mau merusak kertas pembungkusnya, jadi aku mencari titik temu ujung kertas yang membungkus kotak itu tanpa merobeknya.

Isinya jepit rambut kupu kupu warna biru dan pita rambut. Dan ada perkamen dibawahnya. Itu bukan hanya sebuah perkamen, itu surat.

Happiest birthday to this grumpy girl.

I saw you once wearing a ribbon on your hair and you look stunningly beautiful. I want you to wear it everyday. Don't get me wrong, love, you look beautiful even without it.

Don't ever doubted yourself, you are the most beautiful girl i have laid my eyes on, always. Your scars never make you less beautiful.

Yours,

M.R

Aku tidak bisa menahan senyuman. Jika ada yang melihatku sekarang mungkin mereka akan mengira aku sakit jiwa. Saat aku sadar aku sedang berada ditempat umum, aku melirik sekelilingku dan berhenti tersenyum.

Tapi saat aku kembali ke surat itu, ternyata surat itu memiliki aroma. Aroma gardenia yang sering tercium dari Riddle. It's his scent!

"Jesus, dia membuatku gila," aku bergumam dan tersenyum seperti orang gila. "Alright, that's enough, Jade." Kututup kembali kotak itu dan beranjak menuju asramaku untuk bersiap.

***********

"Susy, Hannah, ajak mereka ke tempat yang sudah ku beri tahu, okay?" ucapku pada Susan dan Hannah yang akan pergi lebih dulu untuk mengatur teman teman yang akan datang.

"Okay!" Susan dan Hannah keluar dari kamar meninggalkanku sendirian. Aku sangat berterima kasih pada mereka karena aku tidak pernah tahu cara menyiapkan pesta ulang tahun, jadi semua yang menyiapkan ini adalah mereka.

Aku mengenakan dress biru. Dress ini tidak memiliki banyak mode, hanya dress biasa yang diberi ayah untuk ulang tahunku tahun lalu. Dress ini pun tidak terlalu terbuka. Dan yang paling kusukai adalah dress ini didesain oleh Chanel, brand favoritku.

Untuk rambut, aku hanya menyelipkannya kebelakang telingaku dan menambahkan jepit rambut kupu kupu dari Riddle.

Setelah selesai aku melihat bayangan diriku sendiri dicermin besar yang kami miliki dikamar. "Shit, this isn't Jade, this is Ruby." Aku tertawa saat melihat bayanganku sendiri.

Aku segera keluar karena Riddle mengatakan dia akan menjemputku. Dan benar, saat aku keluar dia sudah ada didepan pintu.

"You... Look normal," ucap Riddle melirikku dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Apa maksudmu aku terlihat normal?" balasku dengan nada tajam.

"No, maksudku kau terlihat seperti gadis normal tidak seperti anak laki laki seperti biasanya."

"How dare you!"

Riddle terkekeh dan berkata, "Sorry. Shall we?" Dia mengulurkan tangannya untuk kuraih.

Kami berjalan menyusuri lorong sepi, sesekali bertukar pikiran dan saling mengejek. Saat sampai, aku tak melihat apapun, bahkan pintu sekalipun.

"Ini ruang kebutuhan, kau hanya perlu memikirkan apa yang kau butuhkan dan pintu akan muncul," jelas Riddle. Dan benar, seketika muncul sebuah pintu. Riddle membukakan pintu untukku dan kami masuk kedalam.

Saat masuk kedalam, sudah banyak orang yang datang. Sepertinya hampir semua susah datang. Sudah seperti yang kubayangkan, mereka berbisik tentang Riddle yang datang bersamaku.

"Jika ingin bicara, bicara langsung padaku jangan berbisik," ucapku membuat mereka semua diam.

"Jadi rumornya benar?" tanya Justin Finch-Fletchley, yang katanya pernah naksir pada Ruby.

"Tidak, Justin, kami hanya berteman," jawabku dengan senyum lebar.

Aku pergi ke belakang meja dimana kue ulang tahunku diletakkan. "Semuanya, terima kasih sudah mau datang ke acara ini walaupun tidak seperti pesta pada umumnya karena aku tidak suka mabuk dan terima kasih khusus kepada Hannah dan Susan sudah membantuku menyiapkan semua ini dan Riddle yang mencarikan tempat ini."

"Owh... Sebelum itu, aku ingin mengatakan sesuatu pada Hermione Granger." Aku menatap kearah Hermione yang berdiri bersama Ron dan Harry dan disamping Harry ada Ginny. Hermione tersenyum mempersilahkanku untuk bicara. "Aku ingin kau keluar," ucapku.

Semua orang terbelalak kaget dan berbisik. "What? Tapi... Aku temanmu, ini pesta khusus temanmu, kan?" kata Hermione memasang wajah bingung.

"Tadinya kita teman, Hermione sebelum aku tahu kau tidur dengan pacarku," ujarku membuat semua orang semakin terkejut bahkan Ginny menutup mulut dengan tangannya. Aku menumpukan kedua tanganku keatas meja. "How long have you been fucking him? A week? A month? Or three months?" imbuhku menatap Hermione dengan seringaian kecil.

"I- please, i... I'm not, aku tidak akan melakukan itu," kata Hermione membela dirinya.

Aku berpura pura terkesiap dan menutup mulutku dengan tangan. "You're not? Why are you start tearing up then? Embarrased?" Aku bertepuk tangan dan memberikan seringaian pada Hermione. "Such a slut!" sorakku.

Seisi ruangan diam dan tegang. Aku melirik kearah Riddle yang sedang menyeringai padaku. "Jika kau menginginkannya, kau bisa memilikinya. Nikmati bekasku," ucapku menghidupkan lilin yang sudah tertusuk ke kue ulang tahunku. "Get out, Hermione. NOW!" teriakku membuatnya tersentak dan berlari.

"Pardon me," ucapku kembali dengan senyuman. "Oh ayolah, tinggalkan yang tadi ayo kita tiup lilin!"

Setelah berdoa dan meniup lilin, mereka semua menikmati makanan dan berbincang dengan yang lain. Riddle berjalan kearahku, tanpa memalingkan pandangannya sedetik pun dariku. "That was cool," bisiknya.

"I know," balasku masih memandang lurus kedepan tanpa terusik.










































Maap, ga cukup, lanjut part 2 yah

Defouted  || Mattheo RiddleWhere stories live. Discover now