10

2.5K 233 14
                                    

Ketika kau mencintaiku, aku akan selalu ada di hatimu. Pun ketika kau membenciku, aku akan selalu ada di pikiranmu. Pada akhirnya, aku akan selalu ada

.

.

Jeno menatap kepergian Rose dengan langkah anggun dan dramatis itu, lalu menghela napas panjang. Di sisi lain Jaehyun malahan mengamati Jeno, lalu terkekeh geli, membuat Jeno melemparkan pandangan membunuh kepada lelaki itu.

"Kenapa kau tertawa?"

Jaehyun bahkan makin tergelak, "Kau. Kau membuatku tertawa. Caramu menjawab pertanyaan Rose tadi membuatku sedikit bangga. Ternyata isteriku rela mempertahankanku dari rayuan perempuan lain."

"Jangan salah paham. Aku cuma tidak suka sikapnya yang merayumu terang-terangan, padahal ada aku di sebelahmu." Jeno melirik ke arah Chenle dan Jisung yang juga tersenyum-senyum mendengar percakapan mereka. Sialan Jaehyun! Pasti sekarang Chenle dan Jisung mengira dia cemberut dan marah-marah karena cemburu.

Jaehyun mengikuti arah mata Jeno, menyadari bahwa Chenle dan Jisung mendengarkan percakapan mereka. Dia lalu mengedipkan mata ke arah Jeno, mengirimkan isyarat bahwa percakapan ini belum selesai, kemudian melangkah menuju mobil.

.....

Pantai itu indah sekali, terletak di bagian selatan pulau, dengan resort yang dihiasi oleh cottage-cottage yang indah dan artistic dengan hamparan pasir putihnya yang begitu indah.

Langit tampak cerah, biru dihiasi awan putih berbagai bentuk, seakan-akan menyambut mereka dengan keindahan pemandangannya.

Jeno berdiri tanpa alas kaki, menginjak pasir putih itu dan memejamkan mata, merasakan hembusan angin laut yang hangat yang menerpa pipinya, rasanya hangat dan mendamaikan, apalagi dengan alunan deburan ombak yang begitu menenangkan.

"Senang?" suara Jaehyun yang dekat di sampingnya membuat Jeni hampir terlonjak kaget. Dia menoleh dan melihat Jaehyun berdiri di sampingnya. Lelaki itu berpenampilan santai, dengan t-shirt putih dan celana pendek warna khaki dan kaki telanjang, sangat berbeda dari penampilan sehari-harinya yang resmi.

Jeno berpikir untuk membantah perkataan Jaehyun, tetapi dia akan tampak tidak tahu terima kasih kalau melakukannya, setidaknya biarpun menjengkelkan, Jaehyun sudah mengajaknya bersama Jisung dan Chenle untuk menghabiskan akhir pekan menyenangkan dan merayakan ulang tahunnya.

"Senang." Jeno mencoba tersenyum, mengajak berdamai, "Terima kasih sudah mengajak kemari."

Jaehyun membalas senyuman Jeno dengan senyuman tipis, lalu menatap ke arah laut, hembusan angin laut membuat rambutnya berantakan tertiup angin dan menerpa dahinya, mengubah penampilan kerasnya menjadi lebih santai.

"Dulu kami sering berlibur kesini, sekeluarga. Aku, mama, papa dan Chenle, waktu umur kami masih kecil." pandangan Jaehyun menerawang, mengenang, "Kemudian tahun berganti dan papa menjadi semakin sibuk, mama semakin lemah... Kadangkala disaat aku lelah, aku melarikan diri kesini."

Jeno mengernyit. Pasti Jaehyun membawa kekasih-kekasihnya kemari untuk menghabiskan malamnya, pikirnya dengan sinis.

Tanpa diduga Jaehyun menatapnya dan bisa membaca apa yang ada di dalam benaknya, lelaki itu terkekeh.

"Hentikan semua pikiran buruk yang ada di dalam kepalamu itu," gumamnya dalam tawa, "Sendirian. Aku selalu kemari sendirian. Resort pribadi ini, cottage ini, sisi pantai yang ini, semuanya khusus hanya untuk keluarga."

Jeno mengernyit lagi, "Dan apakah kau pikir aku keluargamu?"

Tatapan Jaehyun setelahnya begitu dalam dan misterius, tidak terbaca, "Kau isteriku."

.....

"Malam ini kita akan makan di restoran pinggir pantai." Chenle duduk di ranjang Jeno dan tampak bersemangat, " Jaehyun Hyung memesan kue tart dari dapur resort khusus untukmu." Chenle mengedipkan matanya menggoda, "Dia tidak pernah seperhatian itu kepada siapapun."

Pipi Jeno memerah, entah kenapa. Padahal dia tahu pasti, Jaehyun melakukannya karena ada Chenle dan Jisung di sini. Semua ini hanya sandiwara... Tetapi kalau memang hanya sandiwara, kenapa jantungnya berdegup tak karuan saat ini?

Mereka menginap di resort mewah di pinggir pantai, dengan cottage indah dengan tiga kamar, ruang keluarga, dan dapur yang penuh dengan peralatan modern, dimana salah satu fasilitasnya menghadap ke arah pantai pribadi yang bisa di datangi langsung dari pintu belakang cottage mereka. Jeno tentu saja harus sekamar dengan Jaehyun, sedangkan Chenle dan Jisung menempati kamar sendiri-sendiri.

Malam ini mereka akan makan malam di restoran tepi pantai yang terkenal dengan masakan kepitingnya. Chenle sedang menunggui Jeno berganti pakaian sambil bercerita tentang berbagai hal, dan Jeno mendengarkannya sambil tersenyum. Tersenyum dan bersyukur, karena Jeno sepertinya telah berhasil melalui kesedihannya dengan ketegaran jiwanya.

"Aku sudah siap, ayo kita keluar, mereka pasti telah mengunggu kita dengan jengkel," gumam Jeno sambil mengajak Chenle melangkah keluar kamar.

Jaehyun duduk di sana sedang bercakap-cakap dengan Jisung, ketika Jeno dan Chenle keluar, dia mengangkat alisnya dan tersenyum.6

"Sudah siap?"

Jeno mengangguk dan Jaehyun langsung berdiri, menghelanya ke pintu. Mereka berjalan menyusuri pinggiran pantai, diikuti Chenle dan Jisung di belakangnya.

Restoran pinggir pantai itu benar-benar berada di pinggir pantai, tempat makannya ada di paviliun-paviliun kecil dari kayu dan beratapkan rumbia, dengan lilin-lilin yang ditata secara eksotis di sekelilingnya. Makanannya luar biasa nikmatnya, berbagai macam hidangan laut dan minuman kelapa yang menyegarkan. Mereka tertawa, mereka bercakap-cakap dalam suasana yang begitu santai, hingga Jeno hampir melupakan suasana permusuhan yang dibangunnya bersama Jaehyun.

Jaehyun banyak tertawa malam ini, lelaki itu mengedipkan mata ketika seluruh hidangan dan piring kotor, serta meja mereka dibersihkan.

"Saatnya untuk yang paling istimewa."

Sedetik setelah Jaehyun berkata-kata, seolah sudah diprogram sebelumnya, seorang pelayan datang membawakan kue ulang tahun berwarna putih dengan lilin-lilin cantik di atasnya,

Pelayan itu meletakkan kue itu di meja, di depan Jeno, dan Jeno ternganga menatap kue yang berlumuran cokelat mengkilat, tampak sangat menggiurkan. Dia melemparkan pandangan kepada Jaehyun yang tersenyum manis sambil mengedipkan mata kepadanya, tahu bahwa lelaki itu menyadari kesukaannya kepada Jaehyun memperhatikannya...

"Saatnya mengucapkan pengharapanmu," gumam Chenle sambil bertepuk tangan bersemangat, mengalihkan Jeno dari tatapannya kepada Jaehyun. Jeno memejamkan matanya, lalu mengucapkan doa singkat, bahwa dia ingin semua orang yang dicintainya berbahagia.

"Tiup lilinnya," gumam Jisung pelan.

Jeno meniup lilin itu dan semua bertepuk tangan gembira. Suasana begitu membahagiakan, membuat Jeno menoleh ke arah Jaehyun dan tersenyum tulus.

"Terima kasih Jaehyun."

Tanpa diduga, lelaki itu mendekatkan tubuhnya, lalu mengecup dahi Jeno lembut.

"Sama-sama, sayang."

Chenle dan Jisung tersenyum melihat keromantisan tulus yang ditampilkan Jeno. Tetapi Jeno duduk disana dengan jantung berdegup kencang, mencoba meyakinkan hatinya bahwa semua ini hanyalah sandiwara sempurna yang diperankan olehnya dan Jaehyun.

.

.

.

.

T. B. C

Perjanjian HatiWhere stories live. Discover now