Malioboro

3 1 0
                                    


Indahnya persimpangan Malioboro disaksikan oleh kedua remaja yang sudah saling bertemu, saling melempar senyum ke satu sama lain ketika melihat eksistensi satu sama lain.

Dinginnya malam yang menyelimuti kota Yogyakarta mampu menusuk kulit kedua remaja tersebut, masih saling melempar pandang dengan tatapan yang begitu banyak mengekspresikan kalimat.

Namun yang jelas tersirat dari tatapan itu adalah: kebahagiaan dan kerinduan yang mendalam.

Dilangkahkannya kedua kaki Asha, mendekati sang pemuda yang masih tetap di tempatnya semula. Memeluk pemuda tersebut setelah sampai di-hadapan nya.

"Halo Arkan, lama tak berjumpa. Rindu, rindu sekali. Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya si kecil

"Aku lebih merindukanmu, aku baik. Bagaimana dengan kesayangan ku yang sedang berulang tahun ini?" Tanya balik Arkan sambil mengelus rambut sang kekasih

"Aku baik, lebih baik setelah melihat mu. Mau kemana kita hari ini? Apakah kamu akan membawaku ketempat yang indah?" Asha menatap rentina Arkan dengan tatapan bertanya.

"Mungkin kita bisa mulai dengan mengunjungi pasar malam disini, banyak makanan yang mungkin kamu menyukainya. Gadisku ini suka makan bukan??" Arkan terkekeh gemas setelah menerima delikan sinis dari gadis yang memeluknya itu, menggandeng tangan nya lalu berjalan berbarengan menuju pasar malam yang tak jauh dari tempat mereka bertemu.

Mereka berjalan-jalan mengelilingi pasar malam itu dengan senyuman di bibir masing-masing, membeli makanan yang ingin mereka cobai. Mulai dari gurita bakar, ayam dengan bumbu khas Korea, cumi bakar, pancake fluffy, rambut nenek, dan gulali yang besar hingga mampu menutupi kepala kecil Asha.

Momen itu mereka lewati dengan penuh kebahagiaan, hingga tak terasa waktu sudah mulai semakin malam.

Tibalah mereka di penghujung pasar malam tersebut, mendudukan diri mereka disalah satu batu yang memang dikhususkan untuk berduduk santai setelah mengelilingi pasar malam itu.

Terdengar helaan nafas lelah Asha, "hah ~, mau kemana lagi habis ini Kan?" Tanyanya pada Arkan yang entah kenapa selalu menatap wajahnya sedari tadi. "Kamu mau kemana?? Udah puas jajannya pasti, kita mau ke taman deket sini Sa? sudah lumayan malam, mungkin itu yang cocok untuk menghabiskan sisa waktu kita" Balas Arkan

Entah perasaan Asha saja atau tidak, kata menghabiskan sisa waktu terasa ambigu ditelinga-nya. Namun ia mengaggap itu angin lalu saja, sebab ia memang kerap kali berfikir berlebihan.

"Ayo, pas juga. Disana pasti dingin, aku ingin melihat danau, hiasannya disana juga bagus. Cocok untuk menenangkan pikiran" Asha yang setuju dengan usulan Arkan pun mengiyakan, mengikuti Arkan yang memimpin jalan menuju taman yang berlokasi dekat dengan pasar malam tersebut.

Tibalah mereka di Taman tersebut, mendudukan diri disalah satu bangku panjang yang sanggup untuk memuat 2 orang.

Hening, selama beberapa menit hening melanda mereka satu sama lain. Hanya menikmati dinginnya angin malam yang menerpa tubuh mereka, hingga sang lelaki menyodorkan sebuah undangan berbentuk kotak kehadapan si gadis.

"ini apa Arkan?" Tanya Asha yang kebingungan menerima undangan tersebut, lalu menatap kearah Arkan tanpa melihat terlebih dahulu undangan tersebut.

"Aku mengucapkan selamat ulang tahun untukmu sekali lagi, selamat menambah umur. Terimakasih sudah menemani ku, tak terasa memang. Banyak sekali kejadian dan hal yang tak terduga yang pernah kita alami bersama" Arkan menghela nafas yang memburu dari rongga hidungnya, lalu beralih menatap Asha tepat direntina-nya.

"Aku akan menikah, orang tuaku yang memilihkan nya untukku. Maaf harus mengasih tau kabar ini di-hari ulang tahunmu" lanjutnya yang sudah tidak lagi menatap rentina hitam punya Asha, tak sanggup.

Untuk beberapa menit selanjutnya Asha maupun Arkan tak ada yang melempar kata lagi, hening menerpa keduanya.

Arkan yang menunggu tanggapan Asha, dan Asha yang masih asik menikmati dalamnya luka. Mata bulat nan indah Asha sudah memerah sebab ia menahan air matanya, "selamat" Hanya sepatah kata itu yang mampu diucapkan oleh Asha setelah berdiam lama sedari tadi.

Asha menghapus air matanya yang masih menggenang di pelupuk matanya, "ku harap kamu bahagia dengan pilihan orang tuamu, nanti aku pastikan akan datang" Ucapnya sambil mengulas senyum tipis dari belah bibirnya.

"Sudah sangat malam, aku izin terlebih dahulu untuk pulang ya Kan? Terimakasih untuk kebahagiaan nya hari ini" Lanjutnya lalu bergegas berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju stasiun kereta yang akan membawanya pulang serta lukanya.

Tak ada sahutan dari Arkan, pemuda itu masih berdiam diri ditempatnya. Tanpa ada niat untuk memanggil Asha, membiarkan Asha untuk mengikhlaskan nya.

Malioboro: luka kita berdua.

Malioboro: Jalan ku dan kamu.Where stories live. Discover now