Takut?

Takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut Takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut Takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut Takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut takut.

Bagaimana ia tidak histeris mendengarnya? Ucapan kata yang diulang-ulang disertai dengan gelak tawa keluar dari dalam kepalanya, seolah semua orang di dekatnyalah yang mengatakan semua itu dan tertawa puas kepadanya. Termasuk kedua perawat di sampingnya yang enggan melepaskan dirinya dari cengkraman mereka.

Dadanya sesak, napasnya berat dan sekujur tubuhnya bergetar.

Elena menangis, ia merintihketakutan dan dibawa masuk lebih cepat ke dalam ruangannya untuk mencegah agar Elena tidak melukai pasien lain.

Elena, kamu mau menyingkirkan aku?
Kenapa?
Aku ini bagian dari kamu, kan?
Kamu adalah aku, aku adalah kamu.

Elena berhasil menatap wajah angkuh itu, dengan tegas ia berkata, "Aku adalah aku. Kamu bukan siapa-siapa."

Sarah memainkan helaian rambut Elena dan tertawa.
Kamu pembunuh.

"Bukan aku. Tapi kamu."

Baiklah, aku pembunuh. Tapi, kamu juga. Lebih tepatnya, kita berdua pembunuh Samuel dan kedua orang tuamu! Kamu dan aku membunuh mereka!

Elena geram, ia bergerak mendorong Sarah ke dinding dan mencekik lehernya. "DIAM, DIAM, DIAM! KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA! KAMU CUMA ORANG LAIN!"

Bukannya takut dan merasakan sakit, Sarah justru tertawa meski terbatuk beberapa kali. Hal itu membuat Elena membulatkan kedua matanya dan semakin erat mencekik leher Sarah.

Kamu benar-benar mau menyingkirkan aku?
Dengan cara seperti ini?
Lalu bagaimana dengan dirimu?
Setelah aku hilang, kamu akan menjadi sepertiku, Pembunuh?

"AKU BERBEDA! AKU TIDAK SEPERTI KAMU!"

ELENA! ELENA! ELENA! CUKUP!

Elena menangis, ini semua tidak cukup setelah apa yang Sarah lakukan.

ELENA! KAMU DENGAR AKU? DIA BUKAN SARAH! DIA PERAWATMU!

Elena melepas cengkramannya dan menoleh ke belakang, ia rupanya masih berada di dalam bangsalnya, namun begitu ia kembali menoleh ke depan ... yang tergeletak di lantai adalah seorang perawat dengan luka bekas cekikan di leher yang membekas. Hal itu membuat Elena memundurkan langkah ketakutan. Sungguh, apa yang sudah ia lakukan?

Jeremy meminta rekan perawat yang lain untuk membantu perawat yang menjadi korban halusinasi Elena dibawa keluar untuk diperiksa. Pemuda itu menghela napas dan menghampiri Elena yang terduduk di pojok ruangan ketakutan sambil menggaruk kulit jarinya.

"Kata Sarah aku pembunuh, kata Sarah meski semuanya dia yang lakuin ... aku juga turut andil. Kami berdua pembunuh." Elena menangis, ia menarik beberapa helai rambutnya kesal.

Jeremy menari kedua tangan gadis itu untuk menyingkir dari rambutnya. "Elena, kamu harus lebih kuat. Kamu paling tau Sarah yang ada dalam diri kamu, kan? Kalau kamu jadi lebih kuat, kamu bisa ngalahin dia."

"Tadi aku mau bunuh Sarah, tapi ... aku malah nyakitin perawatku. Kata Sarah, meski nanti dia hilang ... aku bakal jadi kayak dia."

Jeremy menggeleng, ia mengusap puncak kepala gadis itu. "Kamu tetaplah kamu, Elena. Kamu tidak perlu percaya kalimat yang dilontarkan sosok tak nyata itu. Kamu paling tahu bagaimana sifat Sarah, kan? Sarah tidak nyata."

Jeremy mengambil kedua tangan Elena untuk kemudian ia dekap juga dengan kedua tangannya. Pemuda itu tersenyum yang mana membuat Elena ikut tersenyum.

"Makasih, Dokter. Aku tau dan sadar punya pasien kayak aku pasti nyusahin banget."

Jeremy mengangguk. "Selama dua tahun itu kamu total tidak sadarkan diri, yang mengendalikan tubuh kamu itu Sarah. Sarah mengambil alih tubuh kamu di saat kamu sedang dalam kondisi yang lemah. Jadi, waktu kamu akhirnya menyahut saat saya panggil nama asli kamu ... saya sangat senang. Perjuangan saya selama dua tahun ... akhirnya tidak sia-sia."

"Apa aku bisa sembuh?"

Jeremy berpikir keras sebelum menjawab karena sesungguhnya belum ada penawar apa pun di dunia ini untuk kondisi ini. Ia lantas menjawab, "Kamu harus yakin, dirimu itu milikmu. Persentase kemungkinan Sarah muncul kembali akan menurun kalau kamu percaya sama diri kamu."

Elena tersenyum dan berdiri diikuti Jeremy. "Oke! Makasih, Dokter."

Elena hanya harus menjalaninya, kan?


-

[ Seneng banget bisa nulis ini, semoga kalian terkesan! Terima kasih sudah membaca! ]


[ Aku akan berusaha menulis cerita yang lebih bagus lagi, oh iya kalian bisa liat work aku yang lain di profil aku, ya! ]

if the world is cryingWhere stories live. Discover now