2 - DIA

1.7K 47 9
                                    

Sabtu sore, berdiri di depan pintu rumah sangat klasik dengan nuansa tradisional khas rumah adat jawa. Hasita melihat jam tangannya, celingukan melihat sekeliling, rumah ini sangat sepi. Dia mengangkat tangannya kembali, memegang gagang bulat yang menempel di pintu lalu mengayunkannya.

'DOK DOK DOK' ini bunyi ketukan pintu untuk yang kesekian dan sekian kalinya. Pintu itu berderit terbuka perlahan, Hasita heran melihat pintu rumah yang terbuka pelan namun tidak ada orang yang membukanya. Dia melangkahkan kaki memasuki rumah dengan sangat berhati-hati. Tiba-tiba pintu itu terbanting sangat keras, Hasita menoleh dengan sangat terkejut, seketika matanya membelalak dan seakan tidak percaya apa yang dilihatnya, dari balik pintu itu menampakkan sesosok wanita memakai piama putih, rambutnya tergerai panjang, wajahnya putih pucat.

Hasita membuka mulutnya lebar-lebar, sosok wanita itu menghampiri Hasita yang berjarak satu meter darinya dan  dengan cepat membekap mulutnya. Ditatapnya pupil mata Hasita yang mulai melebar kembali lalu wanita itu melapaskan bekapan tangannnya.

"Leganya... aku pikir jantungku akan copot."

"Kau pikir aku kuntilanak? Keseringan nonton film horor sih."

"Kau, kenapa siang-siang begini dandan ala kuntilanak?"

"Aku habis tidur siang Hasita, rambutku aku gerai biar kulit kepalaku bisa bernafas, terus ini pakai masker bengkoang alami buatan nenekku biar kulit wajahku cantik bersih bersinar."

"Sabun cuci piring kali bersih bersinar..."

"Ih, jutek amat sih!"

"Karen, kau tau..."

"Aku sudah nunggu lama di depan pintu rumah tapi kau lama sekali bukanya. Ya, ya, ya... kurang lebih kau pasti akan mengomel seperti itu."

"Nah, itu tahu."

"Sini-sini duduk dulu!"

Karen mendorong Hasita ke meja makan, membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol jus mangga lalu menuangkan ke dalam gelas yang ada di hadapan Hasita, kemudian mengambil sebuah piring berisi...

"Wah, kentang goreng!" Senyum Hasita merekah lebar bak bunga sepatu di pekarangan rumah Karen.

"Kentang goreng ini yang buat aku lama buka pintu, kalau aku tinggal nanti khawatirnya gosong."

"Oh, kau tadi sedang goreng kentang? Tahu sekali sih kesukaanku."

"Iya dong, Karen baik hati kan? Ya sudah, aku mau bersihkan masker dan ganti baju dulu."

Tidak lama kemudian Karen kembali ke ruang makan, mengeluarkan sepiring kentang goreng lainnya yang disimpan untuknya sendiri lalu mengambil duduk di sebelah Hasita sementara Hasita terlihat sangat menikmati kentang goreng dan jus manga buatan Karen. Tangan kanannya mengambil potongan kentang goreng, pandangnnya tidak sengaja jatuh pada jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, sampai akhirnya dia teringat akan tujuannya.

"Ya ampun, sudah jam 3 lewat 5 menit. Karen, ayo cepat."

"Ke mana?"

"Ke perpustakaan biasanya, kan tugas kelompok kita belum selesai."

"Ini kan sudah jam 3, nanggung ah. Jam 4 sore kan sudah tutup,  ini weekend Hasita."

"Iya aku tahu, makanya ayok."

"Tapi kentang gorengku belum habis."

"Sini aku bantu."

Dengan lahap Hasita memakan ketang goreng milik Karen, seakan tidak rela kentang bagian miliknya disapu bersih oleh Hasita, Karen memakan kentang goreng itu dengan lahap pula.

Akankah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang