Sakit, Ibun.

1K 55 0
                                    

Haii, terimakasih banyak sudah mau berkunjung dan berkenan membaca cerita ini. Salam sayang untuk kalian semua <3

 Salam sayang untuk kalian semua <3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚠️⚠️

The stories contain a lot of harsh words, family issues and mental health issues.

***

Kakak beradik yang baru di pertemukan semesta ini kini hanya mampu diam satu sama lain di ruang tunggu Rumah Sakit, pikiran mereka melanglang buana memikirkan apa yang baru saja terjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kakak beradik yang baru di pertemukan semesta ini kini hanya mampu diam satu sama lain di ruang tunggu Rumah Sakit, pikiran mereka melanglang buana memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Bagi Mahen, sama sekali tidak ada yang harus dipikirkan. Ia sangat senang, menerima rasa sayang yang akan Nayasa tumpahkan pada dirinya. Ia sama sekali tidak keberatan, justru rasa senang kini mendominasi hatinya.

Namun berbeda bagi Nayasa, ia mengherdik dirinya sendiri. Apa yang tadi ia ucapkan pada Abang nya? Kenapa dirinya harus melakukan itu?

Perasaan bersalah tertanam dalam hatinya, ia harap waktu dapat diulang kembali. Nayasa akan menarik semua ucapan yang ia lontarkan pada Skala.

Namun tidak ada yang mampu merubah itu semua, selain kata penyesalan.

Posisi semula Nayasa duduk tak jauh di samping Mahendra, kemudian dirinya bangkit.

"Mau kemana?" tanya Mahendra. Nayasa menatap Mahendra, masih dengan diam nya.

"Mau kemana, Adik?" tanyanya lagi.

"Nayasa mau pulang.."

"Nayasa mau pulang ke rumah Papa, Abang.." ulangnya.

Mahen bangkit, mendekat ke arah Nayasa. mencoba menyeimbangkan posisi nya dengan sang Adik.

"Adik ngga mau disini sama Abang sama Ibun? Adik ngga capek pulang ke tempat itu? Adik jangan pergi, disini aja ya sama Abang, kita jagain Ibun sama-sama."

Nayasa menggeleng, "Nayasa mau ketemu Abang.."

Mahen menangkup pipi Nayasa, membuat fokus Nayasa kini hanya pada Mahendra.

"Orang yang ada di hadapan kamu ini kan Abang kamu juga, Na."

"Mau..Mau Abang Skala.." air mata Nayasa membasahi tangan Mahendra yang masih setia menangkup pipi sang Adik.

Semestanya Abang  [TAMAT]Where stories live. Discover now