EPILOG

3.5K 270 15
                                    

Pernikahan itu bagaikan perjanjian hati. Perjanjian hati untuk saling mengerti, saling memaafkan dan saling menjaga cinta satu sama lain

.

.

.

Pagi hari yang mendung, hujan rintik-rintik turun di luar sana, membuat suasana pagi gelap dan temaram. Jeno menarik selimutnya sampai ke pundak, merasa lelah dan mengantuk luar biasa.

Lalu dia merasakan lengan melingkari pinggangnya, lengan yang kuat, memeluknya dengan posesif.

Jeno mengerutkan kening, membuka matanya pelan dan menunduk melihat lengan itu, kesadarannya kembali... Itu lengan Jaehyun, suaminya.

Suaminya. Pipi Jeno memerah dan dadanya dipenuhi oleh perasaan hangat. Jaehyun benar-benar telah menjadi suaminya yang sesungguhnya, semalam. Ingatannya melayang kepada malam sebelumnya dimana Jaehyun berlaku sangat lembut kepadanya, menyentuhnya dengan hati-hati dan penuh penghormatan, lalu Jaehyun memberinya pengalaman luar biasa dan membuat mereka benar-benar menjadi suami isteri.

Lengan Jaehyun yang memeluknya bergerak, lelaki itu rupanya terbangun dan langsung mengecup pipi Jeno dari belakang dengan lembut.

"Selamat pagi." bisiknya serak di telinga Jeno.

Jeno menolehkan kepalanya dan tersenyum malu-malu kepada Jaehyun, "Selamat pagi juga."

Jaehyun melirik ke arah hujan yang mulai turun dengan deras di luar, "Hari ini hari minggu dan diawali dengan hujan yang turun deras." lelaki itu mengedipkan matanya, "Sepertinya kita akan berada di atas ranjang seharian."

Jeno sempat tertawa geli ketika Jaehyun menariknya setengah menggoda ke dalam pelukannya dan menciuminya.

Dan memang benar, mereka baru turun dari ranjang lama sekali sesudahnya.

…..

Ketika Jeno dan Jaehyun turun untuk makan siang dan melewatkan sarapan, mereka bertemu dengan Chenle dan Jisung yang sedang duduk di ruang makan, menikmati makan siang mereka. Jisung memang sengaja datang untuk menjemput Chenle ke sebuah acara kampus di hari minggu.

Chenle mengangkat alisnya melihat pasangan itu dan tersenyum menggoda.

"Aku pikir kalian tidak akan bangun seharian." gumamnya penuh arti, membuat pipi Jeno merah padam karena malu.

Jaehyun hanya terkekeh menanggapinya dan merangkul pinggang Jeno erat-erat, "Kau tidak boleh protes, kami kan masih bisa disebut pengantin baru."

"Jaehyuun!" Jeno berbisik pelan sambil menyikut pinggang suaminya pelan, membuat Jaehyun tergelak dan Chenle serta Jisung ikut tertawa.

Masih tersenyum Jaehyun menarikkan kursi makan untuk Jeno dan duduk di sebelahnya. Mereka lalu makan bersama.

"Ibu di rumah sendirian?" Jeno melirik ke arah Jisung, memikirkan ibunya dan tiba-tiba ingin tersenyum, ibunya akan sangat bahagia dengan perkembangan ini, bahwa Jeno dan Jaehyun benar-benar berbahagia dalam arti yang sesungguhnya.

"Ibu ada acara dengan ibu-ibu sekitar rumah, tadi aku sudah mengajaknya ke sini tetapi dia tidak bisa karena sudah berjanji akan datang ke acara itu."

"Oh." Jeno menganggukkan kepalanya dan memusatkan perhatiannya kembali kepada makanannya.

"Kami akan berbulan madu ke Paris." gumam Jaehyun memecah keheningan.

Chenle yang menanggapi pertama dengan senyum lebarnya, "Akhirnya kalian berbulan madu juga." desahnya.

"Kapan hyung?" tanyanya bersemangat.

Jeno menggelengkan kepalanya, dia sendiri tidak tahu rencana ini, dia memang mendengar Jaehyun sempat mengatakannya kemarin, tetapi dipikirnya waktu itu Jaehyun masih akan melakukannya beberapa bulan lagi.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang