Taruhan - six

459 53 12
                                    

Bel pulang udah bunyi, semua murid langsung keluar dari kelas. Hao membawa tasnya ke punggung, mau lambung pulang tapi langkahnya terhenti saat Hanbin memanggilnya dengan sebutan aneh bagi Hao.

"Kamu barusan panggil aku 'kak?" tanya Hao memiringkan kepalanya. Lucu sekali kalau kata Hanbin di dalam hatinya.

"Iya, emangnya gak boleh? Kan tuaan lo daripada gue."

"Oke deh terserah kamu aja. Kamu manggil aku kenapa?"

Sudah saatnya Hanbin memulai misinya untuk dekati Hao. Hanbin gak mau sesuatu buruk terjadi ke orang tuanya.

"Ayo gue anterin pulang."

"Gak usah, Hanbin. Aku bisa pulang sendiri lagian—"

Hao kaget dong tangannya ditarik langsung sama Hanbin. Hao merasa aneh saja sama tingkahnya Hanbin yang mendadak baik ke dia. Biasanya kan Hanbin marah-marah gak jelas ke dia.

Setiba di parkiran, Hanbin langsung memakaikan helm ke kepala Hao. Kan Hao jadi bingung kenapa Hanbin jadi baik. Hao gak tau apa ada sesuatu yang direncanakan sama Hanbin.

"Kamu kenapa sih mau anterin aku pulang? Tumben banget sih?"

Hanbin menatap datar Hao, kata dia Hao ini banyak tanya. Hanbin mendekatkan wajahnya ke wajah Hao buat Hao kaget dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Lo kan tadi berangkat bareng gue, ya pulang harus bareng gue, Kak."

Hanbin menjauhkan wajahnya dari Hao. Hao bisa bernapas lega, takut kalau dia mati karena jantungan lihat Hanbin.

"Ayo, gak usah kelamaan!" ajak Hanbin kesal.

"Ah iya, maaf."

Hao naik ke motornya Hanbin, pelan-pelan sih soalnya takut jatuh. Setelah siap, Hanbin melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata dan buat Hao takut. Hao memeluk pinggang Hanbin. Hanbin tersenyum dari balik helmnya, rencana pertama sudah berhasil buat Hao peluk dia.

Beberapa menit, Hanbin tiba di rumah Hao. Hao ambil napasnya dulu, masih kaget kalau Hanbin ngebut. Hanbin merapikan rambut Hao yang berantakan diterpa angin. Lagi-lagi jantung Hao berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Maaf ya lo jadi takut soalnya gue biasa kayak gini."

"Ah gak papa. Mau mampir dulu gak?" tawar Hao.

"Gak usah. Gue udah dicariin sama kak Doy."

Hanbin mengacak-acak rambut Hao, lalu pergi dari rumah Hao. Sebenarnya Hanbin gak suka kalau baik sama Hao, tapi mau gimana lagi. Dahlah jalani aja dan Hanbin gak akan pernah jatuh cinta sama Hao. Bukan level dia kalau kata Hanbin.

"Hao pulang."

Jianyu datang sambil bawa es teh. Ia meletakkan di meja ruang keluarga.

"Dianterin sama siapa?" tanya Jianyu.

"Sama Hanbin, Kak. Kak, Hao ke kamar dulu, mau bobok cantik."

Jianyu mencubit pipi gembul Hao. "Ya udah bobok sana. Kamu gak makan dulu?"

"Gak, Kak. Nanti aja kalau makan."

___

"Kak Zihao!" Hiroto lari ke pelukan Zihao.

Zihao terkekeh geli lihat tingkah kekasihnya ini. Hiroto selalu manja ke dia, ya seperti anak kecil.

"Kakak kamu gak ada?" tanya Zihao sambil mengelus kepala Hiroto.

"Lagi pergi sama Kak Xion, biasa pacaran."

Zihao aman kalau gak ada Leedo soalnya wajah Leedi garang padahal hatinya baik. Ya kalau menyangkut adiknya sih, dia bakal posesif layaknya seorang kekasih.

"Kakak masih takut sama Kak Leedo? Kak Leedo gak gigit  kok, cuman banting orang."

Zihao bergidik ngeri kalau tentang Leedo. Ya gak salah sih soalnya badan Leedo besar dan sering nge-gym.

"Mau jalan-jalan, gak?" tanya Zihao.

"Mau banget dong!" pekik Hiroto semangat.

TBC
Lebih suka Jiwoong Seowon atau Jiwoong Matthew?

Taruhan - BinHaoWhere stories live. Discover now