11

2.4K 234 7
                                    

.....

Malam itu ketika Jeno membaringkan tubuhnya di ranjang, dia merasa gugup. Rasanya aneh, padahal selama ini dia biasa saja jika tidur di ranjang ini, menantikan Jaehyun menyusulnya ketika hampir tengah malam setelah membereskan pekerjaannya, dan tidur di sebelahnya.

Malam ini terasa berbeda, entah kenapa. Mungkin karena suasana kamar yang temaram dan romantis dengan nuansa kuning kecoklatan dan debur ombak di kejauhan. Mungkin pula karena nuansa yang dibangun dari pagi tadi sampai sekarang, semua terasa berbeda. Dan jantung Jeno berdesir pelan ketika pintu kamar mandi terbuka, dan Jaehyun keluar, dengan rambut basah sehabis mandi.

"Sudah mau tidur?" lelaki itu berdiri di tengah ruangan, menatap Jeno dengan pandangan yang terasa misterius karena tertutup bayang-bayang kamar yang remang-remang.

Jeno menatap Jaehyun dan tersenyum gugup, "Iya, aku lelah seharian ini."

Jaehyun melangkah dan duduk di atas ranjang, mematikan lampu tidur hingga membuat suasana kamar gelap, hanya cahaya bulan yang menyusup dari balik jendela kaca yang tertutup gorden putih yang menyinari kamar, lalu Jaehyun naik dan berbaring di sebelah Jeno.

"Besok pagi kita melihat matahari terbit, kau pasti terpesona, indah sekali. Lalu kita bisa berenang di laut."

"Kedengarannya menyenangkan." suara Jeno tercekat, kenapa pula mereka melakukan pembicaraan basa-basi begini?

Lalu hening, Jeno pura-pura tertidur, membalikkan tubuhnya membelakangi Jaehyun. Lama dia dalam posisi itu dan dia tidak bisa tidur, tubuhnya terasa pegal, dan pelan dia mengubah posisi tubuhnya, supaya tidak membangunkan Jaehyun yang diyakininya sudah tidur karena dia tidak mendengar suara apapun dari laki-laki itu.

"Tidak bisa tidur?" suara Jaehyun mendadak terdengar, menembus keheningan dan membuat Jeno terlonjak karena kaget. Dia membalikkan badannya dan mendapati Jaehyun berbaring terlentang berbantalkan lengannya.

"Kupikir kau sudah tidur," bisik Jeno lirih.

Jaehyun menatap Jeno, lalu tersenyum, "Tidak, aku juga tidak bisa tidur," suaranya berubah parau.

"Kenapa?"

"Kau tahu kenapa." nafas Jaehyun terdengar berat, "Aku tidak bisa tidur setiap malam sejak aku menikah denganmu."

"Karena kau tidur seranjang denganku?" Suara Jeno berubah cemas, apakah dia mendengkur dengan keras sehingga mengganggu istirahat Jaehyun, ataukah gaya tidurnya berantakan, seperti kemarin, menempel-nempel Jaehyun atau mungkin menendangnya dalam tidurnya?

"Ya. Karena aku tidur seranjang denganmu." Jaehyun terkekeh, "Tidur seranjang denganmu dan tidak bisa menyentuhmu." gumaman Jaehyun itu, biarpun pelan membuat Jeno langsung beringsut ke ujung ranjang dengan waspada.

"Apa maksudmu?"

"Apakah aku harus menjelaskan maksudku dengan gamblang seperti menjelaskan kepada anak kecil?" lelaki itu memiringkan kepala, menatap sinis ke arah Jeno yang menjauh ke ujung ranjang, "Kau tahu pasti apa yang dirasakan lelaki dewasa ketika harus melewatkan malam demi malam dengan istri di ranjangnya, tanpa bisa berbuat apa-apa."

"Memangnya kau mau berbuat apa?" kali ini suara Jeno benar-benar cemas.

Jaehyun terkekeh lagi, terdengar meremehkan. "Tenang Jeno, tak perlu melonjak dan lari dari ranjang ini, sesuai janjiku kepadamu, aku tidak akan menyentuhmu." Suara sensualnya kembali memenuhi ruangan, "Kecuali kalau kau mau kusentuh."

"Aku tidak mau disentuh olehmu," jerit Jeno spontan. Sedetik kemudian Jeno menyadari bahwa dia salah bicara, karena gerakan tubuh Jaehyun tampak tegang, lelaki itu tersinggung.

Perjanjian HatiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt