Chapter 11

162 12 2
                                    

Or am I a fool who sits alone talking to the moon?

Jungkook tersadar dari lamunannya ketika suara ketukan dari pintu apartemennya terdengar.

Sudah berapa lama aku terduduk disini? Dimana Jimin? batinnya seraya menyeret langkahnya untuk membuka pintu.

"Oh kau, Bang. Kenapa tak langsung masuk saja? bukankah kau tau sandi apartemenku?" tanya Jungkook seraya menggeser tubuhnya agar Namjoon dapat lewat.

"Aku masih punya otak, Jungkook. Kau pikir bagaimana nasib mataku jika tiba-tiba saja aku nyelonong masuk dan aku mendapatimu sedang melakukan hal yang tidak-tidak dengan Jimin?"

Jungkook tak bersuara. Ia hanya mengekori Namjoon.

Dua buah kantong belanjaan diletakkan Namjoon di meja dapur. Sebelum ke apartemen Jungkook, ia sempat mampir membeli makanan untuk mereka santap bersama juga beberapa botol minuman untuk mereka nikmati setelahnya. Sudah lama ia, Jungkook dan Jimin tidak ngumpul bersama.

Namjoon mencari sosok mungil di sekitar ruang keluarga Jungkook namun tak menemukan sosok yang dicarinya.

"Jungkook, Jimin mana?" tanya Namjoon.

"Jimin? Dia dikamarku."

"Tidur?"

"Entah. Aku tak tau. Setelah Sooyun datang tadi, aku tak melihatnya."

"Sooyun? kemari?"

"Iya. Dia kemari." Jungkook menghela nafasnya dengan gusar.

"Kau tak papa?"

Namjoon tau ada yang tidak beres disini.

"Entahlah. Sooyun merubah pikirannya. Ia akan menerima pertunangan sialan itu." jelas Jungkook

"Loh, bukannya kemarin katamu dia akan membantumu untuk menolak pertunangan ini?" Namjoon menduduk dirinya di sofa dan diikuti oleh Jungkook yang ikut mendudukkan dirinya kembali di sebelah Namjoon.

"Awalnya begitu. Namun setelah kesehatan ayahnya menurun, ia merubah pikirannya. Ia ingin menerima pertunangan itu setidaknya hingga ayahnya sehat. Entah itu untuk waktu berapa lama."

Jungkook merosotkan tubuhnya lesu pada sofa tempat ia duduk. Ia tak dapat memikirkan solusi terbaik untuk kondisi saat ini. Dirinya terlalu gusar.

"Jimin tau?"

Jungkook menggeleng.

"Ia belum tau. Dan aku tak tau bagaimana harus mengatakannya."

"Kau harus memberitahunya, Jungkook. Harus dari kau, tidak dari orang lain. Kau tau, ia begitu terluka dengan caramu menghindarinya."

"Aku tau, Bang. Aku akan coba membicarakannya nanti."

Baik Namjoon dan Jungkook sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga secara pelan bahu kedua kakak beradik ini di tepuk pelan oleh Jimin.

"Hayo, pada ngapain?" tanya Jimin seraya tersenyum.

"Oh Jimin. Kau sudah bangun?" tanya Namjoon.

"Sudah, Bang. Dan kau, Jungkook. Kenapa tak membangunkanku? dan kemana Sooyun?" cubit Jimin pada pipi sang kekasih.

"Maafkan aku sayang. Aku pikir kau lelah dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk istirahat. Jadi aku tak membangunkanmu. Dan Sooyun, ia tadi titip salam untukmu. Ia buru-buru pulan." jawab Jungkook seraya mengelus pipinya yang menjadi korban kekesalan Jimin.

"Oh begitu. Lalu apa makan malam kita? aku lapar."

Namjoon dan Jungkook buru-buru berdiri menggiring Jimin untuk duduk di meja makan. Namjoon mengelurkan bungkusan coklat besar berisi ayam goreng dan kentang. Tak lupa juga beberapa botol minuman yang nampak begitu menggoda untuk dihabiskan isinya.

Talking To The Moon || JikookWo Geschichten leben. Entdecke jetzt