Seperti halnya sekarang. Lelaki itu nampaknya mengajarkan bagaimana cara membuat kincir angin yang terbuat dari sebilah bambu dan kertas karton. Memang terlihat seperti mainan sederhana tapi bagi anak-anak itu adalah suatu kebahagiaan dan kepuasan.

Eiji, salah satu teman Kazuki, mengayunkan gagang bambu itu ke udara, membuat kincir itu bergerak sesuai arah angin. Hal itu diikuti Kazuki dan Koutarou yang juga ikut menggerakkan kincir anginnya.

"Apalagi yang diajarkan Nak Itadori pada anak-anak ini," celetuk kepala desa seraya tertawa menggelengkan kepalanya. (name) ikut tertawa. "Semoga saja dia tidak mengajarkan yang aneh-aneh pada anak-anak polos ini."

Tak lama berselang, kepala desa pamit undur diri diikuti Eiji dan Koutarou yang mengekorinya. Kini tinggal (name) dan Kazuki yang melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah.

Layaknya anak-anak pada umumnya, Kazuki berlari-lari kecil untuk membuat kincir anginnya bergerak. Dia bahkan sesekali melompat untuk menggapai angin setinggi yang ia bisa.

(name) mengawasi putranya sedari tadi. "Hati-hati, sayang... Nanti bisa jatuh."

Kazuki tersenyum. "Dimengerti, Mama!" balasnya girang, membuat wanita itu menggelengkan kepalanya karena tidak biasanya anak itu menjawab demikian.

Selama perjalanan sesekali ibu dan anak itu bercanda dan menceritakan hal apapun. Topiknya tidak kesana, tidak kesini. Mereka hanya menceritakan apa yang muncul di dalam kepala mereka secara spontan.

"Nyonya Sasaki? Kazuki?"

Yang dipanggil menolehkan kepalanya. Suara seorang lelaki yang (name) dan Kazuki kenal siapa pemiliknya itu.

"Paman Megumi!!"

"Megumi? Sedang apa kau disini?"

Fushiguro Megumi, tetangga (name) yang tinggal di belakang rumahnya tengah berjalan bersama dua anjing kesayangannya. Kazuki yang memang selalu tidak tahan setiap melihat kegemasan kedua anjing itu berlari mendekati Megumi dan meminta izin untuk mengusap tubuh kedua anjing itu.

Tentu saja Megumi membolehkan. Selagi anak itu bermain dengan kedua anjingnya, ia menghampiri (name) yang masih berdiri di tempatnya semula.

"Sepertinya anda baru saja menemui pasien," ujarnya. Dia sadar kalau (name) menenteng tas kecil yang biasa wanita itu bawa untuk mengunjungi pasien.

Wanita itu mengangguk. "Kepala desa memintaku untuk menemui anak-anak yang terkena demam," terangnya. Megumi hanya ber-oh ria.

Kini tiga orang bersama dua ekor anjing itu berjalan bersama-sama sambil mengobrol ringan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Pertanyaan yang mana?" tanya Megumi memiringkan kepalanya.

(name) menghela napas pelan. "Tadi aku tanya sedang apa kau disini."

Lelaki yang lebih muda tiga tahun dari (name) itu menunjukkan ekspresi kaget. Dia baru ingat kalau (name) menanyakan hal itu padanya tadi. "Aku baru kembali dari toko hewan untuk membeli makanan anjing," ujarnya seraya menunjukkan sebuah kantong plastik berwarna hitam di tangannya. Kini giliran (name) yang ber-oh ria.

Ketika dua orang dewasa itu asyik mengobrol, lain dengan Kazuki yang anteng dengan dua anjing Megumi. Dia berlari kesana-kemari untuk mengajak dua anjing itu bermain. Melihat itu (name) langsung bereaksi.

"Jangan lari-lari, nanti bisa sakit," tegurnya. Tapi Kazuki terus bermain dengan kedua anjing Megumi tanpa menghiraukan ucapan sang ibu.

Megumi bersuara. "Semoga saja dia tidak sakit seperti anak-anak lain."

THIS IS MINE, NOT YOURS || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang