03: Red on White

23 8 25
                                    

Chapter ini akan mengambil sudut pandang Lyonore sebagai pencerita.







"Kepangmu lucu, ya? Apakah akan panjang sebelah jika ku tarik yang satu?"

"Ah! Hentikan, Deryl!"

Aku menoleh ketika ku dengar suara Ronnie-ku merintih kesakitan. Ku lihat si setan Deryl itu tengah menarik sebelah kepang rambut Ronnie seraya tertawa puas. Aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan hendak berjalan menghampirinya, untuk setidaknya menarik helai rambut pirang itu hingga botak. Namun beberapa bocah yang ku ingat merupakan kacung si pirang itu mendadak menahanku.

"Kau mau apa?" tanya seorang dari mereka.

Aku tak menghiraukan mereka sama sekali, seolah mereka hanyalah debu-debu kecil yang beterbangan dan mengganggu. Aku melanjutkan langkahku, namun ku rasakan tubuh kecilku mendadak jatuh tersungkur setelah mendapat tendangan keras di belakang punggung.

Mereka tertawa, aku mendengarnya. Seolah ingin ku sumpal mulut mereka satu-persatu dengan isi perut mereka sendiri. Tidakkah mereka tahu bahwa saat ini mereka nampak seperti Gil di mataku?

"Lyon!" Aku mendengar suara Ronnie-ku kembali. Ku lihat ia mencoba menghampiriku yang masih tersungkur, namun tak jadi sebab kepangnya ditarik lagi oleh Deryl.

Apa yang terjadi? Mengapa anak-anak ini mendadak memilih untuk berbalik menyerangnya? Bukankah kemarin mereka baru saja membuat-buat skenario murahan tentang Deryl dan Ronnie? Bahwa mereka akan menjadi pasangan serasi saat mereka tumbuh besar nanti? Yang tentu saja terdengar seperti omong kosong bagiku sebab Ronnie hanya akan bersamaku.

"Hei, aku sudah bilang untuk berhenti, kan?" tegur Ronnie-ku pada si setan pirang itu. Ia terlihat kesal. Oh, Ronnie. Berani sekali si pirang itu membuat dirimu yang sempurna ini kesal. Haruskah aku benar-benar membuatnya botak?

Deryl tertawa remeh. "Lalu kenapa? Apa yang akan kau lakukan? Hm?" Ia menantang dan menarik-narik kepang Ronnie di setiap kalimatnya. Anak itu pasti sungguh ingin mati.

Ronnie tampak geram. Dia melepas pita yang mengikat kepangnya sehingga rambut merahnya tergerai indah. Yang otomatis membuat genggaman Deryl padanya ikut terlepas.

Disaat aku sibuk terpesona oleh sentuhan lembut cahaya yang memantul pada kilauan rambut merah Ronnie, dia malah mendatangiku tanpa pikir panjang dan membantuku berdiri. Ronnie, mengapa kau begitu baik? Bukankah kau malaikat?

"Kau tidak apa-apa?" Dia bertanya dengan raut risau. Sungguh, itu membuatku ingin memeluknya. Tapi aku malu, jadi hanya sebuah anggukan yang ku beri untuk menjawabnya.

"Kalian ini kenapa? Kenapa tiba-tiba mengganggu anak yang diam?" Ronnie memarahi para kacung Deryl. Ku sebut kacung karena mereka selalu berada di sisi setan itu. Jika aku tidak salah, itu karena Deryl kaya dan terkenal, jadi mereka ingin kena cipratannya juga. Mereka mendengarkan semua yang Deryl cakap untuk menjilat si pirang itu. Benar-benar seperti kacung.

"Oh, kenapa Ronette yang super sempurna mendadak berisik begini? Ronnie, tidakkah kau bergaul terlalu banyak dengan bocah aneh ini?" balas seorang dari mereka sembari menendang kakiku, seolah aku sampah yang harus jauh-jauh dari mereka. Aku mungkin akan jatuh lagi jika Ronnie tak menopang bahuku.

"Aku tidak percaya kau lebih memilih bergaul dengan bocah ini daripada menjadi ratu di pesta ulang tahun Deryl. Hei, kau baru saja melepas emas untuk batu sungai!" sahut yang lain.

Oh, perkara ditolak rupanya. Ternyata si pirang itu lebih pengecut dari yang aku pikirkan. Egonya pasti besar sekali sampai langsung mengganggu kami berdua hanya karena maunya ditolak. Tipikal beban.

Deryl menghampiri Ronnie-ku lagi. Digenggamnya tangan Ronnie dengan senyum paling menyebalkan yang pernah ku lihat. "Aku akan menawarkannya padamu sekali lagi. Maukah kau menjadi ratu di pesta ulang tahunku, Ronette?"

Ronnie, My RonnieWhere stories live. Discover now