"Anda harus memanggil supir pengganti jika membawa kendaraan pribadi, Nona." ujar pegawai bar yang kembali datang mendekat. "Setiap pagi selalu sibuk dengan rutinitas padat, jangan sampai—"

"Berisik." sungut Kim Sae Ron sinis.

Sementara lelaki lawan bicaranya hanya termangu tanpa mencoba untuk kembali memperingati. Dan Kim Sae Ron kian berjalan menjauh sambil menjelajah isi ponsel hendak menghubungi seseorang.

"Jemput," pintanya dengan susah payah agar tetap sadar.

"KAU KEMANA—"

Bipp!

"Aaah, berisik!" keluh Kim Sae Ron memutus panggilan. Ia berjelajah menghubungi pihak lain lagi. Namun sambungan telepon tersebut tidak kunjung mendapat jawaban hingga panggilan ke empat.

"Kenapa lama sekali?!"

"Nona, ini masih pagi sekali—"

"Antar mobilku sekarang!"

"Tunggu. Bagaimana jika jam sembilan—"

"Sekarang!"

"Nona, saya baru pula—"

"Antar sekarang! Kuncinya ada di pos keamanan apartemen. Lokasinya akan kukirim melalui chat!" sergah Kim Sae Ron menitah sambil memijat pelipisnya yang kian berdenyut. Lalu memutus panggilan tanpa memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk membalas.

"Orang-orang tidak berguna." gumamnya. Lantas berbelok ke area lobby dan kembali menempatkan salah satu kursi untuk menunggu kedatangan mobilnya. "Menyusahkan! Aku bisa pulang sendiri!"

Kim Sae Ron menarik nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Kepalanya semakin pening memikirkan sikap orang-orang yang tidak kunjung mengerti. Ada perasaan sesak hingga rasa-rasanya tertikam dalam.

Ia merebahkan kepalanya pada punggung sofa. Tengkuk lehernya terasa berat untuk memulai aktifitas sepagi ini. Mata sendunya pun perlahan terpejam karena ia masih ingin tidur dan menghindari orang-orang. Tidak ada yang bisa dia andalkan dan dipercaya selain dirinya sendiri.

"Nona!"

Kim Sae Ron terkejut dan membelalakan mata ketika seseorang memanggil dengan kencang. Sklera nya memerah akibat kantuk yang tak bisa dikendalikan. Dan ia baru menyadari bahwa langit yang sebelumnya menggelap sudah tampak terang. Apakah tadi dia tertidur? Dalam keadaan penat dan dipenuhi berbagai macam pikiran, ia terlelap?

Kim Sae Ron menyerngit pada sosok lelaki yang dikenalinya sedang berdiri tegap di depan meja. "Dimana mobilku? Kenapa baru datang?!"

Tak!

Lelaki itu mencampak kunci mobil ke atas meja kaca hingga benturan keras antara logam dan beling tak terhindarkan. Lalu berkacak pinggang, "Nona, saya tidak bekerja untukmu tapi pada perusahaan. Berhentilah menyuruh dan bereskan masalahmu."

"Ap—"

"Permisi!" telak lelaki itu berbalik tanpa menunggu balasan Kim Sae Ron. Ia tau wanita itu akan menyalang marah. Maka dari itu, dia bergegas pergi dan mengabari manajer Kim Sae Ron untuk menginformasikan lokasi terbarunya.

Pagi tadi, setelah Kim Sae Ron berkali-kali menghubunginya, ia merasa tidak akan bisa beristirahat jika panggilan itu tidak kunjung diangkat.

Sementara Kim Sae Ron mengatupkan mulutnya setelah mendengar ucapan lawan bicaranya barusan. Nafasnya memburu kebal. Letupan emosinya seperti mendidih dalam suhuh paling panas. Seakan amarah telah menjadi sebuah rutinitas harian.

Married with my idolWhere stories live. Discover now