Hal paling indah di masa remaja adalah merasakan jatuh cinta. Aneh memang-hanya dengan melihat siluet seseorang dari kejauhan, senyum bisa mengembang sepekan penuh. Kalau sedang beruntung berpapasan dengannya, harum parfumnya akan menetap di penciuman berhari-hari.
Itulah yang kini dirasakan Puspita Rania Diajeng - cukup panggil Rania, gadis mungil yang baru saja duduk di bangku SMA.
Pagi itu, para guru berjejer rapi di depan gerbang, menyambut para siswa baru. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) akan dimulai besok, tapi hari ini adalah technical meeting sebelum kegiatan resmi berlangsung tiga hari ke depan.
"Assalamualaikum. Pagi, Pak, Bu," sapa Rania.
"Waalaikumsalam. Pagi, Nak," jawab salah satu guru.
Rania berjalan riang. Ia mengenakan atasan biru laut, celana kulot high waist berbahan jeans, dan ransel hitam polos yang setia di punggung. Nafasnya terasa lega-akhirnya ia bisa menginjakkan kaki di SMA impiannya.
Sepanjang jalan menuju lapangan, senyumnya tak pernah pudar. Kalau boleh dilebih-lebihkan, mungkin ada puluhan bunga yang bertaburan dari setiap sisi tubuhnya. Karena masih ada waktu, ia memutuskan duduk di bangku permanen di koridor kelas.
"Hallo, Rania!" suara riang terdengar dari belakang. Rania menyipitkan mata, lalu tersenyum lebar.
"Hai, Kilaa!" serunya, langsung berdiri dan menyambut gadis yang dipanggilnya Kila itu.
"Ya ampun, kamu sekolah sini juga Ran?" tanya Kila. Rania mengangguk dengan sangat antusias.
"Kamu juga?" Rania bertanya balik. Sama halnya dengan Rania, Kila pun menggangguk. Ternyata mereka satu sekolah lagi. Obrolan pun mengalir. Mereka pindah duduk ke bangku kayu panjang di bawah pohon ketapang.
"Tadi kamu kesini berangkatnya diantar siapa?" tanya Kila setelah mereka duduk dengan sempurna di bangku panjang itu.
"Biasa... sama abang," jawab Rania, mendadak nada suaranya merendah.
Dahi Kila berkerut, "Loh? Bukannya kamu anak tunggal ya?" tanyanya heran.
"Iya abanggg... Abang ojol maksudku," jawab Rania diakhiri dengan kekehan kecil.
"Ahaha, bisa aja kamu. By the way Mama Papa kamu emang gak nganterin anaknya ke sekolah baru untuk pertama kalinya?"
Rania menggeleng dengan senyum tipis. "Udah biasa kok dari kecil. Santai aja." Ia menyenggol bahu Kila agar suasana cair lagi.
Kila menggaruk bagian belakang kepalanya-tak enak hati sudah membuat suasana di tengah-tengah mereka menjadi canggung.
Menyadari kecanggungan yang terjadi, Rania memutar otak. "Kalo kamu, pagi ini diantar siapa?" tanyanya mencairkan suasana.
"Sama Mama Papa."
"Ohh, nanti juga dijemput Mama Papa kamu?"
Anggukan kepala Kila berhasil membuat hati Rania mulai terisi oleh kerikil kecil yang tumpul. Kini giliran Kila membuka percakapan, "Eumm nanti kamu mau bareng juga pulangnya sama aku gak? Gapapa kok, Mama Papa aku gak bakalan keberatan kalo kamu ikut," gadis itu menawarkan pulang bersama.
Rania menggeleng pelan, "Terimakasih, Kila. Tapi kayaknya gak usah deh. Nanti pulangnya aku mau mampir ke kafe dekat sini dulu. Maaf ya Kil, next time kita pulang bareng," menolaknya secara halus.
Kila Adinata-mereka hanya berbeda kelas saat SMP dan berhubungan baik layaknya teman sekolah pada umumnya, tidak terlalu akrab, tapi juga tidak terlalu asing.
Rania yang terkenal dengan sifat friendlynya ke semua orang, bahkan penjual cilok yang mangkal di depan sekolahnya SMP-nya-dan Kila yang memiliki ciri khas suara melengking seantero sekolah.
YOU ARE READING
Semua Tentang R
Teen FictionPuspita Rania Diajeng, siswi SMA yang tidak pernah suka berorganisasi, mendadak jadi ketua kelas. Rania tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah drastis hanya dalam satu satu hari. Dulu, ia hanya ingin menjalani masa SMA sebagai siswa biasa: seko...
