Keputusan

890 49 4
                                    

Haii, terimakasih banyak sudah mau berkunjung dan berkenan membaca cerita ini. Salam sayang untuk kalian semua <3

⚠️⚠️

The stories contain a lot of harsh words, family issues and mental health issues.

Happy Reading <3

***

Bagi Nayasa, sepertinya impian keluarga yang harmonis dan utuh itu sudah pupus. Tidak ada lagi Abangnya yang selalu menyayangi dirinya, dan Papa nya yang masih bersikap sama, menyakiti perasaan dirinya.

Rumahnya sudah hancur, oleh satu kesalahan yang bahkan Nayasa pun tidak tahu apa kesalahan itu. Dirinya dihancurkan oleh kesalahan yang tidak ia lakukan.

"Adik..?" Nayasa berusaha mendongakkan kepalanya yang sudah terasa pening, ia lihat laki-laki dihadapannya yang selalu memanggilnya dengan begitu lembut.

Mahen tersenyum, ia menarik Nayasa untuk di rengkuh dalam pelukannya.

"Adik mau liat Ibun ya?" tanya Mahen, yang posisinya masih merengkuh tubuh kecil sang Adik.

"Ab..ang maaf.."

"Heem? Kenapa Adik minta maaf?"

Bukannya menjawab, tangis Nayasa malah semakin pecah. Mahen dengan gerakan sayang mengelus halus punggung sang Adik.

"Udah dong Adiknya Abang jangan nangis gini, ayo kita lihat Ibun. Ibun katanya pengen ketemu anak manis nya."

Mahen melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah sang Adik. Tangannya dengan telaten membersihkan air mata yang membasahi wajah Nayasa.

Tangan Nayasa digandeng, Mahen memberikan arahan untuk Nayasa agar mengikuti langkahnya bertemu Ibun.

Saat di depan ruangan, langkah Nayasa dipaksa terhenti, membuat tubuh Mahen juga ikut terhenti sementara.

Mahen melihat ke arah sang Adik, mengapa ia memberhentikan langkah nya? Nayasa menatap lekat ke arah Mahen, seolah memberikan isyarat bahwa dirinya gelisah untuk bertemu Ibun.

Melihat itu, Mahen terkekeh dan tersenyum. Ia menggelengkan kepala, seolah berkata semua akan baik-baik saja di dalam sana.

Mereka berdua kembali melangkahkan kakinya, kini keduanya tiba di hadapan wanita yang sudah membuka matanya namun masih terlihat begitu pucat.

"Ibun lihat, Abang bawa siapa? Ayo tebak.." ujar Mahen.

Wanita yang kerap dipanggil Ibun itupun hanya bisa memandang lurus pada Nayasa, tersenyum secara perlahan.

"Yap Ibun benar, ini Adik nya Mahen. Anak nya Ibun, namanya Nayasa."

Masih belum ada jawaban dari wanita tengah baya itu, hanya senyuman yang tidak pernah pudar yang dapat dilihat Nayasa.

"Na..na.."

Mendengar itu Mahen mengangguk, "Iya Ibun, ini Nana. Anak nya Ibun."

Tangan wanita itu berusaha meraih Nayasa, dengan cepat Mahen mendekatkan posisi Nayasa dengan Ibun.

Mahen meraih tangan Ibun, membawa nya untuk menyentuh wajah sang Anak. Nayasa yang dapat merasakan sentuhan lembut itu memejamkan matanya.

Sampai tak terasa air matanya mengalir begitu saja. 'Jadi ini rasanya sentuhan seorang Ibu?'

"Ibun.." Nayasa meraih tangan sang Ibun, menggenggam nya erat. Mata nya tak beralih dari wajah wanita yang telah melahirkannya.

"Ibun, ini Nayasa. Ibun terimakasih, terimakasih sudah kembali.."

Semestanya Abang  [TAMAT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora