Merasa keadaan mulai terkendali, Hwa Gi menengok ke luar jendela. Badai salju semakin tebal dan mereka bertiga terpaksa terjebak di dalam gereja. Hwa Gi mulai menyesal kenapa malah mengajak Shin Woo ke tempat ini tak ada yang bisa mereka lakukan untuk bersenang-senang setidaknya seandainya tak ada badai salju mereka bisa jalan-jalan di sekitar Angelic Katedral dan juga ke taman hiburan yang ada di sekitar sini.

Cukup lama suasana diliputi keheningan hingga Hwa Gi membuka suara, "Shin Woo, maaf karena mengajakmu ke sini, aku kira tidak akan ada badai salju sepertinya ini tidak seru sama sekali."

"Ya, ini salahmu gara-gara kau, aku juga ikut terjebak di suasana membosankan ini," sambung Jae Han, tatapan menghaakimi dia arahkan pada Hwa Gi dengan tangan bersidekap di dada.

Bibir Shin Woo mencibir dia berdiri dan berteriak lagi, "Yak, Kau!"

Tapi buru-baru Hwa Gi memotong ucapan Shin Woo dan menutup mulut Shin Woo dengan tangannya. "Diam, jangan berkata kasar, ini gereja." telunjuk Hwa Gi berada di bibirnya sendiri mengisyaratkan untuk diam. "Ssttt …."

Jae Han tercengang lalu juga berteriak,"Shibal! apa yang kalian lakukan?"

"Diam!" tangan Hwa Gi kini juga bersarang di mulut Jae Han.

"Sudah kukatakan jangan berucap tidak sopan di tempat ini!"

Dua orang yang hendak bertengkar itu pun kembali duduk dengan tangan Hwa Gi masing-masing berada di mulut mereka. Setelah semuanya tenang dia melepaskan bekapan di mulut Shin Woo dan juga Jae Han.

***

Badai salju telah berhenti, Hwa Gi dan Shin Woo keluar dari gereja untuk segera berangkat ke tempat panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari gereja. Saat tiba di tempat parkir, Jae Han menahan Hwa Gi.

"Kau masih akan pergi bersamanya?" tanya Jae Han sambil menatap Shin Woo tidak suka.

"Tentu saja, aku pergi bersamanya." jawab Hwa Gi.

"Kemana kalian akan pergi?"

"Kami akan ke panti asuhan di dekat sini," bukan Hwa Gi yang menjawab, melainkan Shin Woo. Jelas saja itu membuat Jae Han kesal.

"Aku tidak bertanya padamu." jawab Jae Han sengit.

"Bisakah kalian berhenti bertengkar? jika kau ingin ikut, kau bisa mengikuti kami," Hwa Gi pun masuk ke dalam mobil Shin Woo setelah mengatakan itu. Sedangkan Jae Han, ia tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti di belakang. Itu lebih baik daripada mengikuti diam-diam seperti penguntit dan berakhir malu seperti tadi.

Hanya membutuhkan waktu singkat untuk mereka sampai di panti asuhan yang dituju. Hwa Gi segera turun dari mobil lalu membuka pintu belakang di mana ia menyimpan beberapa makanan dan cemilan yang sudah ia siapkan. Shin Woo ikut membantu dari pintu sisi lainnya.

Beberapa anak memperhatikan mereka dari halaman panti. Jae Han yang baru sampai memarkirkan motornya di sebelah mobil Shin Woo lalu berjalan ke arah Hwa Gi dan mengambil alih barang bawaannya. Hwa Gi hanya menggelengkan kepala melihat Jae Han yang kini berjalan masuk ke panti mendahuluinya.

Terlihat seorang wanita paruh baya keluar dan menyapa Jae Han.

"Annyeong haseyo," sapa wanita itu sambil membungkukkan badannya.

"Ah ne, annyeong haseyo," jawab Jae Han kikuk. Ini adalah pertama kalinya ia datang ke tempat seperti ini, ia merasa asing dan tak tahu harus bersikap seperti apa.

Wanita itu tersenyum melihat ke arah belakang Jae Han, saat itu ada Hwa Gi yang juga balas tersenyum.

Panti asuhan ini juga menyimpan banyak kenangan untu Hwa Gi. Ketika masih kecil dia sering datang ke sini bersama ibunya dan saat Hwa Gi dewasa pun juga sering datang berkunjung. Di sini Hwa Gi merasa lebih tenang karena mengingat banyak anak yang tidak memiliki orang tua sedari mereka bayi, entah itu karena meninggal atau hanya dititipkan saja, setidaknya Hwa lebih beruntung karena bisa mengenal wajah ibunya.

"Ah sepertinya aku mengenalmu, lama tidak berjumpa Hwa Gi-ya..." Tatapan wanita itu beralih menatap Shin Woo. "Apa kau Go Shin Woo? sudah lama aku tidak melihatmu, kalian ternyata saling mengenal?" tanya pengurus panti pada Hwa Gi dan Shin Woo.

"Ya, kami satu sekolah," jawab Hwa Gi.

"Ah seperti itu. Aku ingat, kalian juga sering datang ke sini bersama ibu kalian. Kalian masih ingat?" tanya ibu ketua panti itu lagi.

Hwa Gi dan Shin Woo hanya tersenyum kikuk. Jelas saja Hwa Gi masih ingat, tapi entah dengan Shin Woo.

"Apa hanya aku orang asing di sini?" gumam Jae Han pelan namun mampu mereka dengar membuat Hwa Gi mencubit paha Jae Han pelan dan membuat mereka semua tertawa.

"Ah sudahlah, lebih baik kalian masuk dan temui anak-anak di dalam."

Mereka semua berjalan masuk ke dalam panti di mana anak-anak sudah duduk rapi. Jae Han dan Shin Woo mereka memperkenalkan diri di hadapan anak-anak. Tapi untuk Hwa Gi beberapa anak langsung datang memeluknya. "Hwa Gi Hyung, kenapa lama tidak ke sini?" ucap salah satu anak perempuan.

"Iya, kami merindukan Hyung," ucap anak lainnya.

Hwa Gi tersenyum lebar, "Maaf, Hyung baru bisa datang sekarang, Hyung akhir-akhir ini sangat sibuk." Hwa Gi mengusap sayang kepala anak yang melingkarkan kedua tangan di pinggang  Hwa Gi.

Terlihat jelas keakraban antara anak-anak dan Hwa Gi.

"Dia benar-benar berhati lembut seperti bidadari," gumam Jae Han dalam hati.

Setelah sesi perkenalan, ibu panti meninggalkan mereka untuk memberikan waktu bermain bersama anak panti. Pertama-tama mereka membagikan cemilan yang sebelumnya sudah mereka bawa. Setelah itu, anak-anak mulai berpencar. Ada yang bermain bola salju di halaman bersama Jae Han lalu ada yang belajar membaca dan menulis bersama Shin Woo. Sedangkan Hwa Gi, ia memutuskan untuk duduk di bangku luar melihat bagaimana anak-anak itu tertawa dan menikmati hari-harinya.

Shin Woo sudah selesai dengan kegiatannya. Ia berpamitan pada anak-anak itu lalu berjalan keluar melalui pintu sisi lain panti. Shin Woo diam berdiri sambil memperhatikan Hwa Gi. Ia memikirkan cerita Hwa Gi tentang pertemuan pertama mereka, yang bahkan Shin Woo benar-benar tidak mengingatnya.

Di sisi lain Hwa Gi yang tengah melihat sekeliling, lalu tatapannya bertemu dengan tatapan Shin Woo yang berada tak jauh darinya. Hwa Gi hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangannya. Ia merasa pipinya memanas, ia salah tingkah entah kenapa. Meskipun sudah beberapa kali bertemu dengan Shin Woo dan mengobrol rasanya Hwa Gi masih saja malu. Ia kembali mengingat bagaimana dulu ia yang sangat menyukai Shin Woo. Dengan ditemani teja yang indah, Hwa Gi akan dengan senang hati berjalan ke tempatnya bekerja. Lalu di persimpangan jalan ia akan membeli beberapa cokelat yang sering dijual khusus untuk hari valentine. Setelahnya Hwa Gi akan menunggu saat di mana semua anak-anak di sekolahnya pulang dan berjalan ke arah meja Shin Woo duduki untuk menyimpan hadiahnya.

Rasanya sudah lama sekali, karena tahun ini ia gagal untuk memberikan hadiah valentine kepada Shin Woo, alasannya tentu saja karena buku hariannya yang berisi hadiah itu kini ada di tangan Jae Han.

Hwa Gi kembali berandai-andai bagaimana jika valentine yang akan datang, ia mengajak Shin Woo untuk menikmati teja bersama. Bukankah kini mereka semakin dekat, pikirnya.

Di sisi lain, Shin Woo yang hendak berjalan mendekati Hwa Gi kini dihadang oleh Jae Han.

"Berhenti mendekatinya," Jae Han menatap Shin Woo sinis.

"Apa urusanmu?" tanya Shin Woo dengan smirk tipis.

"Aku tau seberapa berengseknya dirimu. Sebenarnya apa tujuanmu, hah?"

"Seharusnya kau lihat dirimu sendiri, bukankah selama ini yang mengganggu dia itu kau?" Shin Woo mengangkat telunjuknya tepat di hadapan Jae Han. Shin Woo berjalan melewati Jae Han. Sedangkan Jae Han, ia tidak dapat mengelak, memang benar dialah yang selama ini mengganggu Hwa Gi. Meskipun tujuannya mengganggu bukanlah untuk membuat Hwa Gi tidak nyaman.

Tapi Hwa Gi benar-benar menyukai Shin Woo, tidak tahu mengapa Jae Han tidak ingin Hwa Gi terluka.

TBC

HWA GI-SSI (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя