𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 ²

138 36 1
                                    

"(Name), kau yang akan merawatnya."

Gadis yang merasa disebut namanya itu mendelik, kalimat Marco sama sekali tidak Ia harapkan.

Apa-apaan itu?

"Kau dokternya, Marco!" Seru (Name) pelan nyaris berbisik, dibalas oleh kekehan ringan dari Marco.

"Oh, benarkah..?" Ujar Marco dengan raut jahil, namun tangannya bergerak menyiapkan alat-alat pengompres dan obat.

".. kau yang membawanya, bukan?" Cengiran menyebalkan Marco tunjukkan untuk (Name), membuat uap kemarahan seakan bertiup diatas kepala (Name).

"Tapi, Marco–!"

"Aku pergi, sampai jumpa besok~" Lelaki bersurai nanas itu berjalan keluar dari kamar, meninggalkan (Name) bersama Ace yang tidak sadarkan diri.

Dengusan kesal keluar dari bibir (Name), manik wine nya memandang Ace dengan sinis, pemuda itu seperti sedang tidur sangat nyenyak.

"Aku menyesal memberi perintah menurunkan jangkar.." (Name) bergumam merutuki dirinya sendiri.

Jari lentiknya bergerak untuk membasahi kain dengan air hangat, mengompres lebam di wajah Ace secara perlahan.

Walaupun terkadang (Name) menekan lebam di wajah pemuda itu, (Name) akan menyentuhnya ulang, memastikan bahwa tidak memperburuk luka Ace.

Gerutuan kecil terus terdengar dari bibirnya, memberi Marco sumpah serapah akibat menyuruhnya merawat Ace untuk malam ini. Toh, Kru Bajak Laut Spade ada diatas kapal, kenapa harus dirinya?

"Merepotkan.." Gumam (Name) asal sembari mengembalikan kain kompres ke tempatnya. Helaan nafas ringan terdengar samar, (Name) berjalan ke arah jendela, memperhatikan arus laut dibawah cahaya bulan malam ini.

"Portgas D..." (Name) mengernyit kecil, diantara sunyi tengah malam berusaha memecahkan pertanyaan yang mengusik dirinya sendiri.

"Kenapa aku seakan pernah mendengarnya.. sebelum koran itu muncul?" Gumaman lirih terdengar dari bibir memucat itu, matanya bahkan menyipit sembari menggigit jari.

Apa sebenarnya?

"Luffy.."

(Name) seketika menoleh ke arah Ace, pemuda itu mengernyitkan dahi dengan keringat yang mengucur di pelipisnya. Dengusan untuk kesekian kalinya terdengar dari bibir pemilik netra wine, (Name) berjalan kembali pada Ace yang terlihat mengigau.

"Merepotkan.." (Name) mengambil kembali kain basah yang berada di wadah, melipat nya menjadi bentuk persegi panjang, dan memeras nya dengan telaten.

Gadis bersurai gradasi itu kembali menyeka wajah Ace menggunakan kain ditangannya, menyingkirkan buliran keringat sekaligus membersihkan lebam Ace.

Pertarungan selama 5 hari 5 malam penuh tentu membuat wajah Ace dipenuhi bekas keunguan, apalagi lawannya yang terbilang kuat tentu menguras tenaga.

"Jika kau berani macam-macam saat sadar, kau gila." Ujar (Name) yang ditujukan pada Ace dengan nada ejekan. Lalu Ia menekan lebam bekas pukulannya di pipi Ace, pemuda itu meringis karena rasa sakit menjalar ke seluruh wajahnya.

"Dan bagaimana kau bisa se nyenyak ini..?"

Kain basah dilemparkan ke wajah Ace, (Name) memperhatikan reaksi Ace sekejap. Namun, sama sekali tidak ada jawaban dari pemuda itu, hanya terdengar dengkuran Ace yang semakin keras.

Manik (Name) memandang semakin heran, bahkan alisnya mengernyit menjadi satu dengan bibir sedikit ternganga.

(Name) pun hanya menggeleng kecil, membereskan seluruh barang-barang yang Ia gunakan untuk merawat Ace sebelumnya. Berniat ke dapur untuk membuang air bekas kompres-an Ace, lalu Ia akan ke sarang gagak untuk mengistirahatkan diri malam ini.

Serendipity Series | Appealing [Portgas D. Ace x Readers]Where stories live. Discover now